"Lim, kau tidak kasihan padanya? Dia cuma gadis manusia biasa." timpal Lip membela Carmila.

"Terserah kau saja!" serah Lim, pria itu terlihat muak dan memilih untuk pergi keluar setelah membawa busur dan beberapa anak panah miliknya.

Carmila menatap Lip yang sedang diam menatap kepergian kakaknya. "Dia cuma khawatirin kamu. Kakak kamu ada benernya juga. Mungkin, Granz sama pasukannya bakalan kesini dan nuduh kamu yang enggak-enggak." jelas Carmila. "Tapi, Lip. Waktu malam itu, Mila dikasih tau sama ular misterius yang bilang kalo ras elf yang bakal nolongin Mila."

"Ular misterius?" Lip malah melongo.

Carmila mengangguk.
"Mila bakalan pergi setelah tau apa yang Mila cari. Mila janji gak bakal ada yang repot sama Mila nantinya."

"Mungkin kepala suku yang bisa bantu kamu. " ucap Lip mulai bangkit lantas menatap keluar jendela berukuran kecil, menatap pepohonan yang subur terbawa hembusan angin lembut. "Tapi, masalahnya. Dia udah lama terbaring dan tidak bangun-bangun sudah hampir berpuluh-puluh tahun lamanya."

Melihat raut wajah sedih Carmila. Lip jadi tidak tega. Ia menghela napas berat sampai akhirnya ia menemukan titik terang. "Kepala suku mempunyai adik perempuan. Jika kamu mau, aku akan mengantarmu padanya."

"Beneran?" kata Carmila dengan semangat 45. Lip mengangguk sambil tersenyum.

Mereka larut dalam perbincangan, tak disangka tanda dipergelangan tangan Carmila tiba-tiba aktif. Cahayanya membuat atensi Lip juga teralihkan pada tanda itu. Carmila mendengus kesal.

"Ih, jangan sekarang, Granz."

  ⋇⋆✦⋆⋇ 

Seluruh penjuru kerajaan tau akan kabar kedua Putri calon istri Pangeran yang mereka segani, yakni pangeran Granz telah hilang. Cepat menyebarnya kabar membuat rakyat dinegri itu mempertanyakan keamanan kerajaan, sehingga kedua putri--Tyrtilla dan Carmila--bisa keluar dari bangunan megah penuh pengawal terbaik dari seluruh negri.

Raja telah mengumumkan untuk rakyatnya tidak perlu panik dan jangan mudah termakan isu-isu tidak benar. Keadaan akan segera baik-baik saja. Namun, Granz sendiri sudah sangat depresi karna tidak ada tanda-tanda yang mengarah pada kedua gadisnya yang telah hilang. Hanya ada beberapa petunjuk yakni ketidak adanya Tuan Gin. Sahabat terbaik dari sang Raja. Dan sebagian para pengawal yang seolah hilang ingatan saat diketahui hilangnya kedua putri kerajaan.

Beberapa surat dari keluarga Tuan Gin dikirim pada Raja Nekvera memberitahukan bahwa Tuan Gin sudah lama tidak mengirim pesan. Yang artinya ia juga hilang.

Satu tegukan lagi. Dan itu terus berulang sampai menyisakan beberapa botol bekas yang habis tandas. Seperti haus karna dehidrasi, ia terus meneguk minuman berwarna merah kental itu tanpa rasa ampun untuk akalnya yang mulai hilang kesadaran. Setiap aku merindukanmu, aku selalu ingat bahwa cintaku padamu itu palsu.

Saat tangannya mulai terangkat ingin kembali meminum minuman memabukkan itu, kini harus terhenti karna dicekal oleh seseorang.

"Sudah cukup pangeran Granz."

Eiden selaku pengawal pangeran Granz sekaligus sahabat terbaik melihat pria itu hampir gila karna kedua gadisnya jadi sedih. Granz selalu menghabiskan waktunya di tempat penyimpanan anggur, meminum minuman memabukkan itu yang ditambah dengan darah rusa serta madu. Kombinasi sempurna untuk menghilangkan rasa stres.

"Raja memintamu untuk menghadap. Ada kabar dari salah satu prajurit yang dikirim ke kerajaan Vekvera yang kembali hidup-hidup." jelas Eiden, Granz masih tidak bergeming. "Ini menyangkut Tyrtilla."

Baru. Kali ini Granz mulai beralih pandang pada Eiden. Dari sini, Eiden bisa melihat wajah lelah Granz serta beberapa sisik ular putih yang memenuhi pipi kanannya efek dari darah rusa. "Bagaimana dengan Carmila?"

Eiden menggeleng pelan. Tapi, Granz langsung beranjak pergi dari ruangan dengan berjalan sempoyongan. "Aku akan memenggal kepala orang itu jika yang dikatakan hanya omong kosong."

Eiden hanya berdeham kecil. Ketika mabuk Granz memang pria yang sangat sensitif.

Tiba di hadapan Raja pada singgasananya yang perkasa. Eiden dan Granz memberi hormat disamping seorang pria dengan baju jirah penuh bercak darah dan beberapa luka ditubuhnya.

"Katakan apa yang kau lihat." ucap sang Raja lantang pada pria prajurit itu.

Dalam duduk khas seorang pejuang ia mulai berbicara. "Kami dari pasukan divisi 13 berhasil memasuki kerajaan Vekvera yang dimana sudah dikendalikan penuh oleh para abys. Beberapa rekan saya tidak selamat, hanya saya yang berhasil keluar lewat lorong-lorong penjara bawah tanah. Saya sempat melihat Raja Vekvera dan Putri Tyrtilla. Mereka masih hidup, tapi saya tidak yakin dengan keadaan mereka. Laporan selesai."

Tangan Granz terkepal kuat dengan dada yang naik turun menahan amarah. Ia mendongkakkan kepala menatap Sang Raja dengan tekat bulat. "Berikan perintah untuk saya mengirim pasukan terbaik dan membawa kembali calon istri saya."

Sang Raja diam sejenak sampai akhirnya ia menghela napas berat lalu berkata. "Pergilah, doaku selalu senantiasa kepadamu."

Carmila Di Kerajaan NekveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang