Chapter 18 Persaingan

Mulai dari awal
                                    

***

Maya menatap putranya dari kejauhan, akhir-akhir ini dia terlihat bingung dan nampak tertekan. Maya sudah tahu apa yang membuat Gio bersikap seperti itu, pertemuan kembali dengan cinta yang dulu dia tinggalkan. Gio stres berat saat itu, bukan Maya tidak tahu bagaimana penderitaan Gio.

Dia memejamkan mata, bukannya dia jahat. Hanya saja, dunia ini yang membuatnya menjadi monster. Mereka sudah banyak menderita, seandainya hanya dia  menderita Maya mungkin tidak keberatan. Dalam kehidupan ini, Gio juga merasakannya. Anaknya dihina dan dipecundangi oleh orang lain. Maya tidak tahan.

Kemudian kesempatan datang tepat di hadapan mereka, Maya tidak ingin semuanya rusak. Inilah yang menyebabkan saat itu, dia terpaksa melakukan semua ini. Memilih yang terbaik untuk mereka. Membuat Gio meninggalkan perempuan yang katanya tengah mengandung anaknya.

Dia memiliki cucu di luaran sana, yang sejak dulu berusaha Maya abaikan. Maya bahkan menutup mata dan telinganya agar tidak mengetahui sedikitpun mengenai mereka. Namun, setiap hari dia berdoa agar cucunya tidak perlu menderita.

Gio sedikit membaik saat bertemu Safira. Namun sebenarnya, Maya juga heran kenapa Gio menjalin hubungan dengan Safira. Banyak perempuan lain yang jauh lebih baik, dengan situasi mereka sekarang, tidak sulit bagi Gio untuk mendapatkan perempuan manapun.

Maya tidak menyukainya, seorang ibu bagaimanapun ingin yang terbaik untuk anaknya. Safira memiliki background yang gelap. Maya tahu kenapa Gio simpati padanya, yang pertama, Maya mendapat kekerasan berulang dari mantan suaminya yang sekarang di penjara. Sama dengan dirinya dan Gio dulu, dia pasti merasa bahwa dia perlu melindungi Safira. Karena mereka mirip.

Baru saja Gio datang dengan masalah, sekarang giliran Lazuardi. Maya memutuskan kalau dia akan datang ke kantor Lazuardi hari ini, untuk mengecek kebenaran cerita Helen.

"Kenapa mama masih di sini?" Gio mendatanginya.

"Akhir-akhir ini Lazuardi nggak menginap di rumah." Maya mengalihkan pembicaraan.

Sejak kepulangannya dari luar negeri,  Lazuardi memang memutuskan untuk tinggal sendiri, jauh dari rumah mereka. Tapi dia amat sering pulang dan menginap.

"Aku rasa dia memiliki banyak pekerjaan di kantor." Posisi rumah Lazuardi saat ini memang lebih dekat ke kantornya ketimbang rumah mereka. "Ma, soal yang aku bilang kemarin. Bagaimana tanggapan mama?"

"Memangnya apa yang kamu inginkan?"

"Aku hanya ingin mama mendukungku. Aku tahu, mama nggak ingin peristiwa ini membuat papa marah ke kita."

"Kalau mama nggak mendukungmu, memangnya apa yang mau kamu lakukan?"

"Aku tetap akan melakukan caraku, tapi jelas saja aku butuh dukungan mama." Gio bergumam. "Ini makin rumit, Ma, karena Lazuardi."

Gio pasti tidak ingin Lazuardi mengetahui soal ini, mereka sangat akrab. Kalau Lazuardi tahu, sedikit banyak dia pasti kecewa pada Gio.

"Oh, ya, soal Lazuardi, barusan mama bertemu dengan Mbak Helen, mamanya Nara."

Gio memandangi ibunya. "Kenapa mama Nara ingin bertemu?"

"Ada masalah dengan adikmu, mama berencana untuk pergi ke kantornya."

"Ma, seandainya aku dan Lazu  bertengkar. Siapa yang akan lebih mama dukung?"

"Apa maksudmu. Kamu nggak pernah bertengkar dengan adikmu. Dan, itu nggak boleh terjadi sampai sejuta tahun ke depan." Maya menjadi kaget.

"Seandainya, Ma."

"Kalau soal perusahaan, lepaskan saja. Semua milik Lazu. Kita jangan pernah lupa posisi kita, Gio. Jangan pernah serakah mengambil apa yang bukan milik kita." Maya selalu mengingatkan, sudah cukup kondisi mereka saat ini. Maya tidak mau melewati batas, karena dia tahu itu akan berakhir dengan kehancuran.

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang