92

3.8K 477 9
                                    

Kekaisaran Acelian selama beberapa hari dihiasi oleh cuacanya yang cerah, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Guyuran air hujan menemani persiapan pelaksanaan hukuman untuk kedua tawanan yang mendekam di sel masing-masing.

Kedua netra biru Ricard menatap sayu kearah langit gelap tanpa taburan bintang. Hawa dingin mencekam menusuk tulang tidak membuatnya seketika menggigil kedinginan. Sesekali ia menyeka wajahnya basah akibat percikan air hujan. Dibalik jeruji besi berukuran kecil, Ricard menghabiskan waktunya disana dengan menatap dunia luar. Siang berganti malam begitu sebaliknya, ia menikmati setiap hembusan udara sejuk menerpa kulit wajahnya.

Sudah menginjak hari ketiga dimana hujan masih setia turun dengan lebatnya. Seperti menyambut dirinya yang akan segera bertemu dengan kematian. Ia tidak sendiri didalam penjara bawah tanah, tapi letak jeruji besinya dengan yang lain berjauhan. Ricard seorang diri didalam sana, tidak ada teman yang menemani meskipun hanya sekedar berbincang.

Ricard mengambil nafas panjang, ia memejamkan mata. Sekelebat bayangan Salsabila memenuhi seluruh pikirannya, tak ketinggalan dengan sang calon bayi yang ada diperutnya.

"Kenapa Dewi sangat tidak adil padaku." Sahut Ricard dengan nada penuh rasa frustasi, "Aku memiliki wanita yang peduli dan hanya memandangku seorang. Tapi, hatiku lebih memilih wanita lain yang berhasil merengkuh seluruh hatiku. Apakah aku salah memilih siapa yang aku cintai?" Ricard mengeluarkan segala kekesalan dihatinya.

Suara gemuruh petir menemani setiap kata curahan hati Ricard yang keluar. "Mungkin ini karma untukku karena telah mengabaikan ketulusan hatinya. Aku benar-benar tidak bisa memegang perasaanku. Ketika melihatnya dengan sorot mata berbeda, hatiku benar-benar memberontak. Ingin memilikinya seutuhnya, tapi aku memiliki seorang rival yang tidak lain adik tiriku sendiri."

"Aku mencintai keduanya. Aku tidak bisa memilih salah satu diantara mereka." Lirih Ricard sendu.

"Tapi, pada akhirnya kamu tidak memiliki keduanya." Ujar Ace yang tiba-tiba berdiri dibelakangnya. Ricard menoleh kebelakang dengan cepat.

"Pergilah! Aku tidak menerima kunjungan dari siapapun!" Bentaknya.

"Aku akan pergi," Jawab Ace, "aku kesini hanya untuk melihat kondisimu saja. Aku tidak mau kamu terlihat sakit disaat pelaksanaan hukumanmu berlangsung."

Ricard tertawa, "Apa pedulimu, Ace?" Tanyanya dengan nada membentak. "Setelah apa yang sudah kamu lakukan terhadapku. Merebut Nathalia dariku, merebut kekuasaanku. Sekarang kamu datang kesini ingin mengucapkan selamat kepadaku?"

Ekspresi Ace tetap datar, ia tidak terpancing emosi seperti Ricard yang sudah menggebu-gebu. "Aku mengambil apa yang sudah menjadi hakku. Dan sampai detik ini, kamu masih belum sadar akan letak kesalahanmu." Jawabnya singkat, Ricard sontak menatap nyalang adik tirinya itu.

"Selama persidangan berlangsung, kamu melihat semuanya kan? Tentu dari awal sampai akhir, ibumu lah yang menyebabkan penderitaan kita selama ini. Tidak perlu disesali, karena perisatiwa dimasa lalu telah usai, dan masa depan harus tetap dihadapi, meskipun nasib terburuknya ialah sudah diujung tanduk." Jelas Ace. "Belajarlah menerima kenyataan. Semua kejadian buruk selama ini bukan disebabkan karena kesalahanku, Thalia, mendiang ibuku-Lionix serta bibi Leonor, ataupun penyerangan kerajaan Renegades." Sambungnya.

Ricard berdecak "Kalau saja kamu tidak ikut campur peperangan tersebut. Kerajaan Orthello pasti akan menang, dan Salsabila tidak akan mati sia-sia. Calon anakku juga-" Ujar Ricard dengan nada kesalnya.

"Beruntung ibumu tewas dan tidak menghadapi hukuman dunia. Kamu sebagai anak harusnya bersyukur atas itu." Jawab Ace kemudian pergi meninggalkan Ricard yang terdiam dengan pikiran tidak menentu.

I WANT YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang