Oiya, gue lupa mau minta
maaf sama Fanny dan temennya
Meta, karena tadi tiba-tiba
ninggalin mereka di sanaLo bawa Meta ke mana, bege?
Makan malam di rumah,
sama mama gueFarel langsung menutup room chat-nya dengan Ezra. Jika Fanny tahu kalau Ezra membawa Meta ke rumahnya dan makan malam bersama mamanya, Fanny pasti akan cemberut. Apalagi, bubungan Fanny dan Ratu tidak baik sejak pertemuan pertama. Beruntung sekali cewek yang bernama Meta itu.
Tiba-tiba ia mendapat pesan dari Fanny. Segera ia membukanya.
Fanny wil yu meri mi
Rel, di rumah berisik
Gue ke rumah lo sekarang
Dengan sigap Farel mengambil kunci motor dari atas nakasnya, lalu berjalan cepat ke arah garasi. Sebelumnya ia berpamitan dulu pada Rika. Barulah ia mentancap gasnya, melaju membelah keramaian di jalanan.
Setelah sampai di depan rumah Fanny, ia dapat mendengar suara teriakan, bahkan pecahan barang. Ia melihat Fanny keluar dari pintu belakang. Raut wajahnya tampak tidak baik-baik saja.
"Tia? Dia ada di rumah?" tanya Farel.
Fanny menggeleng. "Lagi main di rumah temannya."
Fanny segera mengisi jok belakang Farel. Ketika sudah siap, barulah Farel mentancap gasnya, meninggalkan keramaian yang terjadi di dalam rumah Fanny. Memang sudah biasa terjadi keributan, tapi ini adalah puncaknya. Fanny tak sanggup jika mendengar kata cerai terdengar dari mulut mereka yang disebut orang tua.
Kini, Farel dan Fanny mulai berjalan menyusuri padatnya kota Bogor. Membelah keramain dengan motor yang dikendarai Farel. Ditemani lampu jalanan dan taburan bintang bermandikan cahaya bulan. Berboncengan berdua dengan Fanny adalah mimpi nyata bagi Farel. Lelaki itu tak hentinya mengulas senyum saat Fanny melingkarkan tangannya ke pinggang Farel, lalu menenggelamkan wajahnya ke punggungnya. Ia terjatuh untuk yang kesekian kalinya. Lelaki itu terus jatuh, walaupun tahu bahwa Fanny mencintai sahabatnya sendiri. Sial, mengenaskan sekali.
Farel membawa Fanny ke salah satu taman Bogor. Mereka duduk berdua di tengah rasa yang berbeda. Farel yang senang karena bisa keluar berdua dengan Fanny, dan Fanny yang sedih karena pertengkaran hebat orang tuanya. Dua insan itu tenggelam dengan isi pikirannya yang berkecamuk. Kepalanya berisik, namun dengan isi yang berbeda.
"Nggak papa sini nangis ke gue," kata Farel.
Tatapan yang semula kosong ke depan, beralih mendelik ke arah Farel. Lelaki itu mengangguk sambil merentangkan tangannya-bersiap mendekap. Tangis Fanny pecah bersama pelukannya yang meluruh ke curuk leher Farel. Ragu-ragu untuk mengelus punggung Fanny yang terlihat lelah. Tangannya maju mandur, tapi kemudian ia mengelusnya juga.
Tak berkata apa-apa. Yang terdengar hanyalah suara tangisan Fanny. Biarlah Fanny meluapkan rasa sedihnya dulu dengan tangisan. Entah kenapa, Farel sakit jika mendengar tangisan Fanny.
"Aku takut mereka nggak bisa bersama lagi, Rel," adunya sembari sesenggukan.
"Buang pikiran negatifnya, lupain dulu yang terjadi di rumah. Setelah kita pulang, yakin kalau mereka baikan. Mereka udah dewasa, Fan. Pasti mereka punya pikiran yang bijak sebagai orang tua," tutur Farel.
Entah kenapa ia merasa kesal dengan para orang tua yang memiliki ego besar. Tidak hanya orang tua Fanny, tapi juga yang lainnya. Memperdebatkan hal-hal yang dapat memicu perpisahan, tanpa memikirkan perasaan anak. Orang tua yang terburuk, adalah mereka yang hanya bisa berceloteh dan melukai perasaan anak. Oh, apakah mereka sudah kehilangan akal?
Fanny melepaskan pelukannya, lalu tersenyum hangat ke arah Farel. "Makasih, ya, Rel," ucapnya tulus.
Seketika jantung Farel berdetak cepat. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain, berusaha menutupi rona merah di wajahnya. "Iya, santai."
"Oh, iya, kamu tau di mana Ezra? Setelah liat dia pergi sama Meta ... aku nggak liat Ezra lagi. Aku ... khawatir sekaligus takut," cetusnya.
Farel mengembuskan napasnya kasar. Ezra lagi yang dibahas? batinnya.
Baru saja ia terbang karena salah tingkah, sekarang malah dijatuhkan lagi. Biasanya cewek yang selalu merasakan ini. Tapi kenapa gue, ya? Gue kan cowok, monolog Farel.
Mau naik kapal yang mana?
Ezra-Fanny
Fanny-Farel
Ezra-Meta
Fanny-Gala
Farel-Meta
Votment, ya!
See u in the next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Rusak
Teen Fiction[End] Bagi Ezra, melukis adalah napas. Tetapi karena masa lalu membuat Ratu-mamanya mulai merenggut napasnya itu. Di tengah asa yang mulai pupus, Ezra dipertemukan oleh seorang gadis dengan biola dipelukannya. Kisah mereka akan abadi di sebuah kanva...
Ch. 16 - With Fanny
Mulai dari awal