|41| - Rekaman suara

Mulai dari awal
                                    

🌹

"Calista aman, bos. Lampu kamarnya sudah redup, sepertinya dia sudah tidur," ujar seorang pria pada Sakha melalui telepon yang kini sedang memantau sekeliling rumah Calista.

"Oke, lo jaga terus tempat itu sampai Rama ganti posisi lo," perintah Sakha pada Janu yang menjaga shift pertama, yang nanti akan digantikan oleh Rama.

Sudah sejak beberapa hari lalu, Sakha memerintahkan mereka berdua untuk terus menjaga rumah Calista. Namun untuk malam ini, Sakha meminta agar mereka menjaga 24 jam nonstop secara bergiliran, tak seperti hari biasa yang jika aman mereka akan pulang.

Bahaya nyawa yang mereka mainkan tak bisa Sakha terima dengan main-main. Sakha harus waspada, karena ini menyangkut gadis yang ia sayang. Kejadian hari ini saja di sekolah sudah cukup membuat Sakha khawatir dan takut akan kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Sakha harus menyudahi mereka semua.

"Sak, minum nih." Segelas kopi Elzar berikan pada Sakha yang masih menunduk memegang kepala.

Sakha mengangkat pandangan, melihat kopi yang baru diletakkan, ia pun mendongak melihat sahabatnya Elzar yang selalu ada saat pikirannya kacau.

Elzar pun mendudukkan dirinya, ketua Razvider disebelahnya terlihat sangat baik secara fisik, namun keadaan di dalamnya penuh kekhawatiran.

"Sakha ...." panggil Elzar yang langsung di potong Sakha.

"Gue .... Gue takut Zar, gue gamau Calista kenapa-napa, gue gamau Calista sampai terluka, gue gak sanggup dengan semuanya." Sakha mengucapkan itu semua seraya mengingat senyum dan momen bersamanya dengan Calista di Danau.

"Gue sayang sama Calista, Zar, dia cinta pertama gue."

"Gue yakin Calista bakalan aman, dia gadis kuat dan peka sekeliling, Sak. Calista pasti selalu ada di sisi lo," tutur Elzar seraya menepuk pundak Sakha. "Gue mau bilang sesuatu, mungkin masalah ini sebentar lagi selesai, karena anak-anak tau soal mereka."

"Soal apa?"

"Cowo bertopi biru itu bukan dalangnya, Sak, dan cowo berpistol yang lo bilang pun juga bukan, mereka orang suruhan. Ada satu otak dibalik mereka berdua, dan gue rasa orang itu benci banget sama Calista."

"Dari mana lo bisa tau?"

"Endri suruh Raka dan yang lainnya untuk pasang penyadap suara, mereka pasang di tempat-tempat yang pernah peneror itu datangi. Kabar yang gue bilang tadi, hasil dari penyadap suara yang dipasang di belakang lemari gudang sekolah. Endri yang mantau semua pergerakan penyadap suara yang sudah dipasang anak-anak. Dan sore tadi, penyadap suara di gudang terdeteksi, dan Endri dengar apa yang mereka bahas," jelas Elzar.

"Di mana Endri? Gue mau dengar langsung suara rekamannya," ucap Sakha.

Elzar bangun dari duduk, berjalan menuju gorden yang membatasi ruangan tengah dengan ruangan belakang. "Dri, lo bisa gabung," ajak Elzar.

Endri muncul dari balik gorden, dan langsung memberikan bukti berupa rekaman suara dari penyadap yang dipasang di gudang sekolah. Sakha segera mendengar dengan seksama. Dan memang benar adanya.

"Gila lo!"

"OTAK LO DI MANA, HAH?"

"Tugas lo itu tinggal tembak! TEMBAK!"

"DAN LO GAGAL?"

"Gua tau lo pasti gak bisa menyelesaikan dengan benar dan buktinya aja lo tadi hampir ngebongkar identitas kita bangsat! Kita gagal hari ini bisa buat dia marah, dan lo, ibu lo bakal jadi sasarannya."

"Terserah mau lo apa, yang jelas kita harus pastikan Calista mati dalam jangka dekat!

"Awas lo gagal lagi!"

BUKK! Bunyi suara pintu yang didorong dengan kuat. Sepertinya lelaki yang tadi mengomel-ngomel itu pergi. Menyisakan suara teriakan dari pria berpistol yang frustasi akan nasibnya dan dalam sekejap suasana kembali senyap setelah suara jejak kaki pergi menutup pintu.

Sayang sekali, pembicaraan mereka berdua tidak sama sekali membahas siapa atasan dari mereka. Siapa yang menyuruh mereka? Tapi, dari rekaman yang Sakha dengar ini membuatnya semakin marah. Salah satu dari mereka berkata akan memastikan kematian Calista dalam jangka dekat.

***







































Siapa ya kira-kira dalangnya?

Siapa cowo bertopi biru?

Dan siapa cowo berpistol itu?

***

.
.
.

Jangan lupa kasih votenya yaa!

Aku sangat ber-terima kasih, kalian telah membaca dan mengikuti cerita ini. ^_^

See you next chapter guys..

Salam hangat,
Pia Pai.

SAKHALISTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang