Bab 3: Aku Tak Akan Memaafkanmu

Mulai dari awal
                                    

Liam memegang kedua bahu Yeva dengan wajah yang bersalah. "Aku selalu menganggap waktu kita sangat berarti. Aku mencintaimu."

"Cinta tai kucing!" balas Yeva dengan nada sinis. Dia memandang Liam dengan ekspresi berubah sinis. "Apa kau menjual diri padanya? karena kau tahu dia putri oirang kaya."

Plak! Satu tamparan mendarat di pipi Yeva secara tak terduga. Ekspresi sinis Yeva berubah menjadi keterkejutan luar biasa. Pipinya merah, air mata mengalir dan bibirnya berdarah karena tergigit ketika Liam menamparnya dengan kuat. Rambutnya berantakan, terurai ke wajahnya.

Dengan wajah luar biasa terkejut dan hancur, Yeva memandang Liam. "Kau memukulku?"

Liam mengangkat tangannya yang gemetar karena tak menyangka reaksinya sangat kuat.

Melihat Liam tidak mengatakan apa pun, Yeva tertawa sumbang dengan air mata mengalir. Tebakannya sekarang benar, Liam berpaling darinya dan berselingkuh dengan gadis itu karena berasal dari keluarga kaya raya. Melihat bagaimana penampilan Ayahnya, siapa pun yang melihatnya tidak akan pernah berpikir bahwa dia hanya berpura-pura menjadi orang kaya.

Mungkin benar, gadis bernama Alexa itu menjanjikan sesuatu untuk Liam. Jika Liam menyukai gadis-gadis muda, Yeva juga masih muda. Saat ini dia baru berusia 22 tahun, mungkin hanya berbeda lima tahun dari Alexa.

Ditipu, diselingkuhi selama dua bulan, dan kini dipukul. Yeva sudah mantap untuk meninggalkan pria ini. dia tidak akan memberinya toleransi, dan kembali beberapa saat kemudian.

Dia harus menjadi pihak yang memutuskan hubungan mereka dan mencampakkan pria berengsek ini. ketika dia akan melepoaskan cincin pertunangannya, tiba-tiba Liam berkata sesuatu yang membuat Yeva kian murka.

"Yeva, maafkan aku. Mungkin hubungan kita sampai di sini."

Tubuh Yeva membeku dengan tangan yang berhenti melepas cincinnya. Dia menatap Liam dengan ekspresi kosong, seolah petir baru saja menyambar dan menghanguskan tubuhnya.

"Seharusnya aku mengatakannya, seharusnya aku!" Teriak Yeva dengan sekuat tenaga.

Pada tengah malam, dengan semilir angin malam di tempat yang sunyi. Dia melepaskan cincinnya kemudian melemparkannya ke wajah Liam hingga terjatuh ke aspal.

Air mata mengalir deras, napas menderu karena sesak dan sakit. Yeva menatap Liam dengan hancur. "Kau tidak berhak memutuskannya," bisiknya sambil berjalan pergi meninggalkan Liam.

Setiap langkah yang diambilnya sangat berat, sekolah akar-akar besar menjeratnya. Dia terus melangkah, tanpa menoleh sedikit pun. Tak ada suara langkah di belakangnya, yang menandakan bahwa Liam tidak mengejarnya.

Yeva kembali ke apartemennya, mengambil semua pakaian dan barang-barangnya lalu memasukannya ke koper. Apartemen itu sudah dia tinggali selama satu tahun bersama Liam, ada banyak kenangan yang seharusnya melekat indah di kepalanya. Semuanya hancur karena kehadiran seorang gadis bernama Alexa Maverick.

Sambil menyeret kopernya meninggalkan apartemen, beberapa kali tubuh Yeva nyaris ambruk. Dia tersandung di tangga depan apartemen, kemudian bangkit lagi dan berjalan menyeret koper di sepanjang jalan beraspal.

Liam masih berdiri di tempatnya tanpa mengejarnya, kepalanya tertunduk seolah dia menyesali semuanya tapi juga tak bisa mengulang kembali hubungan mereka yang sudah hancur.

"Ke mana kau akan pergi?" tanya Liam.

Yeva tidak menjawabnya, hanya memberinya punggung yang dingin. Dia melewati tubuh Liam, kemudian melihat cincin yang tergeletak di aspal. Tanpa ragu Yeva mengambil cincinnya, menggenggamnya dan membawanya pergi.

Cincin ini mahal, jadi aku bisa menjualnya daripada membuangnya, pikirnya.

Dengan selangkah demi selangkah yang Yeva ambil, dan Liam yang hanya berdiri di sana menyaksikan punggung Yeva menjauh, hubungan mereka pun berakhir.

Di pintu klinik, Alexa sedang bersandar saling menyaksikan Yeva yang melintasi menggeret kopernya. Dia terlihat tidak bersalah.

"Liam, apa kita akan melanjutkannya?" tanya Alexa tanpa sedikit pun rasa bersalah.

"Tidak. Berikan aku waktu. Kau harus pulang malam ini."

"Ah, Liam ..."

Yeva masih mendengar percakapan mereka, bersamaan dengan pintu klinik yang ditutup. Karena begitu sunyinya di tengah malam, hanya ada derik serangga malam dan suara roda koper milik Yeva yang menggelinding di aspal.

Dia terus berjalan ke arah halte dengan gontai, pipi memerah dan bibir berdarah. Pandangannya setengah kosong, seolah jika dia bertemu dengan perampok pun tak akan menghindar atau lari.

Di seberang jalan, ada sebuah mobil Roll-Royce yang terparkir di depan gedung apartemen sederhana. Mobil berhenti dengan separuh kaca bagian belakang yang diturunkan, seolah seseorang di dalamnya sedang mengamati klinik hewan Liam, menyaksikan pertengkaran Liam dan Yeva. Lalu si malang Yeva yang terusir dan dicampakkan dengan begitu kejam.

Tak lama, mobil itu melaju dan memutar arah melewati tubuh Yeva tanpa berhenti lagi sampai menghilang di tikungan.


🦋🦋🦋


Tiga chapter sekaligus, semoga kalian akan suka yaaaa...

pst, si hot daddy akan muncul lagi! Hoho...

Who's the Cheater?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang