Dara tidak bergerak sedikitpun, tatapannya lurus ke depan seketika saat mendengar penjelasan singkat dari Dokter.
"Apakah seberat itu traumanya Dok? Dia tidak pernah cerita sama Saya perihal masalahnya." tanya Dara berusaha tidak menunjukkan air matanya.
Dokter menghela napasnya sejenak.
"Cukup berat, sepertinya Dia sudah mengalami trauma ini bertahun-tahun lamanya— dan untuk mengurangi rasa trauma itu, tolong beri Dia dukungan dan lakukan hal baru yang menyenangkan baginya ...,"
Setelah Dokter menjelaskan perihal kondisi Hadi, Dara pun sudah di perbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan Hadi.
"Terimakasih Dok."
Pintu ruangan Hadi terbuka menampakkan Juana yang tengah duduk di sebelah ranjang Sang kakak sembari menundukkan kepalanya.
Suara isakan mulai terdengar dari Anaknya itu.
Dara terdiam sejenak melihat Juana yang menangis diam-diam, entah mengapa ada rasa bersalah dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
Rasa ingin memeluk Anak itu dengan erat-erat tetapi seperti tidak bisa sama sekali.
Wanita itu tidak tahu harus melakukan apa.
Dia lebih memilih untuk keluar dan menunggu Juana selesai dengan Kakaknya, di dalam.
Ada rasa gelisah saat diriku melihat Juana menangis di samping Kakaknya, sangat menyakitkan jika harus melihatnya secara terus menerus.
"Nda?" tanpa di sadari oleh Dara ternyata Juana sedari tadi sudah memanggil dirinya, tetapi Daranya saja yang terus melamun.
Dara menatap Juana datar, tak menjawab apapun.
"I ... itu, Mas Hadi udah sadar ...," ujar Juana sedikit kaku, dia tak berani menatap tatapan itu.
Mendengar kabar yang baik, Dara langsung memasuki ruangan rawat Hadi untuk melihat kondisi Putra sulungnya.
~~~
Hadi membuka matanya perlahan, menampakkan seisi ruangan serba berwarna putih dengan bau khas obat yang tidak enak menurutnya.
"Mas?" mendengar suara yang tidak asing baginya, Hadi pun langsung menoleh dan tersenyum saat melihat Juana yang terlihat khawatir sekali padanya.
"Juan ... kenapa nangis?" lirih Hadi sambil mengusap air mata Sang adik, bibir pucatnya kembali mengukir senyuman lagi.
"Gara-gara Mas tahu nggak? Juan panik tahu pas Mas pukul-pukul kepala sendiri!" sedikit bentakan dari Juana, tetapi Hadi hanya terkekeh kecil.
"Juan panggilin Bunda ya Mas?"
Hadi terdiam.
Bukan bermaksud untuk tidak menemui Sang bunda, tetapi kalau bertemu Wanita itu rasanya selalu tidak tenang. Gelisah dan suara teriakan serta pecahan kaca itu selalu saja berisik kembali di dalam pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah?
Fanfiction❛❛Mas Hadi, kita sebenarnya punya rumah nggak sih?❜❜ ❛❛Mas juga nggak tahu kita punya rumah atau tidak.❜❜ Juana selalu berharap dianggap ada sekaligus disayangi sebagaimana kedua saudaranya rasakan. Kasih sayang dari Bunda, kasih sayang dari Ayah, i...
*22 - Trauma.
Mulai dari awal