Haechan yang terbiasa harus menuruti segala perintah kakaknya, bertemu dengan jodohnya yang mau menuruti segala keinginannya...
"Ini semua aneh."
Haechan harem, 21++ (BXB, Incest, Seks, Naked, Kekerasan, Kata Kasar.)
Haechan mengangguk kaku dengan tatapan berbinarnya pada lembar latihan soal yang sudah di beri nilai. Nilai itu adalah 65 untuk matematika hari ini dan itu sudah mereka bahas setiap nomernya.
"Kamu di rumah sendirian?" Tanya Jaemin sembari membereskan alat tulisnya.
"Eum, engga pak, nanti Kak Jeno pulang. Biasanya malem." Jawab Haechan jujur, ia meraih kertas latihannya dan kembali mencerna hasil pembahasan mereka tadi.
"Loh, kamu gak tinggal sama Kakak kamu?" Tanya Jaemin lagi dan kini ia meneliti sekeliling interior.
"Udah engga pak."
Jaemin hanya mengangguk seadanya lali meraih gelas berbentuk sapi berisi setengah air putihnya itu. Ia meneguknya sampai habis lalu rambut coklat halus di dekat lututnya menarik minatnya.
"Gimana Pak Mark kalo di rumah? Beda gak?" Tanya Jaemin sembari menaruh tangan kanannya di pucuk kepala Haechan untuk mengelus dan menepuk pelan.
"Emang, mas kalo di tempat kerja gimana pak?" Balik tanya Haechan sambil mendongak menatap Jaemin penasaran.
"Hm, gimana ya? Tegas? Kata orang-orang sih begitu. Kenapa gak kamu tanya aja sama Jeno? Kan dia satu perusahaan?"
Ucapan Jaemin menyadarkan Haechan, kenapa ia tidak pernah menanyakan bagaimana Kakaknya di tempat kerja pada Jeno??
"Emm, nanti Haechan coba tanya pak, hehe."
Jaemin hanya bisa ikut tertawa dan semakin mengusak pucuk kepala Haechan dengan gemas. "Kamu ini,"
Ikut terkekeh, Haechan merasa nyaman dengan Jaemin yang memperlakukannya seperti seorang anak.
Pak Jaemin baik!
"Nanti, kita jalan-jalan mau gak?"
Kembali, Haechan menatap tatapan lembut Jaemin. "Kemana pak? Mau mau!!" Haechan tersenyum dengan antusias sangat tetlihat dari sorot matanya.
"Ke mall aja gapapa? Nanti saya jajanin."
"Boleh beli es krim sama rambut nenek?"
"Boleh, kamu suka makanan manis?"
Mengangguk kuat, Haechan benar-benar suka makanan manis. "Suka pak!"
Jaemin kembali tertawa, "Okey, besok kita beli itu tapi dengan syarat." Jaemin menurunkan tangamnya dari kepala Haechan untuk menunjuk pucuk hidung Haechan dengan lembut.
Haechan hanya mengikuti jari telunjuk Jaemin di hidungnya, membuatnya bola mata beruangnya berada di tengah. Dan itu lucu.
"Apa pak?" Tanya Haechan penasaran.
"Rahasiain kalo kita pergi, jangan bilang Jeno, termasuk kakak kamu."
Dengan mata bulatnya Haechan bertanya, "Kenapa pak? Nanti mereka nyariin Haechan."
"Emangnya kamu di bolehin kakak kamu makan permen kapas sama es krim?"
"Boleh pak."
Terdiam, Jaemin menghela napas pelan.
"Yasudah, kalau ga mau ya gapapa."
"Loh, kenapa pak?"
"Ya gapapa, kamu gak mau rahasiain kok."
Haechan terdiam bimbang. Tangannya pun bergerak rusuh di ujung baju kaos biru langitnya. "Ka-kalo Haechan minta izin ke kak Jeno dulu boleh pak?"
Jaemin melirik Haechan di bawahnya lalu menghela napas. "Terus rahasianya dimana?" Tanya Jaemin dengan datar dimana itu membuat Haechan menahan napasnya ketakutan.
"Dah lah ga usah aja, nih, kamu isi ya, besok kita bahas sekalian belajar matematika lagi."
Bibir Haechan bergetar ingin protes namun hanya bisa mengangguk dan menerima 2 jilid latihan soal dari Jaemin.
"Saya langsung pulang, ada yang harus saya kerjain di kantor."
Haechan mengangguk dan ikut berdiri dari duduknya untuk mengantar Jaemin ke arah pintu utama.
"Jangan lupa di kerjain, kalo gak mampu nanti bakal ada kuis."
Mata bulat beruang itu bergerak gelisah merasa tidak mampu. Bayangkan saja 2 jilid buku latihan dalam semalam? Dan kuis ini mengerikan bukan?
"Ngerti gak? Hm?"
Haechan mendongak, menatap Jaemin yang sudah menatapnya dengan tatapan galak. "Ka-kalo Haechan mau di ajak jalan-jalan ke mall tapi ga bilang Kak Jeno sama Mas Mark, ga usah kerjain latian soal gapapa?" Tanya Haechan dengan kedua tangan bergerak gelisah.
Jaemin terkekeh disitu, "Ini gak ada hubungannya sama jalan-jalan ke mall. Mau kamu ngerjain atau engga, itukan kewajiban kamu. Masalah jalan-jalan itu gak usah di bahas, saya tarik lagi tawarannya." Tangan Jaemin terangkat untuk menepuk pipinya dengan pelan, membuat Haechan menatap Jaemin meminta iba.
"Pa-pak.. Haechan gak bisa ngerjain buku latian 2 jilid semaleman."
"Belom di coba, saya pergi dulu ya, kamu kerjain dari sekarang biar besok selesai. Jangan buang-buang waktu kamu."
Lalu, guru itu pergi begitu saja membuat Haechan melengkungkan bibirnya. Linangan air mata mulai terlihat dan Haechan langsung mengusap air matanya segera.
"Ha-harus dari sekarang.." Bisiknya sembari menutup pintu dan langsung menduduki diri di tempat semula. Di ruang tamu depan meja tamu tempat ia belajar dengan Jaemin.
Haechan membuka buku bank soal biologi itu dan mulai mengerjakannya.
"Ke-kenapa essay?? Hiks kenapa gak pilihan ganda? Hiks banyak banget..." Haechan tidak bisa menahan tangisannya, namun tetap mengerjakan sebisanya. Beberapa soal ada yang ia lewatkan agar waktunya tidak terbuang sia sia.
Terus mengerjakan dengan serius hingga Haechan melupakan jika dirinya tadi menangis. Bahkan Haechan lupa jika kini Jeno sudah pulang dan menatapnya.
"Sayang, kamu serius banget. Belajar apa sih?"
"Biologi."
Jeno mendekatkan diri pada Haechan dan membaca soalnya untuk memastikan. Benar, itu soal biologi.
"Loh, kamu kan IPS sayang?"
Haechan terdiam kaku lalu, ia melihat buku yang sudah ia kerjakan hampir habis 1 jilid itu.
"Aaaa kakakkk, tapi adek di suruh selesein 2 jilid latian soal biologi sama pak Jaemin, besok harus selesai.."
Melihat Haechan yang merengek dan mulai menangis itu membuat Jeno tertawa puas.
"Astaga, istri aku di jailin sama Jaemin." Jeno langsung memeluk istrinya dengan gemas. Tapi Haechan masih fokus mengerjakan soalnya dengan air mata yang mulai turun.
"Aaa, kakak jangan ganggu, adek masih ada satu buku lagiii."
"Tuhan, ga usah kerjain, udah tutup. Ayo kita makan malem aja, kamu gak tau kan ini jam berapa? Aku pulang meeting aja jam 9 loh sayang." Ucap Jeno sembari mengarahkan pandangan Haechan ke jam tangannya yang menunjukkan pukul set 11 malam.
"Ta-tapi.."
"Dah dah, nanti aku yang bilang ke Jaemin. Lagian aneh, kamu anak IPS di suruh ngerjain biologi, habis habisin waktu aja. Emang ujian nasional ada biologi buat IPS? Di tipu kamu itu sayang."
Cup
Cup
Cup
Pipinya di kecup oleh Jeno berkali-kali membuat Haechan hanya bisa terdiam sembari menatap buku latihannya yang sudah ia kerjakan.
Yang menjadi pertanyaan,
Bagaimana ia bisa menjawab soal itu?
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.