"Bagus, besok kita belajar biologi ya."
Haechan mengangguk kaku dengan tatapan berbinarnya pada lembar latihan soal yang sudah di beri nilai. Nilai itu adalah 65 untuk matematika hari ini dan itu sudah mereka bahas setiap nomernya.
"Kamu di rumah sendirian?" Tanya Jaemin sembari membereskan alat tulisnya.
"Eum, engga pak, nanti Kak Jeno pulang. Biasanya malem." Jawab Haechan jujur, ia meraih kertas latihannya dan kembali mencerna hasil pembahasan mereka tadi.
"Loh, kamu gak tinggal sama Kakak kamu?" Tanya Jaemin lagi dan kini ia meneliti sekeliling interior.
"Udah engga pak."
Jaemin hanya mengangguk seadanya lali meraih gelas berbentuk sapi berisi setengah air putihnya itu. Ia meneguknya sampai habis lalu rambut coklat halus di dekat lututnya menarik minatnya.
"Gimana Pak Mark kalo di rumah? Beda gak?" Tanya Jaemin sembari menaruh tangan kanannya di pucuk kepala Haechan untuk mengelus dan menepuk pelan.
"Emang, mas kalo di tempat kerja gimana pak?" Balik tanya Haechan sambil mendongak menatap Jaemin penasaran.
"Hm, gimana ya? Tegas? Kata orang-orang sih begitu. Kenapa gak kamu tanya aja sama Jeno? Kan dia satu perusahaan?"
Ucapan Jaemin menyadarkan Haechan, kenapa ia tidak pernah menanyakan bagaimana Kakaknya di tempat kerja pada Jeno??
"Emm, nanti Haechan coba tanya pak, hehe."
Jaemin hanya bisa ikut tertawa dan semakin mengusak pucuk kepala Haechan dengan gemas. "Kamu ini,"
Ikut terkekeh, Haechan merasa nyaman dengan Jaemin yang memperlakukannya seperti seorang anak.
Pak Jaemin baik!
"Nanti, kita jalan-jalan mau gak?"
Kembali, Haechan menatap tatapan lembut Jaemin. "Kemana pak? Mau mau!!" Haechan tersenyum dengan antusias sangat tetlihat dari sorot matanya.
"Ke mall aja gapapa? Nanti saya jajanin."
"Boleh beli es krim sama rambut nenek?"
"Boleh, kamu suka makanan manis?"
Mengangguk kuat, Haechan benar-benar suka makanan manis. "Suka pak!"
Jaemin kembali tertawa, "Okey, besok kita beli itu tapi dengan syarat." Jaemin menurunkan tangamnya dari kepala Haechan untuk menunjuk pucuk hidung Haechan dengan lembut.
Haechan hanya mengikuti jari telunjuk Jaemin di hidungnya, membuatnya bola mata beruangnya berada di tengah. Dan itu lucu.
"Apa pak?" Tanya Haechan penasaran.
"Rahasiain kalo kita pergi, jangan bilang Jeno, termasuk kakak kamu."
Dengan mata bulatnya Haechan bertanya, "Kenapa pak? Nanti mereka nyariin Haechan."
"Emangnya kamu di bolehin kakak kamu makan permen kapas sama es krim?"
"Boleh pak."
Terdiam, Jaemin menghela napas pelan.
"Yasudah, kalau ga mau ya gapapa."
"Loh, kenapa pak?"
"Ya gapapa, kamu gak mau rahasiain kok."
Haechan terdiam bimbang. Tangannya pun bergerak rusuh di ujung baju kaos biru langitnya. "Ka-kalo Haechan minta izin ke kak Jeno dulu boleh pak?"
Jaemin melirik Haechan di bawahnya lalu menghela napas. "Terus rahasianya dimana?" Tanya Jaemin dengan datar dimana itu membuat Haechan menahan napasnya ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendición
FanfictionHaechan yang terbiasa harus menuruti segala perintah kakaknya, bertemu dengan jodohnya yang mau menuruti segala keinginannya... "Ini semua aneh." Haechan harem, 21++ (BXB, Incest, Seks, Naked, Kekerasan, Kata Kasar.)