"MAMA!" teriakan Aruno terdengar oleh Aurelia membuatnya kehilangan fokus dengan hal didepannya itu.
"Tidak!" darah keluar dari kulit yang baru saja tersayat pisau itu.
"Kakak."
***
Aurelia berlari secepat mungkin saat sebuah pedang dari seseorang berjubah hitam mengarah ke penjaga yang memegang pisau itu.
SLASH
Saat Pedang dari orang berjubah hitam itu menembus tubuh penjaga itu, Aurelia segera menarik Rein dan melindunginya dari pedang itu.
JLEB
Pedang itu menembus punggung Aurelia, ujung pedang itu bahkan menembus perutnya. Darah seketika menggenangi tempat mereka berdiri.
"MAMA!" Aruno berlari mendekati Aurelia yang sekarat.
Sedangkan Rein yang ada di pelukan Aurelia mengeluarkan seteguk darah dari mulutnya saat racun yang penjaga itu oleskan di pisau nya mulai bereaksi saat pisau itu berhasil menggores lengan nya tepat sebelum bilah pedang itu menembus tubuhnya.
"Aaron." Aruno yang khawatir dengan keadaan sang mama tidak mendengar apa yang Rein katakan.
Aurelia yang mendengar ucapan Rein melihat sekitar dan menyadari jika orang yang Rein cari pasti adiknya.
"Sayang." dengan lembut dan nafas yang berat Aurelia memanggil putra bungsu nya dengan penuh kehangatan.
"mama...." Aru menangis dengan keras namun saat mamanya memanggil ia mendengarkan dengan serius meski ia kini merasa sangat takut.
"Bawa anak itu menemui Rein."
Dengan langkah yang berat Aru menarik pelan lengan Aaron dan membawa nya mendekati Rein kakak kembarnya.
"Aaron?" saat tangan mereka bersentuhan, Rein langsung dapat mengenali adik kesayangan nya itu.
"Kakak." dengan suara yang lemah Aaron memanggil kakak nya itu. Ia dapat merasakan jika mereka akan berpisah.
"Maaf ya, kakak gak bisa tepatin janji kita. Kakak sayang Aaron."
"Ma!" air mata tak lagi dapat mereka berdua tahan. Kehilangan satu-satunya sosok berharga membuat mereka merasa dunia mereka hancur detik itu juga.
Semua terasa hampa, rasa sedih dan kebingungan mendominasi. Mereka tidak tau bagaimana mereka akan hidup tanpa kehadiran oran yang mereka sayangi itu.
Aaron memeluk tubuh saudara kembar nya yang tak lagi bernyawa, diam tanpa kata. Dunia nya terasa hilang, hidupnya kini terlihat hitam putih tanpa warna.
"kakak" dengan lembut Aaron menyentuh rambut Rein dengan sangat perlahan.
"kita akan bertemu lagi." Mata nya yang awalnya berwarna putih kini berubah menjadi ungu. Menatap sekitar lalu mengambil sebuah pisau yang tergeletak di tanah tak jauh dari tempatnya berada.
ia menyayat telapak tangan nya hingga berdarah.
"aktifkan." lalu meminum darah dari tangan nya itu. Dipunggung tangan nya seketika tercetak simbol 'I'.
ia memejamkan matanya lalu memikirkan waktu spesifik dari kejadian sebelum kematian Rein.
***
Aaron membuka matanya dan melihat kekacauan yang terjadi beberapa saat lalu.
"ternyata berhasil" ia bergumam pelan hingga hanya dia yang mendengar ucapan nya itu.
"MAMA!" teriakan Aru membuatnya kembali sadar dengan apa yang ingin ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinald (Hiatus)
Fantasy[ Bukan BxB ] Meski batas antara kenyataan dan fantasi semakin buram bagiku, itu bukan rintangan. "Kan kujalani hariku tanpa penyesalan" Hanya satu tujuan ku, hidup dengan baik sampai akhirnya waktu menjemput.