Renjun dan Jaemin berdiri di pintu, saling tersenyum.

Jaemin menyerahkan seikat bunga mawar untuk Renjun. "Untukmu."

"Terima kasih sudah datang, Mas. Kamu tidak perlu repot-repot membawa camilan dan bunga," kata Renjun dengan tulus.

"Ah, nggak papa apa, Ren. Mas pikir bunga ini bisa sedikit mencerahkan harimu," jawab Jaemin sambil memberikan bunga itu kepada Renjun.

Renjun tersenyum lebar. "Terima kasih, Mas. Ini sangat indah."

Mereka duduk di ruang tamu, menikmati kopi sambil mengawasi anak-anak yang bermain. Jaemin merasa senang bisa membantu Renjun, sementara Renjun merasa lega karena Chenle kini bahagia bermain dengan Jisung. Kedekatan anak-anak mereka tampaknya menjadi awal yang baik untuk membangun kembali komunikasi dan hubungan yang lebih baik antara Renjun dan Jaemin.

Setelah anak-anak mulai bermain dengan riang di ruang tamu, Renjun memutuskan untuk memasak makan siang. "Aku akan memasak makan siang. Mas, kamu bisa duduk dan santai saja," katanya sambil berjalan menuju dapur.

"Ah, tidak perlu. Aku bisa membantu sedikit-sedikit," jawab Jaemin, mengikuti Renjun ke dapur.

Renjun tersenyum. "Baiklah, kalau begitu. Kamu bisa membantuku memotong sayuran."

Jaemin mengangguk dan mulai membantu. Mereka bekerja sama di dapur dengan suasana yang nyaman. Renjun mengajarkan beberapa teknik memasak kepada Jaemin yang dari tadi mendengarkan dengan seksama.

"Kamu benar-benar berbakat memasak, Ren. Mas kagum," puji Jaemin sambil memotong sayuran.

"Jangan puji aku, memasak itu basic skills." jawab Renjun dengan rendah hati.

Setelah beberapa saat, makanan pun siap. Renjun menyiapkan meja makan, sementara Jaemin memanggil anak-anak untuk makan siang.

"Chenle, Jisung, makan siang sudah siap! Ayo, kita makan bersama." panggil Jaemin.

Anak-anak segera berlari ke meja makan dengan penuh semangat. Mereka duduk bersama di meja, dan Renjun menyajikan hidangan yang telah ia masak. Aroma masakan memenuhi ruangan, membuat semua orang lapar.

"Wah, baunya enak sekali, Mama!" seru Chenle dengan senyum lebar.

"Ya, benar. Masakan Kak Renjun pasti lezat," tambah Jisung.

Jaemin mencicipi hidangan pertama. "Renjun, ini enak sekali! Kamu benar-benar hebat dalam memasak."

Renjun tersenyum bahagia mendengar pujian dari Jaemin dan anak-anak. "Terima kasih, Mas. Aku senang kalian menyukainya."

Mereka menikmati makan siang bersama, dengan suasana hangat dan penuh tawa. Chenle dan Jisung saling berbagi cerita tentang permainan mereka, sementara Renjun dan Jaemin mengobrol dengan lebih santai.

Setelah makan siang selesai, Jaemin membantu membersihkan meja dan mencuci piring. "Terima kasih, Renjun. Makan siangnya luar biasa. Mas tidak sabar untuk mencicipi masakanmu lagi di lain waktu," kata Jaemin sambil tersenyum.

"Terima kasih juga karena Mas sudah datang dan membawa Jisung. Chenle sangat senang bisa bermain dengan Jisung " balas Renjun dengan tulus.

Setelah makan siang yang lezat, Chenle mulai merasa mengantuk. Dia menguap besar dan menggosok matanya dengan tangan kecilnya. Renjun melihat ini dan tersenyum lembut.

"Chenle, kamu sudah mengantuk, ya? Ayo, kita tidur siang," kata Renjun sambil mengangkat Chenle dari kursinya.

Jisung melihat Chenle yang mengantuk dan berkata, "Aku juga mau tidur siang, Kak Renjun."

Renjun mengangguk. "Baiklah, Jisung. Kamu bisa tidur bersama Chenle."

Renjun mengajak kedua anak itu ke kamar tidur.

Jaemin tetap di ruang TV, memberi mereka waktu untuk tidur siang. Setelah memastikan Chenle dan Jisung nyaman di tempat tidur, Renjun keluar dari kamar dengan hati-hati agar tidak membangunkan mereka.

Renjun berjalan ke ruang TV dan menemukan Jaemin sedang menonton acara di TV. "Maaf meninggalkan mu sendiri, Mas." kata Renjun sambil duduk di sofa.

"Tak masalah, Renjun. Anak-anak lebih penting." jawab Jaemin dengan senyum.

Renjun mengambil tempat di sebelah Jaemin. "Terima kasih sudah datang hari ini. Aku benar-benar berterimakasih."

Jaemin menoleh ke arah Renjun. "Aku senang bisa membantu. Dan anak-anak juga senang bermain bersama."

Renjun mengangguk. "Iya, mereka sangat dekat sekarang. Aku senang melihat Chenle punya teman seperti Jisung."

Jaemin tersenyum. "Aku juga. Mereka tampaknya saling melengkapi dengan baik. Chenle sangat menyenangkan, dan Jisung selalu ceria di dekatnya."

"Ya, aku juga menyadarinya."

"Renjun.. Kenapa kamu tidak menghubungi ku bahkan setelah kamu resmi bercerai dengan Jeno?"

"Maaf- aku mengambil waktu untuk memastikan perasaanku. Aku takut hanya menjadikan Mas sebagai pelarian." Renjun meraih tangan Jaemin dan meremasnya. "Aku takut dianggap murahan jika baru bercerai langsung lari ke pelukan mu, Mas."

Jaemin sudah mendengar semuanya. Cukup. "Sudah jangan bicarakan ini. Kamu sudah melakukan hal yang benar."

Pertemuan ini tidak hanya membuat anak-anak mereka lebih dekat, tetapi juga membuka peluang bagi Renjun dan Jaemin untuk saling mengenal lebih baik.

Dengan setiap kata yang diucapkan dan setiap senyuman yang dibagikan, mereka semakin yakin bahwa ini adalah awal dari hubungan yang lebih erat dan penuh harapan.

Happy reading

Istri Teman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang