Kau Milikku

Mulai dari awal
                                    

"Jer, kau mau kemana?" tanya Marko saat melihat adiknya itu kembali menuju perpustakaan tampa masuk ke kamar.

"RUBI!! YA TUHAN SAYANGKU SUDAH SADAR!!" Teriak Chaeyong saat melihat Rubi yang masih duduk dipinggir tempat tidur. Wanita cantik itu segera memeluk dan menciumi seluruh wajah keponakannya sampai-sampai Celia yang melihat itu geli sendiri.

"Bagaimana keadaanmu? Ada yang sakit? Rubi?" Tidak ada jawaban dari keponakannya, mata Rubi melihat kearah belakang sang adik dengan kerutan didahinya dan tatapan bingung.

Chaeyong yang tau arah tatapan keponakannya itu duduk disamping Rubi. Dengan perlahan wanita cantik itu membelai rambut panjang Rubi, Rubi yang merasakan itu hanya menoleh sebentar pada bibinya dan melihat lagi kearah oran-orang yang berdiri memandangnya dengan tatapan lega dan terharu.

"Rubi, mereka-"

"Aku sudah tau bi," potong Rubi saat bibinya akan menjelaskan.

"Maksudmu?" Ganti Chaeyong yang bingung dengan kata-kata keponakan cantiknya itu.

"Ayah dan Ibu ikhlas bertukar dengan mereka jadi aku juga harus menerimanya. Jerico, Andy dan Bibi bertahun-tahun bahkan ratusan tahun tidak berkumpul dengan keluarga kalian pasti rindu yang menyesakkan ada dihati kalian lebih dari aku dan Celia jadi bibi tidak perlu jelaskan, aku yakin nantinya ayah dan ibu akan berenkarnasi dan kami bisa bertemu kembali seperti bibi sekarang," ucap Rubi dengan senyum tulusnya.

Chaeyong yang mendengar itu hanya bisa menangis dan menarik tubuh Rubi untuk dia peluk. Bukan hanya sang bibi yang menangis tapi juga seluruh wanita yang ada dikamar itu ikut menangis dan dipeluk oleh para suami mereka kecuali Winhui. Jerico yang berdiri dibalik pintu hanya menutup matanya merasakan sakit dan rasa bersalah yang amat besar karena menyakiti gadisnya sekali lagi.

"Rubi, kau dan Celia tidak sendirian kalian berdua adalah putri kami, kami sudah berjanji pada ayah dan ibumu akan menjaga kalian. Maaf karena selama ini kami hanya bisa menjaga kalian sembunyi-sembunyi tapi setelah kami tau kalian sudah bertemu dengan Jerico dan Andy kami mulai berani menunjukan diri pada kalian," jelas ibu Andy sambil memeluk Celia yang sedang terisak. Celia tau dia mungkin egois karena marah mengetahui orang tuanya berkorban demi keluarga Andy dan Jerico bisa reinkarnasi duluan, tapi dia juga paham dia saja yang baru beberapa tahun kehilangan orang tuanya sangat merindukan ayah dan ibunya apalagi para pangeran dan bibi mereka yang sudah ratusan tahun tidak bertemu pasti lebih sangat merindu.

Ibu Jerico maju dan membelai rambut panjang Rubi. Wanita cantik itu hanya diam tapi tetap tersenyum pada gadis yang dicintai oleh anaknya itu, dia juga menoleh pada Celia dan membelai rambut gadis itu dengan hangat. "Kalian permata kami, kalian sama berharganya dengan Chaeyong, Jirim dan Hae Soo terlepas siapa kalian dan takdir kalian. Walaupun jika Jerico dan Andy bisa reinkarnasi tampa kalian atau orang tua kalian tidak mau bertukar dengan kami kalian berdua tetap permata kami. Kalian tidak sendiri lihat kalian punya ibu dan ayah sebanyak ini, jadi jangan merasa sendiri, paham?" Rubi dan Celia tersenyum kecil sambil mengangguk.

"Nah mulai sekarang panggil aku mommy dan ini eomma dan yang lain panggil saja bibi tidak apa," kata ibu Andy yang langsung dijawab protesan yag lain.

"Bi ehhh Ibu, Jerico dimana?" tanya Rubi sambil melihat mereka semua yang ada disana.

"Hmmm... itu... itu... Jer-"

"Dia menghindarimu," jawab paman Jerico memotong kata-kata istrinya.

"Kenapa?" tanya Rubi bingung

"Dia menghindarimu karena takut kalau kau dekat dengannya kau akan celaka lagi." Mendengar kata-kata Paman Jerico membuat Rubi sedikit tidak terima.

Tampa basa basi Rubi berdiri dan melangkah keluar kamar. Mereka semua panik apalagi saat berdiri tadi Rubi sedikit oleng tapi namanya juga Rubi ini anak keras kepala dia tetap berjalan perlahan keluar kamar walaupun pusing masih sedikit mendera kepalanya dan tubuh yang masih lemah tapi Rubi tetap pergi mencari Jerico.

Entah ikatan batin atau apa tapi Rubi seperti tau dimana Jerico sekarang. Rubi berjalan menuju taman belakang yang memang tidak pernah tersentuh siapa pun kecuali para pelayan tetua.

"KAU INI PRIA BUKAN SIH?!" Teriak Rubi marah saat melihat Jerico yang duduk direrumputan sambil menenggelamkan wajahnya kelipatan tangan.

"KAU INI SUDAH DEWASA TAPI PIKIRANMU SEPERTI ANAK TK. APA-APAAN KAU MAU MENGHINDARIKU, KAU TIDAK TAU PENGORBANANKU?!" Teriak Rubi lagi sambil berjalan kearah Jerico. Jerico yang mendengar itu hanya diam memproses kata-kata Rubi.

"KENAPA KAU DIAM SAJA?! JAWAB PENGECUT AKU INI SIAPA UNTUKMU?! AKU TIDAK BERHARGA UNTUKMU MANGKANNYA MAU KAU BUANG BEGITU SAJA?! JAWAB.. JAWAB.. JAWAB!!!" Rubi memukuli dada bidang Jerico. Dia marah sangat marah bisa-bisanya sudah sejauh ini bahkan secara cepat Jerico sudah mengambil hati dan cintanya, sekarang dia mau dibuang begitu saja.

"Rubi aku tidak mau kau terluka aku tidak mau-"

"Kau milikku dan aku akan mempertahankan milikku" potong Rubi dengan suara pelan dan tegas membuat Jerico membelalakan mata tidak percaya dengan kata-kata gadisnya.

SILA || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang