"Gue capek. Pesen taxi aja ya, kita? Biar gak kemaleman dijalan" ujar Rachel sedikit berteriak karna jarak antar keduanya cukup jauh. Sekitar dua meter ada, mungkin.

"Sebentar lagi sampai. Uangnya mending ditabung, lumayan bisa buat beli permen" jawab Bagas tetap dengan nada dingin. Entah Rachel mendengarnya atau tidak, ia tidak peduli.

Limabelas menit berlalu, saat mereka mulai melihat gerbang SMA Bhimantara, disitulah Rachel tersenyum senang dan sedikit berlari meninggalkan Bagas. Sontak, Bagas ikut berlari menyamping kearah Rachel.

"Gak perlu lari, bisa?" ketusnya masih berlari.

"Gak bisa. Gak sabar makan gue, laper" jawab Rachel tanpa gengsi.

Tiba-tiba Rachel mengingat sesuatu, ia melihat jam tangan kecilnya. 19.08 WIB. Cewek tinggi itu berhenti mendadak sehingga terjadilah tabrakan yang tentu tidak disengaja oleh nya maupun yang lain.

Brakkkk

"Awssss," rintih Rachel merasa berat dibagian punggung. Ia lalu menoleh kebelakang, dan betapa kagetnya dia saat sadar siapa sosok yang menimbun nya. "BAGAS!" pekiknya.

Disisi Bagas, ia yang tidak tau jika Rachel menghentikan larinya dengan tiba-tiba membuatnya tidak bisa terkendali dan menubruk tubuh kecil milik Rachel dan menindihnya dibagian punggung.

"Lo berat banget, ya Allah" pertama dalam sejarah. Rachel mengingat Tuhannya kala mendapat musibah. Apakah ini sebuah perubahan karna Bagas? Sejak tinggal di asrama, Rachel sama sekali tidak meninggalkan ibadahnya. Karna yang selalu menjadi imam di mushola asrama adalah Bagas.

Bagas yang tersadar karna rintih kesakitan dari Rachel segera bangkit dan menegakkan tubuhnya yang merinding. Iya merinding. Baru kali ini dirinya bersentuhan dengan teman sebaya terlebih Rachel. Itupun tidak disengaja. Oleh karna itu, Bagas terus saja merapalkan istighfar dan meminta maaf kepada Tuhan karna kesalahannya.

"Sorry, Gu-gue yang salah gak liat lo berhenti. Nabrak deh" ucap Bagas merasa bersalah.

Rachel berdecak, lalu segera bangkit dan membersihkan roknya yang sedikit kotor karna terjatuh di trotoar. "Bukannya bantuin juga" dumelnya.

"Bukan gitu. Ki—"

"Kita bukan Muhrim. Gak boleh bersentuhan, kalo lo bantuin gue otomatis lo nyentuh gue. Jadi, bisa dapet dosa. Bukan hanya lo, tapi gue juga. Gitu, kan?" potong Rachel lalu menjelaskan kata-kata yang selalu diucapkan Bagas.

Bagas tersenyum, tipis. Gelapnya malam membuat senyum yang jarang sekali diperlihatkan itu tertutup dengan cahaya yang minim."i-iya. Lo kenapa berhanti? Ada masalah?" tanya Bagas.

"Gue baru inget"

Bagas mengernyit bingung. "Apa?"

"Anterin gue ke cafe A&Z. Gue ada perlu"

"Tap--"

Rachel mengangkat tangan dan menyatukan didepan dada, lalu memasang wajah memohon kepada Bagas. "Tolong gue, gu—gue harus selesein masalah gue sekarang. Bantu gue, pliss" mohon Rachel.

Dengan berat hati, Bagas mengangguk. Lalu mengikuti kemana arah Rachel berjalan.

—————

Mereka sampai didepan cafe A&Z yang dimaksud oleh Rachel. Keduanya segera masuk dan ketempat resepsionis untuk menanyakan ruang VIP tempat pertemuan kedua keluarga itu dimana.

"Mbak, ruang VIP yang dipakai untuk pertemuan Om Alex dan ayah saya Arga Mahendra dimana ya?" tanya Rachel.

"Diruangan lima, mbak. Mari, saya antar" ujar pelayan tersebut lalu melangkah terlebih dulu memimpin Rachel dan Bagas.

DIA PERGI?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang