"Baguslah. Oh iya sepertinya tadi dia ingin menyampaikan sesuatu tapi kami tidak paham maksudnya apa, mungkin kalian bisa memeriksanya nanti."
"Benarkah?" tanya Hyunjin memastikan, ia melirik ke arah penduduk desa yang sudah berjalan duluan, "dia terkadang seperti itu. Akan coba kami tanyakan nanti."
"Tampaknya ketakutan. Apa mungkin dia ketakutan karena kalian ingin menangkapnya?"
Hyunjin menghela napas, ada benarnya pendapat Jihoon.
"Sudah sejak lama tuan Gyuri memerintahkan penduduk desa untuk menangkap Terra jika bertemu, tapi Terra itu sudah ketakutan duluan. Maklum saja ya, ada banyak orang yang mengalami trauma sejak penyerangan hari itu, kurasa dia juga sama karena itu dia selalu menghindar jika kami dekati."
Sekarang Jihoon paham dengan maksud penangkapan gadis bernama Terra itu. Ia menjadi lebih tenang kalau urusan penduduk terselesaikan berkat bantuan mereka.
"Aku permisi duluan ya–" Hyunjin agak membungkuk, menunjuk Jihoon dengan jempol sebagai isyarat bagi Jihoon untuk menyebut namanya.
"Jihoon."
"Ah iya Jihoon, dan?"
Pandangan beralih pada Myungho.
"Namanya Myungho," jawab Jihoon.
Myungho masih diam di tempat, bahkan ia tak berani menaikkan pandangan untuk melihat langsung sosok Hyunjin.
"Kau baik? Jika kurang sehat kau bisa pergi ke bangunan di sebelah balai desa setelah ini, aku bisa memeriksa keadaanmu nanti."
Myungho menggeleng.
Dirasa Myungho sedang enggan bertegur sapa Hyunjin kembali membungkuk dam berbalik menyusul penduduk desa yang sudah pergi duluan. Jihoon menyenggol bahu Myungho, mempertanyakan sikap Myungho yang mendadak aneh.
"Kau kenapa? Kau baik-baik saja?"
Sontak tangan Myungho gemetar tanpa sadar, tungkainya mendadak lemas sampai keseimbangannya goyah. Langsung Jihoon berupaya menahan bahu Myungho begitu pria itu tiba-tiba jatuh bersimpuh.
"Myungho, jawab aku. Ada apa denganmu?"
"Kalian baik-baik saja?"
Tak hanya satu orang yang bertanya, menyadari kehadiran orang lain Jihoon menoleh dan membungkuk kecil pada orang terpandang di desa ini.
Sadar kalau yang kondisinya tidak baik adalah Myungho, Gyuri merunduk menyamakan tinggi dan menepuk bahu pria itu.
"Kau baik? Terjadi sesuatu?"
Myungho menoleh pada Gyuri, napasnya semakin tercekat begitu melihat sosok orang lain yang berdiri di sebelah Gyuri. Tubuhnya yang sudah lemas dipaksa bangkit untuk mengambil langkah besar, melarikan diri.
Jihoon tidak paham dengan sikap Myungho yang mendadak tak wajar, ia juga tak enak pada Gyuri karena perilaku tidak sopan.
"Maafkan perilaku temanku tuan," ujarnya seraya membungkuk kembali.
"Tidak apa-apa," jawab Gyuri, ekor matanya mengikuti ke arah mana Myungho pergi, "sepertinya terjadi sesuatu padanya, kau harus memeriksa keadaannya. Jika genting beritahu aku."
"Pasti tuan, aku permisi."
Sekali lagi Jihoon memberi salam dengan membungkuk, sesudahnya barulah ia melangkah cepat menyusul Myungho.
Orang yang sedari tadi berdiri di sebelah Gyuri turut memperhatikan Jihoon. Ia lalu menatap ke arah Gyuri.
"Mereka adalah penduduk baru yang kau maksud?" tanyanya.
"Iya ayah. Tapi sepertinya mereka tidak akan menetap lama-lama."
"Kenapa?"
"Mereka akan pergi meninggalkan pulau ini setelah mendapatkan petunjuk tentang pulau ketujuh," terang Gyuri menjelaskan.
Seumur hidupnya Gyuseok sering menjumpai kasus semacam ini. Sama seperti Gyuri pada saat para penjelajah ini sampai, ia juga tersenyum karena tidak ada yang akan orang-orang itu dapatkan selain sebuah kesia-siaan. Semua orang yang berusaha keluar dari samudra ini selalu terhenti di pulau keenam, setelah tahu tak ada yang bisa mereka lakukan selain menetap, semuanya menyerah.
"Bilang pada mereka semua untuk menemuiku malam ini."
Gyuri mengiyakan permintaan ayahnya. Sejak sadar dan pulih sang ayah memang belum pernah berjumpa langsung dengan para pendatang, mereka juga perlu disambut oleh si tetua adat.
"Dengan apa mereka sampai kemari?" tanya Gyuseok lagi.
"Sebuah kapal."
"Sudah hancur?"
Gyuri menggeleng, "masih bagus. Sekarang sedang diperbaiki."
Setelahnya Gyuseok tampak tersenyum masam, ia menghela napas. Tampak agak kecewa dengan peraturan darinya yang tidak diindahkan.
"Hancurkan kapal mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai
Fanfiction"Bahkan jika seluruh dunia berakhir malam ini. Aku ingin kita memutar kembali waktunya sekarang!" Start: 29 Januari 2024 190224 #1 in "ekspedisi" 110724 #1 in "myungho" 240724 #1 in "air" 011124 #1 in "joshua"
58. Terra
Mulai dari awal