꒰𖠔꒱ Kemarahan Sang Kaisar

Mulai dari awal
                                    

" ... Apa aku mate-nya? Aku tidak menghirup aroma harum dan tidak merasakan gelenyar asing saat bersentuhan dengannya, kecuali rasa nyaman," gumam Chloe. Ia bingung dengan situasi ini. Dia sendiri selalu bicara menolak sentuhan pria itu, tapi tidak berusaha keras untuk lepas dari sang pria. Ia ragu bahwa mereka adalah pasangan mate karena Chloe tidak merasakan ciri-ciri apa pun, juga tidak mungkin Chloe menjadi pasang sang penguasa. Chloe mengatup bibir. Menutup mata. Sekarang, ia tidak mau terlalu memikirkan soal ini. Lebih baik istirahat, memikirkan masalah esok hari pun mempersiapkan diri untuk minta maaf pada sang kaisar besok.

... Aku tidak akan dihukum mati karena pergi tanpa pamit, bukan? batin Chloe.

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

Chloe menghela napas. Melangkah menyusuri lorong di mana ruangan Kalyan berada. Dia merasa sangat bersalah. Tentu harus minta maaf. Chloe berdiri di depan pintu ruangan Kalyan. Mengatur detak jantung yang berdebar tidak berdasar. Ia mengetuk pintu sebanyak tiga kali, lalu bergeming saat mendengar suara dingin Kalyan dari dalam. Yang terdengar menahan emosi.

Suasana hatinya tidak bagus, bahkan aku belum minta maaf, batin Chloe makin merasa bersalah. Apakah karena dia pergi tanpa izin? Namun, Chloe sudah menyimpan surat yang berisi ucapan terima kasih. Yah, bagaimanapun pergi tanpa pamit sangat tidak sopan, apalagi untuk seorang kaisar. Ia membuka pintu ruangan sambil menunduk. Tidak berani menatap wajah Kalyan. Namun, Chloe dapat merasakan tatapan tajam pria itu , juga aura dingin yang membuat orang lain tidak nyaman. Chloe menelan ludah, merasa takut. Ia menarik napas. "Selamat pagi, Baginda," sapa Chloe. Tetap bersikap tenang.

"Apa kau tahu pergi begitu saja dan membuatku khawatir itu sangat tidak sopan?" tanya Kalyan. Nadanya terdengar menahan amarah. Dia berusaha untuk tidak mendekati Chloe dan menyalurkan emosi yang akan meluap pada gadis itu. Chloe baru saja pulih, dia tak mau membuatnya sakit lagi.

"Maafkan saya, Baginda. Ayah saya mengirimkan pesan bahwa dia akan menjemput saya jika tidak langsung pulang." Chloe menutup mata. "Dia akan tahu bahwa saya telah mengeluarkan energi yang membuat saya harus memulihkan diri selama satu hari."

Kalyan memukul meja. "Bukan berarti kau bisa pergi begitu saja! Apa susahnya mencariku atau menungguku lalu pamit, huh?"

Chloe sedikit kaget dengan sikap Kalyan, juga suara pukulan meja yang terlalu keras. Namun, dia harus tetap tenang. Memang ini salahnya. Hanya saja, dia tidak menyangka Kalyan akan semarah ini. "Maafkan saya, Baginda."

"Jangan bicara formal padaku."

"Maafkan aku, Kalyan."

Kalyan jengkel. Dia berdecak dan mengusap surai putihnya hingga berantakan. Ia menaikkan kedua kaki ke meja dan bersandar malas. "Kenapa kau melakukan itu?" Keningnya berkerut, menatap tajam Chloe yang sedang menunduk. "Angkat kepalamu."

Chloe mengangkat wajah. Diam sejenak, lalu menjawab, "Aku mengkhawatirkanmu."

"Lalu? Kau pikir aku tidak cemas? Aku juga khawatir padamu! Menurutmu bagaimana perasaanku saat melihatmu terbaring sekarat begitu?!" Kalyan berdiri, melangkah mendekati Chloe. Mencengkeram kedua lengannya. "Aku juga kesal karena kau pergi begitu saja. Kau sangat bersikap lancang pada pemimpin dunia ini."

Chloe bungkam. Menyimpan pertanyaan atas sikap Kalyan. "Aku minta maaf karena bersikap lancang,  tapi aku juga punya alasan. Situasinya akan memburuk jika ayahku tahu aku pergi menemuimu." Ia menggigit bibir, lalu berkata. "Terima kasih karena telah menjagaku selama aku memulihkan diri." 

Kalyan mendesah jengkel. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan perasaan yang meluap-luap ini. Ingin rasanya menghancurkan sesuatu  untuk melampiaskan amarah, tapi tidak mungkin dia melakukan itu di depan Chloe. "Kau sangat menyebalkan."

"Maafkan aku." 

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Kalyan-yang hendak membalas perkataan Chloe. Pria itu menghela napas jengkel, lalu beranjak ke kursi sambil merapikan rambut. Ia mempersilakan siapa pun itu untuk masuk.

"Ini saya, Yang Mulia." Kepala Sekolah melangkah masuk setelah membuka pintu.

Chloe tersenyum sebagai sapaan kepada Kepala Sekolah. Ia memperhatikan pria paru baya itu berbincang sedikit serius dengan Kalyan perihal festival musim, lalu menanyakan keadaan Chloe. Setelah itu, Kepala Sekolah keluar dari ruangan. Meninggalkan Chloe bersama Kalyan.

"Chloe, pergi dan awasi pekerjaan anak-anak di lokasi ketiga festival. Aku tidak bisa ikut ke sana karena harus memeriksa laporan dari para guru," pintah Kalyan dengan nada datar. 

"Baik, Kalyan."

"Jangan datang ke ruanganku sebelum jam makan siang berakhir."

Chloe bergeming. Melirik wajah Kalyan. Menilik ekspresi pria itu. Kalyan tampak tenang, raut mukanya terlihat dingin. Sang gadis mengangguk, lalu membungkuk pamit. "Aku pergi dulu." 

"Hm."

Chloe keluar dari ruangan sang penguasa. Lantas berjalan menyusuri lorong dengan perasaan campur aduk. Dia memang tenang, tapi tetap merasa takut. Namun, dia tentu tak bisa mengeluh karena ialah penyebab amarah sang kaisar muncul. Chloe menghela napas. Menatap ke depan. Lalu terkejut melihat pekerja kantin—seorang pria muda—datang sambil membawa nampan gelas kopi-Chloe tahu lelaki itu karena dia sudah lama bekerja di sini.

Chloe tersenyum sebagai sapaan saat melewati lelaki muda itu dan dibalas anggukan singkat oleh si pria. Namun, Chloe merasa aneh setelah orang itu lewat. Ia merasakan sesuatu yang kuat dan gelap. Sihir hitam, bukan, sihir gelap terang. Chloe berbalik sambil membelalak, memperhatikan punggung pekerja kantin yang perlahan menjauh. Ia yakin pria itu adalah manusia biasa, lantas dari mana asal aura sihir itu?

Firasatku tiba-tiba jadi buruk, batin Chloe. Kopi itu untuk Kalyan, bukan? Chloe mengejar, menepuk pundak pria muda itu singkat. "Maaf mengganggu waktu Anda sebentar. Apa saya boleh menanyakan sesuatu?"

Pekerja itu tersentak. Berbalik dengan wajah takut dan ragu. "Ada apa, Miss Chloe?"

Chloe melirik kopi itu sejenak. "Kopi ini milik Baginda Kaisar, bukan?"

"Anda benar. Saya diminta untuk mengantarnya." Pria itu makin takut. Dia berkeringat dingin.

"Begitu." Chloe sedikit mengernyit. Aura aneh itu jelas dari kopi ini. Namun, bagaimana cara agar pekerja itu tidak jadi membawanya ke ruangan kaisar? Chloe menghela napas. Jika aku menumpahkan kopi itu, dia pasti akan membawa minuman dengan aura yang sama pada Kalyan. Kalau aku mengikutinya ke ruangan kaisar ... aku yang akan dimarahi. Aku tak mau menambah masalah. Di sisi lain ... kenapa pria ini terlihat begitu takut? batin Chloe sambil melirik sang pekerja.

Pria itu menelan ludah. Lalu membungkuk singkat pada sang gadis. "Kalau begitu, saya pergi dulu! Saya tak mau membuat Baginda Kaisar menunggu. Anda ... pasti paham." Dia beranjak pergi dengan langkah buru-buru.

Chloe bungkam. Menatap kepergian sang pekerja. Menghela napas. Ia segera meninggalkan  tempat ketika ponselnya berbunyi, dari Kepala Sekolah untuk secepatnya pergi ke lokasi ketiga festival. Aku harap Kalyan menyadari kopi aneh itu dan tidak meminumnya ..., batin Chloe.

Adegan awal Chloe berpaspasan dengan pekerja kantin itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adegan awal Chloe berpaspasan dengan pekerja kantin itu ... Chloe enggak mengajak si pekerja berbincang, cuma curiga saja, tapi adegan final jadi seperti yang kalian baca barusan.

Our Destin ꒰𖠔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang