"Lo kenapa sih?" tanya Clara.

"Gue nggak papa kok beneran." jawab Azel, sekali lagi ia berbohong.

"Bohong lo." ucap Clara.

Dengan cepat Clara menyambar ponsel Azel. Ia pun membuka ponsel Azel yang tak pernah menggunakan sandi.

"Clara, balikin HP gue." rengek Azel.

"Lo tuh kalo nggak diginiin nggak mau jujur." tandas Clara.

"Ra, balikin ahh." timpal Hessa.

Clara mengangkat wajahnya, lalu menatap Hessa yang duduk tepat didepannya.

"Udah deh kak, belum juga resmi udah sok-sokan belain aja." kata Clara yang sukses membuat Hessa terdiam.

Lagipula semua orang tau kalau Hessa itu sudah lama naksir sama Azel. Cuma baru sekarang saja mereka bisa bertemu dan mengobrol dekat dengan perempuan yang selalu saja ditempeli Jay itu.

"Oh... jadi ini!" seru Clara.

Riwayat panggilan masuk yang ada di ponsel Azel akhirnya berhasil menjawab segala rasa penasaran Clara dan Hessa.

Clara mengembalikan ponsel Azel. Ia bertopang dagu dan menatap Azel yang terlihat begitu malas dengan wajahnya.

"Dia mau kesini?" tebak Clara.

Azel hanya mengangguk lesu.

"Mau jemput lo?"

Sekali lagi Azel mengangguk mengiyakan pertanyaan Clara.

"Lho, Zel, tadi kan katanya mau pulang bareng gue." ucap Hessa.

"Sorry kak....." cicit Azel.

Wajah Azel sudah dihiasi rasa bersalah karena harus ingkar janji terhadap Hessa. Padahal sejak awal ia sudah bilang akan pulang bersama Hessa. Tapi sepertinya sekarang kenyataannya justru berbeda.

Clara mendengus pelan. Sudah hafal dan biasa melihat Azel yang seperti ini.

"Ra, please deh! Jay itu bukan bokap lo! Kenapa lo harus setakut itu sama dia? Sekali kali coba lo lawan dia dong, jangan biarin dia seenaknya aja sama lo!" jelas Clara dengan nada penuh kekesalan.

"Ra, udah. Gue yakin Azel punya alasan buat lakuin ini semua." lerai Hessa.

Sikap Hessa semakin membuat Azel merasa bersalah. Ia semakin tak enak hati saat harus ingkar janji pada lelaki sebaik dan sesabar Hessa. Apalagi jika mengingat bagaimana usaha Hessa untuk bisa dekat dengannya.

"Maafin gue ya kak. Lo berhak marah kok sama gue. Gue beneran nggak tau---" ucapan nya di seketika dipotong oleh Hessa.

"Zel, udah. Gue gapapa kok." potong Hessa.

Hessa meraih sebelah tangan Azel yang terpaku di atas meja. Ia menggenggamnya lembut. Mungkin bermaksud agar untuk meyakinkan Azel bahwa ia baik-baik saja.

"Makasih ya kak." ungkap Azel.

"Iya, sama-sama." balas Hessa.

"Nggak usah pegang-pegang bisa?!"

Sentakan kuat membuat genggaman Hessa terlepas. Disusul dengan pandangan menusuk yang kini tertuju pada lelaki bersurai kecokelatan itu.

"Jay." guman Azel.

Cepat-cepat Azel berdiri dan meraih tangan Jay.

"Kita pulang sekarang ya. Lo kesini mau jemput gue kan?" ucap Azel berusaha mengalihkan perhatian Jay dari Hessa.

"Gue harap ini terakhir kalinya Lo ketemu sama Azel!" desis Jay tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari Hessa.

"Dan Lo!" Jay menunjuk Clara yang sudah ketakutan setengah mati. Padahal tadi dia pula yang koar-koar menyuruh Azel agar melawan Jay.

WHAT IS MY DESTINY???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang