"Ada masalah apa?" tanya Luna pelan

"Ini yang mau aku ceritain, sayang. Kamu mau dengerin ya?" jawab Gio

Luna mengangguk pelan, lantas melepaskan pelukannya. "Tapi di luar aja mau nggak? Aku bosen"

"Iya, boleh, kamu mau kemana?"

"Kemana aja yang penting ke luar"

Tangan Gio terulur menyibak rambut Luna ke belakang telinga, "Lemes banget sih kamu? Sakit?"

"Pusing kebanyakan nangis" jawab Luna

Gio menghela nafas pelan, "Maaf ya, sayang"

"Nanti aja diomongin. Sekarang sarapan dulu, yuk! Kamu pasti nggak sempat makan apa-apa kan dari semalem. Yuk! Bunda udah masak"

Luna menarik tangan Gio untuk dia ajak masuk ke rumah dan bertemu Tari yang sedang menata meja makan. Berbeda dengan semalam yang masih dipenuhi emosi, pagi ini Luna sudah bisa lebih tenang. Luna sudah bisa sedikit menerima Gio dan bersikap biasa saja padanya.

Setelah sarapan, Gio akhirnya mengajak Luna keluar. Tujuannya adalah taman pinggir danau kesukaan Luna yang tenang. Luna memang sudah menerima Gio, tapi tidak membuatnya banyak bicara seperti biasanya. Luna banyak diam sejak berangkat tadi, membuat Gio langsung menariknya untuk duduk di salah satu bangku taman.

"Aku mau jelasin semuanya sekarang" ujar Gio

Luna mengangguk pelan tanpa bersuara.

"Sayang, kamu ingat kan dulu pernah ada kasus penggelapan dana di Geena? Iya, semuanya memang terlihat udah selesai, tapi tiba-tiba salah satu pelaku yang sekarang di penjara itu nggak terima dan marah-marah ke Papa, dia bilang bukan dia otak di balik semua itu. Di situ, Papa curiga lagi dan akhirnya disebutlah itu nama Nadhira"

Luna tersentak, menoleh pada Gio dengan penuh perhatian.

"Waktu itu, momennya pas sama kamu ajuin kepindahan, jadi Papa manfaatin itu buat kirim Nadhira ke aku, Papa pengen lihat gimana motif Nadhira yang sebenarnya. Dan ya, aku kenal Nadhira udah lama, Lun. Jauh sebelum kamu mulai kerja di Geneva. Dia nggak pernah berlebihan berinteraksi sama aku, tapi sejak kerja di bawah aku, dia jadi bereaksi berlebihan. Dia jadi genit dan suka cari perhatian ke aku. Di situ, aku belum tahu kalau Papa punya rencana terselubung. Aku baru tahu pas baru keluar dari rumah sakit"

"Mas Gio" lirih Luna

"Sayang, iya, emang bukan penjelasan ini yang penting buat kamu saat ini. Tapi aku jelasin semuanya biar lengkap, dengerin dulu ya?"

Luna akhirnya mengangguk, tadi dia sempat ingin protes karena cerita Gio malah jadi kemana-mana.

"Begitu aku tahu kalau Papa ada rencana itu, akhirnya aku bantu Papa, aku susun rencana buat sedikit layanin genitnya dia. Cuma sedikit, Lun, aku nggak ikutan genit ke dia kok. Aku sengaja gitu biar dia hancur sehancur-hancurnya, biar dia merasa menang karena berhasil dapetin aku"

Luna mengangguk pelan, "Iya, terus?"

"Terus, hari tadi Papa ngabarin kalau akhirnya Nadhira ngaku alasannya di balik semua ini. Dia emang pengen hancurin aku, sayang, dia pengen aku dan semua keluargaku hancur seperti keluarganya"

Luna mengernyit, "Seperti keluarganya?"

Gio mengangguk pelan, "Iya, jadi Nadhira itu cucu dari rekan bisnis mendiang kakekku dulu, Lun. Dulu, kakekku sering ajak kakeknya buat jalan-jalan cari inspirasi pas masih merintis. Dari perjalanan itu, mereka pernah jadi korban dari kecelakaan pesawat. Kakeknya Nadhira meninggal, semua bisnisnya gagal dilanjutkan oleh anak-anaknya, mereka jatuh miskin, dan hubungan kekeluargaannya pun hancur. Orang tua Nadhira bercerai, tapi nggak ada satupun yang mau bawa Nadhira, waktu itu dia masih kecil banget. Kita seumuran, dan katanya dia udah lihat aku sejak kita masih kecil, dendamnya udah tumbuh sejak itu. Dia nggak terima lihat aku masih bisa hidup dengan baik, menghabiskan masa kecilku dengan baik. Makanya, dia seneng banget pas diperkerjakan di bawah aku. Dia bahkan udah siapin banyak fitnah tentang aku yang siap dia sebar di media, termasuk isu perselingkuhan" jelas Gio sendu

Limitless LoveWhere stories live. Discover now