Bertemu Diksa

Mulai dari awal
                                    

Romo berikan restu, tapi kau harus bertanggung jawab atas apa yang telah kau pilih.” Romo segera bangkit dari duduknya, meninggalkan Diksa yang menangis haru dengan rasa syukur, berbeda dengan Ibu yang kini terlihat tidak terima dan berlari menyusul Romo.

Kang Mas! Tidak bisa seperti itu! Diksa harus tetap menikah dengan Nimas, kulo tidak bisa menerima keputusan Kang Mas!” ucap Ibu, Romo tersenyum dengan hangat dan mengusap bahu Ibu.

“Melihatnya seperti melihat keinginanku dahulu— biarkan Diksa memilih dengan bebas.” Ibu tampak menahan tangis, sadar betul yang dilalui oleh mereka berdua dahulu, melalui perjodohan— saat Romo tidak bisa bersama gadis yang ia cintai karena harus menaati adat yang berlaku.

“Perintahkan Darman untuk mengirim surat ke wedana Kota S,” ujar Romo sambil meninggalkan Ibu yang masih berdiri mematung, bibirnya terkatup bergetar dan kedua tangannya mengepal menahan rasa kesal.

**

Kedatangan Keluarga Diksa dari Kabupaten B tentu menjadi perhatian para warga sekitar di Kota S karena pasalnya tidak pernah melihat putri wedono itu keluar dari rumah ataupun kamar. Hal itu yang menjadi perhatian Ibu dari Diksa, atas rasa penasarannya mengapa putri itu terkesan disembunyikan.


Diksa turun dari kereta kuda, Mina yang mengintip dari jendela kamarnya tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia, ia memegang dadanya dengan telapak tangan yang saling bertumpuk sambil berbalik dari jendela, degup jantungnya tidak bisa disembunyikan— senyuman merekah dari bibir manisnya, pipinya bersemu merah.


“Oetari, berapa orang?” Tanya Mina ketika Oetari kembali ke kamar Mina, Oetari tersenyum.

“Kurang lebih, dua belas Non.” Jawab Oetari, Mina menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, takut sekali rasanya.

Mina membawa tubuhnya ke hadapan cermin, melihat pantulan wajahnya dari sana dan membetulkan sanggul rendah dari rambut di kepalanya, ia juga menekan berkali-kali aksesoris didekat sanggulnya yang berhiaskan bunga melati berukuran kecil, menambahkan kesan anggun dan cantik.

Kebaya berwarna hijau muda dan kain bawahan berwarna cokelat muda menjadi andalannya untuk menemui Keluarga Diksa hari ini.

Sebuah panggilan membuat Mina menarik kembali nafasnya dengan dalam hingga dadanya terlihat sedikit terangkat dan urat-urat di ceruk lehernya menegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebuah panggilan membuat Mina menarik kembali nafasnya dengan dalam hingga dadanya terlihat sedikit terangkat dan urat-urat di ceruk lehernya menegang.

Tangannya saling bertaut menggenggam, kakinya melangkah dengan hati-hati saat menuju ke ruang tamu, dinding rumah yang tinggi serta jendela yang menghembuskan angin menjadi saksi atas ketegangan Mina siang hari ini.


Kepalanya tertunduk rendah saat sampai di tempat yang mana keluarga Diksa dan keluarganya ada disana, Diksa yang melihat kehadiran Mina segera beranjak dari tempatnya— Mina mengangkat kepalanya dengan percaya diri, dengan senyumannya ia menyambut Diksa yang tengah berjalan dan mengulurkan tangan ke arahnya.

Himawari; Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang