04 : Pertemuan kedua kalinya

Mulai dari awal
                                    

Lelaki yang masih menggunakan kolor shoun the shep itu terkejut kala Erlan mendongak dan memanggil namanya.

"Dan, mana kakakmu?"
"Masih rapi-rapi,yah, katanya sebentar lagi selesai.
" Bilang jangan lama-lama."

Dari atas sana dapat zidan lihat bahwa Alzan meminta pada ayahnya agar tidak menyuruh Safina tergesa-gesa. Dari senyumnya saja zidan merasakan bahwa Alzan adalah lelaki yang lembut dan penyabar, karena ia sering kali melihatnya. Meski begitu zidan menyangkal perasaan nya terkait first impression pada Alzan. Bisa jadi orang itu menggunakan topeng wajah agar diterima oleh Ayah dan mamanya untuk dinikahkan dengan kakak perempuan zidan satu-satunya.

Ngeselin-ngeselin gitu, zidan juga perhatian.
"Kak, udah belom?"
"Iya-iya, ini udah."
Safina yang menggunakan gamis Sage disertai dengan hijab pashmina berwarna putih terlihat cantik sederhana meski tanpa riasan mek-up diwajahnya. Hanya menggunakan bedak saja.

Erlan pun naik untuk menyuruh Safina segera menuju ruang tengah. "Bukanya celetan, malah ngobrol disini. Itu kamu ditungguin, safina."

"Oh, iya lupa... "

Tanpa basa basi, Erlan langsung menggandeng tangan safina dan menuntunnya untuk turun bersama. Jiwa pecicilan safina seketika itu lenyap saat mendapati tatapan teduh dari orang tua Alzan yang menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Namun hanya orang tua Alzan yang memperhatikanya.

Alzan tidak sama sekali.

"MasyaAllah, cantiknya anak gadismu,lan" safina kikuk sekaligus heran, padahal mereka pernah melihat dirinya ketika orang tuanya Alzan main kesini, tapi tidak dengan Alzan karena waktu itu Alzan belum pulang dari pondok pesantren nya.

Di tengah-tengah keasyikan orang tuanya dan orang tua Alzan berbincang. Safina justru memfokuskan pandangan nya kepada lelaki yang pernah singgah dalam hatinya semasa dulu, dan kini mereka dipertemukan kembali. Lelaki tampan yang menggunakan kemeja putih dan celana angkle pants yang berwarna hitam panjang itu sejak tadi tak bersuara serta enggan untuk menatap Safina sedetik saja.

Lagi-lagi Safina bingung. Ia meraba wajahnya sendiri memastikan tidak ada apa apa. Dirinya memakai bau yah sopan dan tidak bertingkah aneh. Lantas berbagai pertanyaan berlalu lalang didalam pikiran Safina, "Apakah dia tidak suka dengan pertemuan keluarga nya ini, atau dia nggak suka ngeliat dirinya yang pernah menjalin hubungan asmara dengan nya sewaktu dulu yang masih cinta monyet" ah entah lah Safina. Ucap Safina dalam hati. Karena dirinya masih memikirkan apa alasan Alzan enggan melirik nya.

Entahlah, Safina tetap memperhatikan lamat-lamat tiap inci dari lelaki tersebut. Seketika Safina merasa silau akan pesona Alzan yang nampak bercahaya. Sesekali Safina berdekham untuk mencuri perhatian dari lelaki yang dingin ditu. Namun nahas, Safina tersedak ludahnya karena memaksa untuk berdekham berkali-kali.

Safina merapatkan bibirnya kuat kuat dengan kedua belah pipi yang menggembung karena menahan suara batuknya agar tidak merecoki Ayah nya yang sedang serius berbicara pada arkan selalu orang tuanya Alzan.

Sepertinya gerak gerik Safina yang terlihat kesulitan menahan tenggorokan yang gatal dan perih tertangkap oleh sudut mata Alzan sampai lelaki itu menyodorkan segelas air putih miliknya yang terpampang diatas meja.

Alzan hanya menyodorkan segelas air putih tanpa menatap safina. (Alasanya karena alzan enggan menatap safina karena safina bukan makhram nya dan alzan baru ingat tentang itu, karena sebelumnya alzan pernah sempat menyapa safina, dari situlah alzan tersadar karena tidak baik menatap berlama lama yang bukan makhram nya. Setelah menyodorkan gelas air putih,tak lama gelas itu disambar langsung dengan tangan safina dan langsung meneguk air nya dengan cepat.

Cinta yang tak terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang