"Tidak apa-apa, biarkan aku membantu kalian,"

Terlihat Yoko saling berebut sebuah peti dengan seorang pria bertubuh gempal dan sedikit lebih pendek dari dirinya.

"Tidak bisa, Yang Mulia. Saya tidak bisa membiarkan anda melakukan pekerjaan berat seperti ini. Kemari, serahkan peti itu pada saya," ucap pria itu sambil mengulurkan kedua tangannya, meminta Yoko untuk menyerahkan peti yang berada dalam genggamannya.

"Tidak mau. Pokoknya aku mau membantu kalian,"

"Yang Mulia-"

"Ada apa ini?"  Faye menghampiri mereka berdua. 

"Begini, Kapten. Yang Mulia berkata bahwa dia ingin membantu merapikan peti-peti dagang, tapi saya tidak mengizinkan beliau untuk melakukan pekerjaan kasar seperti ini,"

"Aku hanya ingin membantu," ujar Yoko membela diri.

"Saya mengerti, Yang Mulia. Tapi mengangkat beban berat itu tidak baik untuk anda, nanti pinggang anda bisa sakit," 

"Tapi-"

"Sudahlah. Yoko, dia benar. Kalau ingin membantu, kau bisa melakukan hal lain yang tidak butuh mengeluarkan tenaga. Sekarang letakkan peti itu dan ikut denganku,"

Faye tidak membiarkan Yoko membantahnya dan langsung beranjak dari tempat itu. Sang Tuan Puteri hanya bisa mendengus kesal lalu menyerahkan peti itu kepada pria tadi dengan berat hati. 

"Tunggu aku," ucapnya sambil mengejar Faye.

Ternyata Faye membawanya masuk ke dalam buritan, disana sudah ada Kun dan Folk yang sedang membahas rute perjalanan yang akan mereka lalui nantinya.

"Kun, Folk, apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Faye sambil mendekati dua pria yang sedang berdiri di belakang meja navigasi.

"Kapten! Kapan anda tiba?" tanya Kun, sedikit terkejut dengan kehadiran Faye di sana.

"Baru saja. Jadi, apa yang sedang kalian lakukan?"

"Kami sedang menentukan rute perjalanan kita ke Pulau Pearl besok, Kapten," jawab Folk, melirik ke arah Yoko yang berdiri dengan ragu di belakang tubuh Faye.

"Oh begitu... coba uraikan pada ku," 

Faye mengambil posisi berdiri di seberang meja dari mereka berdua, matanya mulai menelusuri peta yang terbentang.

"Jadi, seperti yang sudah anda ketahui, lautan di sekeliling Pulau Pearl berada dalam kekuasaan Kerajaan bajak laut. Hal itu membuat kita harus ekstra hati-hati dalam perjalanan kali ini,"

"Di laut bagian tenggara pulau sering muncul whirlpool yang diameternya cukup luas untuk menenggelamkan kapal dagang kita yang baru, jadi kita harus menghindari area ini," ucap Folk sambil menunjuk ke arah peta.

Faye mengangguk mengerti sedangkan Yoko hanya bisa diam sambil berusaha mencerna informasi yang baru saja dia dengar. 

"Lalu sisi barat daya pulau terdapat perairan dangkal dengan banyak terumbu karang. Bahkan nelayan asli pulau menghindar berlayar di wilayah ini karena rumitnya jalur untuk menghindari terumbu karang yang ada,"

"Black Angel mungkin bisa melewati nya karena bisa bermanuver dengan baik, tapi kapal dagang yang baru tidak punya kemampuan seperti itu,"

"Hmmm... aku mengerti. Lalu bagaimana dengan area di timur? Apa ada sesuatu di sana?"

"Area timur dan barat laut adalah jalur utama untuk mencapai Pulau Pearl, Kapten. Namun itu adalah area yang paling dijaga ketat oleh para bajak laut," jawab Folk.

"Aku dengar mereka juga membangun markas di pulau kecil yang ada di sebelah barat laut Pulau Pearl dan sekitar tujuh belas kapal mereka berlabuh di sana," jelas Kun.

Black AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang