"Iya lain kali jangan gitu, nih gua bawa ice cream vanila kesukaan lo," ucapnya sambil membukakan bungkusnya.
Sang empu mengambilnya dan langsung memakannya. Bagaimana raut wajah senyum manis itu terpampang jelas. Javier pun ikut tersenyum dan mengusap bagaimana bibir dengan noda ice cream itu mengotori sudut bibirnya.
"Kenapa jalan jalan sendirian hm?"
"Dikamar suntuk, gua juga pengen hirup udara segar dan denger suara air dari arah sini" Jelasnya dengan isyarat yang membuat ice cream nya meleleh kemana mana.
"Udah habisin dulu, ice cream lo meluber itu,," tawanya yang sangat gemas dengan sang kekasih kecilnya.
Tak terasa atensinya teralihkan kala tangan besar dan sosok tinggi memegang pundak nya. Menoleh dan mendapati dokter Steven berdiri di belakangnya.
"Kenapa dok?" tanya nya.
"Ikut saya sebentar bisa?" Javier lalu menoleh ke arah Rayan sekilas sebelum akhirnya mengangguk mengikuti kemana sang dokte membawanya.
Rayan yang di tinggal hanya bergumam dalam hatinya, "Ada urusan apa ya?"
Lamanya menunggu Javier kembali hingga ice creamnya habis sejak 20 menit yang lalu, ia memilih berdiri dan bangkit lalu berjalan kembali menuju kamarnya dengan menghafal benda atau patokan yang sudah ia tandai dalam ingatannya.
Namun kecerobohannya membuatnya tersandung tong sampah, untungnya ada seseorang yang kebetulan lewat dan membantunya.
"Hati hati," ucap seseorang itu.
Rayan dengan diam lalu mengisyaratkan rasa terimakasih nya pada nya.
"Eh lo Rayan ya?" tanya nya dengan menunjuk dirinya.
Rayan yang kebingungan hanya bisa menolehkan kepalanya kesamping dengan alis yang terangkat satu.
"Ah gua Alza, lo ga inget gua?" Rayan berfikir sejenak nama dari sosok itu, namun dia tak bisa mengingat apapun tentang nama itu.
"Gua yang waktu itu pake bandana merah." Rayan mengangguk dan tersenyum.
"Jadi lo di rawat dirumah sakit ini, ayo gua anter ke kamar lo, dimana kamar lo?"
Jari Rayan dan memperagakan angka 23 dengan tanda namanya. Alza yang paham menuntun Rayan perlahan hingga sampai pada depan ruangan dengan nama Rayanza Skyrion.
Lalu masuk dan menduduki di atas ranjangnya.
"Lo mungkin ga kenal gua secara detail, tapi gua Alza ketua basket yang kala hujan itu main sama lo"
"Oh ya, Lo beneran sendiri tadi?" Rayan menggelengkan kepalanya.
"Lalu?"
Dirinya perlahan menuntun alfabet nama Javier dengan tangan serta mulutnya.
"Hai santai aja, gua paham bahasa isyarat kok dikit" tepuk Alza pada lengannya.
"Jadi lo sama vier? Dimana dia?"
"Lagi ada urusan sama dokter" angguk Alza dengan matanya fokus di jari jemari Rayan.
"Ya udah gua temenin sampai cowok lo dateng ya?" Rayan mengangguk.
"Kenapa lo bisa ada dirumah sakit?"
"Gua ngerawat kakak gua, dia punya kanker dan satu satunya keluarga dia cuma gua" ucap nya menjelaskan.
Rayan yang mendengarnya sungguh sangat iba, ia kali ini baru mendengar seseorang yang sangat kuat yang hidup sendirian dengan penyakit yang menggerogoti nya.
"Udah parah ya?" tanya nya kembali.
"Iya stadium akhir, tapi dia masih mau berjuang, sampe bisa lihat gua wisuda depan matanya."
"Walau kadang gua takut jika kakak gua pergi tanpa bisa melihat gua wisuda."
Tak terasa obrolan itu perpotong karena Javier yang tiba tiba masuk dengan ke dobrak sedikit keras pintu kamar Rayan.
"Sayang udah gua bilang, jangan pergi tanpa gua Yan— .."
"Eh lo siapa?" tanyanya.
"Gua Alza, IPS 1"
"Oh jadi lo yang namanya Alza, gua Javier, dan kenapa lo bisa sama dia?"
"Dia hampir jatuh dan kebetulan ada gua, ya udah sekalin nemenin sampe lo dateng, nah karena lo udah dateng, gua balik dulu," ucap Alza bangkit meninggalkan ruangan Rayan.
"Bener gua gak akan bisa bersaing sama cinta lo Yan...."
"Bertahanlah ... biar lo bisa jadi alasan gua selanjutnya untuk bisa bangkit." monolognya setelah meninggalkan kamar itu.
𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃 𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃
hallo guys sampe sini dulu see u in the next chapter Babay 💐 💚
Sorry aku kelupaan update ku kira udah ku up huhuhuhu😭😭
Oke bsk bsk up nya bakal lebih cepet kok, gak janji tapi semoga saja😖😖😣
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST BUTTERFLY || [ NOREN ]
RomanceDiselingkuhi oleh sang kekasih dengan adiknya sendiri adalah hal paling dirinya benci saat ini. Belum lagi keterbatasan nya dalam berbicara membuatnya selalu di kucilkan bahkan di keluarganya sendiri. "Saya malu punya anak bisu kaya kamu!" "Lo itu b...
24. LB : Alza
Mulai dari awal