ART itu memegang kedua pundak Zian. Tatapan wanita tua itu sangat sendu dan tulus. “Kamu seperti kakek kamu, ya? Tuan besar sejak dulu sangat ramah orangnya. Baik, dan berhati tulus seperti kamu. Dia tak pernah salah membesarkan keturunannya.”

“Bibi kenal Opa Gi' dari dulu?”

ART tersebut tersenyum sambil mengangguk. “Bibi bekerja sama kakek kamu sebelum ayah kamu dilahirkan. Makanya bibi yang paling tua disini. Karena bibi sudah lama di pekerjakan oleh kakek kamu dengan gaji hasil yang sangat cukup. Justru sering di lebihkan.”

Zian mengangguk menanggapi cerita ART terlama di keluarga Dewangga. Ternyata sudah sangat lama bibi melayani keluarga Dewangga dan menjadi ART paling ramah dan tentu saja tau seluk beluk keluarga Dewangga hingga ke masakan kesukaan. Walaupun sekarang sudah ada Zianna yang menjadi chef di keluarga ini, namun tak segan-segan bibi turut campur dalam urusan permasakan.

“Zian mau pergi. Bibi pulangnya dianterin supir, kan? sama ART lain juga?” Tanya Zian.

“Iya, Nak. Bibi diantar sopir. Kamu keluarnya hati-hati, ya? inget, jalanan itu musuhnya ban motor. Kalau cepat-cepat, bisa jadi hal lain. Kalau pelan-pelan, bisa jadi juga hal lain. Tapi, dalam artian yang baik.” Ucap Bibi yang masih menampilkan senyum manisnya.

Nasihat sang bibi masih di ingat oleh Zian sampai ia tiba di sebuah gedung besar yang dijuluki sebagai Naverioz’s house. Mau di sebut mansion, tapi di luarnya seperti gedung terbengkalai. Disebut rumah juga bentuknya kotak memanjang ke belakang dan luas.

Zian mengetahui markas besar Naverioz karena tempo hari Galaksi pernah membawa Zian ketempat ini. Inilah kali kedua Zian datang ke markas Naverioz dengan tujuan lain. Matanya menatap tajam markas besar ini. Markas yang dulunya ia takuti sebab orang-orangnya dikenal sadis, walaupun itu hanya omongan masyarakat semata.

Langkah kaki Zian perlahan memasuki markas itu. Pintu berwarna hitam terbuka lebar saat Zian menendangnya. Para mata yang melihat seakan ingin membawa Zian kedalam api neraka. Nyalinya yang tadi sempat menciut, seketika kembali berkobar karena ia melihat Galaksi, Marvel dan Angkasa tengah duduk bersama para wanita berpakaian sexy.

Alangkah murkanya Zian melihat pemandangan buruk itu. Jika mempunyai jiwa lain, mungkin jiwa itu rasanya mau membakar Galaksi hidup-hidup! “Galaksi!!” Suara lantangnya menggema di seluruh ruangan markas.

Seluruh pasukan Naverioz terdiam. Tak ada yang berani bersuara ketika nama Galaksi di panggil begitu saja oleh orang yang tak mereka kenali. Justru ada rasa ingin memukul kepala Zian, namun mereka tak ingin ada pertikaian sebelum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Zian berjalan ke arah Galaksi yang menundukkan kepalanya. Pemuda itu rupanya mabuk berat. Tak tahu apa yang membuat pemuda itu menjadi seperti ini. Apa yang sebenarnya pemuda itu lakukan hingga dirinya tak lagi seperti yang Zian kenal.

Mata Zian memanas sudah berkaca-kaca namun ia tahan. Melihat perempuan sexy yang duduk di samping Galaksi seraya merangkulnya membuat hati Zian bergemuruh. Ia menepis kasar tangan lentik dari perempuan itu sambil berkata, “Sentuh om om lain, sana! sembarang banget nyentuh punya orang!”

Sisa kesadaran Marvel dan Angkasa yang melihat kejadian itu seakan tak menyangka bahwa Zian yang mereka kenali tak menyukai Galaksi malah menjadi seperti ini sekarang. Seakan Galaksi adalah hak miliknya yang tidak akan berani ia berikan pada orang lain.

RENEGADE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang