18. Permintaan Mami

343 52 3
                                    

Guru sudah datang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Guru sudah datang. Semua murid juga mulai membuka buku pelajarannya. Namun tatapan Rajas masih terpaku kepada bangku kosong yang ada di sebelah. Tidak biasanya Jeanno datang terlambat. Apalagi hampir setengah jam sendiri. Hal ini sungguh membuat Rajas ingin bertanya kepada teman-teman Jeanno yang terlihat seperti tidak terjadi apapun. Apa laki-laki itu sakit?

“Rajas, Jeanno tidak masuk?” tanya Bu Tuti yang kali ini mengajar Bahasa Indonesia.

Hmm, saya kurang tau, Bu—”

Belum saja Rajas menyelesaikan kalimatnya, Helva sudah lebih dulu memotong ucapannya tersebut. “Jeanno sakit, Bu. Tadi sudah ijin ke wali kelas.”

Ternyata memang benar sesuai dengan dugaannya kalau Jeanno sakit. Padahal seingatnya kemarin saat tanpa sengaja bertemu di parkiran sekolah, Jeanno terlihat masih segar bugar. Tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa laki-laki itu akan sakit. Mungkin kembali lagi, kondisi seseorang tidak ada yang tahu.

Gracia menunggu ponsel yang ada di sakunya bergetar. Sudah sedari lama ia menunggu, tapi hingga kini tak menunjukkan hasil apa-apa. Hatinya pun perlahan gelisah. Pikiran buruk pun juga hadir menghantui kepalanya. Helva yang duduk di sebelahnya menyadari akan hal itu. Sebelah tangan yang menganggur sengaja Helva ulurkan untuk menggenggam tangan Gracia yang terlihat gelisah tersebut.

“Kenapa?” ujar Helva lembut.

“Gapapa.”

Gerak-gerik itu tak luput dari perhatian Cherry. Kalau Cherry ingat-ingat lagi keduanya sudah menjalin hubungan selama kurang lebih setahun. Tidak terlalu lama, hanya saja cukup membuatnya takjub, ternyata mereka berdua bisa menjalin hubungan selama ini tanpa adanya huru-hara.

Selesai dengan kesibukan kepala yang memikirkan tentang hubungan Helva dan juga Gracia, kini pandangan matanya beralih ke bangku dimana Jeanno duduk. Dengan ekspresi datar, Cherry menatap Rajas yang kini fokus dengan penjelasan guru yang ada di depan.

Bagi Cherry tak ada yang menarik dari laki-laki itu. Sikap keberanian Rajas beberapa waktu lalu yang tanpa sengaja ikut terlibat hanya sebuah kebetulan. Lihat saja ketika Helva memukulnya, Rajas bahkan sama sekali tak membalasnya.

Takut? Entahlah. Yang jelas, Rajas bukanlah seseorang yang asyik untuk dijadikan seorang teman.


Di jam istirahat, Rajas mendatangi loker tempat penyimpanan barang miliknya. Suasana area loker di jam seperti sekarang ini tidak begitu ramai. Berbeda seperti di jam-jam sebelum masuk kelas pada pagi hari.

Dengan loker yang masih terbuka, Rajas memperhatikan cincin yang berada di jari tengahnya. Cincin yang sudah lama ia kenakan. Selama ini, Rajas jadi bertanya-tanya tentang kemampuan cincin tersebut. Sejak sekolah di SMA Kertapati, Rajas justru kembali bisa melihat makhluk tak kasat mata. Meskipun tidak setiap hari. Setidaknya ia pernah menjumpai makhluk yang akhir-akhir ini suka sekali menampakkan diri di sekitarnya.

Nightmare 🌒 ✓Where stories live. Discover now