11: Pemilik nilai tertinggi

Mulai dari awal
                                    

Victoria dan Diego berdiri di depan papan pengumuman. Bukannya hanya mereka berdua sih, namun orang yang berhasil lulus juga ada di sana.

Diego memberenggut kesal, karena dirinya ada diurutan ketiga. Sedangkan Victoria berada diurutan pertama, dan urutan kedua diisi oleh Lex.

Itu adalah pengumuman tentang siapa yang meraih nilai tertinggi dalam ujian masuk academy kali ini.

“Ayo pergi,” ajak Victoria pada sepupunya setelah selesai melihat hasilnya.

Mereka berdua membelah kerumunan sambil menggeret koper masing-masing.  Kenapa kopernya tidak dibawa oleh pelayannya? Karena di sini tidak diperbolehkan membawa pelayan.

Keduanya berjalan di lorong academy, menuju tempat penerimaan murid baru diadakan.

Victoria dan Diego memasuki ruangan yang banyak kursi berjejeran, dan sebagainya telah di tempati.

Seperti biasa, Diego selalu duduk di samping Victoria. Mereka duduk di depan, pada urutan pertama dan kedua dari kiri.

Aku merasa ada yang menatapku dari belakang, kata Victoria di dalam hatinya.

Kemudian dia menoleh ke belakang. Ternyata, Lexlah yang menatap dirinya dengan bola mata yang berbinar-binar.

“Ukh! Kenapa dia?” tanyanya pada diri sendiri sambil mempokuskan kembali pandangannya ke depan.

“Entah kenapa, aku merasa akan ada satu lagi hama yang menempel pada diriku.”

Intusinya tidak pernah salah.

Tidak terasa, ruangan itu sudah terisi penuh. Kemudian, seorang pria memasuki ruangan dengan sebuah kotak kecil ditangannya. Dia adalah Profesor Magno—orang yang menjadi pengawas ujian masuk waktu itu.

Dalam sekejap, ruangan itu menjadi hening.

“Bagi namanya yang saya panggil, silahkan maju ke depan.”

“Baik Profesor!” jawab semuanya lantang dan secara bersamaan.

“Victoria Trifena De Veroland,” panggilnya.

Perempuan bersurai pirang dengan netra mata safir-nya itu maju ke depan, sesuai dengan apa yang Profesor Magno katakan tadi.

“Lex Blanchett.”

Laki-laki berambut hitam yang duduk di belakang maju ke depan, dan berdiri di samping Victoria.

“Diego Von Leonhart.”

Diego berjalan ke depan. Netra mata zamrudnya itu menatap Lex tajam. Karena dia berdiri di samping sepupunya.

“George Rodriguez dan Gavril Aleister. Silahkan maju ke depan,” kata Profesor Magno mengakhiri.

Kedua orang itu berjalan ke depan, sesuai instruksi dari Profesor Magno.

Pria itu berjalan dan berdiri di hadapan mereka berlima. Lalu membuka kotak dan mengambil satu bintang kecil berwarna emas, dengan nomer satu di tengahnya. Dia memasang pin bintang tersebut dipakaian Victoria, sebelah kanan.

“Kau boleh duduk kembali,” ucapnya.

“Baik, Profesor.”

Victoria kembali duduk di tempat semula.

Profesor Magno menyerahkan kotaknya kepada Lex sambil berkata, “pakai sendiri.” Dia mengatakannya dengan raut wajah dingin.

Setelah itu Profesor duduk di kursinya.

Lex dan Diego memakai pin bintang peraknya, lalu kembali duduk. Begitupun dengan George dan Gavril, namun setelah memberikan kotak itu tentunya. Pin bintang milik George dan Gavril adalah perunggu.

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang