Donghyuk hanya terdiam di tengah keributan itu, berkedip cepat. Dia mabuk? Tapi bagaimana mungkin? Dia tidak pernah mabuk! Secercah kesadaran muncul pada si biru. Ya, susu itu. Rasanya aneh saat dia menyesapnya pertama kali, tetapi dia pikir susu itu sudah basi atau semacamnya dan dia sangat ingin minum sesuatu untuk menetralkan rasa pedasnya.
Jaemin menjentikkan jarinya di depan wajah Donghyuck. “Kau masih disini?"
Donghyuck bergumam pelan lalu menyambar gelas berisi air dari tangan si pirang, dan menghabiskannya sekaligus.
"Tapi, bagaimana kalian bisa keluar?” tanya Yang Yang penasaran.
Mendengar pertanyaan dari Yang Yang seketika membuat gelombang rasa bersalah menerjang Renjun yang sedari tadi diam. Yang Yang selalu ada untuknya, dan dia mengabaikannya tadi malam hanya untuk pergi melihat gerhana bulan. Betapa egoisnya dia?
Yang Yang menyadari perubahan ekspresi Renjun. Senyum tipis terpatri di bibirnya, dia turun dari tempat tidurnya dan berpindah duduk disebelah si albino. Yang Yang menyikut teman putihnya itu sembari menyeringai konyol. "Kamu tidak perlu merasa bersalah, Njun. Aku sudah pernah datang ke Festival Gerhana Bulan terakhir. Aku tidak menyalahkanmu karena menyelinap keluar untuk melihatnya. Aku tahu betapa penasarannya kamu tentang berbagai hal."
"Terima kasih,” gumam Renjun pelan, tidak percaya diri untuk berbicara lebih keras. Sepanjang hidupnya, orang yang bisa membacanya selain orang tuanya adalah Yang Yang, dia selalu tahu untuk menghiburnya setiap kali dia dalam kesulitan, bocah bermata cokelat itu mengetahuinya tanpa dia harus mengatakannya. Begitulah hasil dari kedekatan mereka sejak mereka masih muda, dan Renjun tidak pernah ingin melepaskan teman seperti Yang Yang.
"Wah wah," Donghyuck kembali menimpali setelah dia merasa sakit di kepalanya telah membaik, "Kemarin malam sebenarnya cukup menghibur. Kalau saja kita tidak tertangkap, pasti lebih baik."
"Ya," Hyunjin mendengus. "Hukumannya akan segera datang.”
Rasa bersalah kembali menghantam hati Renjun. Mereka semua pergi untuk memenuhi rasa penasaran Renjun karena dia belum pernah melihat gerhana bulan, apalagi yang membuat Donghyuck jadi mabuk tadi malam adalah karena dia memaksa anak itu untuk memakan makanan pedas hingga dia salah sasaran saat minum. Dan sekarang karena itu, mereka harus menghadapi hukuman. Dia harus memberi tahu kepala sekolah bahwa itu salahnya.
"Maaf teman-teman," Renjun mengangkat matanya untuk bertemu dengan yang lain. “Aku seharusnya tidak begitu bersemangat untuk pergi ke sana. Itu membuat kalian semua dalam masalah."
Hyunjin mengulurkan tangannya untuk mengacak-acak rambut Renjun. "Tidak masalah, Njun, kami juga menikmati malam ini, jadi kami tidak bisa menyalahkanmu."
Donghyuck bangun dari duduknya dan mengambil sepatunya untuk dia pakai. “Aku menyalahkanmu, Huang. Kau menyeretku ke sana, dan itu semua salahmu.”
"Hyuck," desis Jaemin sembari menggelengkan kepalanya.
Ekspresi si albino berubah menjadi lebih sedih. "Ya," dia menghela nafas. "Benar."
Hyunjin menepuk bahunya dengan ramah. "Jangan khawatir tentang dia, kawan. Kami ada di pihakmu."
Renjun tersenyum penuh terima kasih, lalu mengangguk. "Terima kasih, Hyunjin."
"Sudah sudah, lebih baik kita sekarang menuju ke kantin dan sarapan. Sebentar lagi kelas akan dimulai." Tambah Jaemin membuat semua anak disana mengangguk setuju dan langsung bersiap siap untuk menjalani hari mereka.
Tidak berlangsung lama, semua orang telah siap dengan seragam mereka dan langsung menuju keluar untuk sarapan. Donghyuck kali ini benar benar berjuang untuk berjalan lurus. Sial, ini akan jauh lebih mudah jika bukan karena debaran di dalam kepalanya dan penglihatannya yang kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
You'll Never Walk Alone Again ; hyuckren
Romance"Apakah kamu akan meninggalkanku?" Dia bertanya, wajahnya yang pucat bersinar di bawah sinar bulan saat dia mencari jawaban di wajah kekasihnya. Anak laki-laki lainnya tersenyum. "Tidak akan pernah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu meski seluruh...
; punishment
Mulai dari awal