"Syukurlah kau sudah siuman," ucap pria bernama Hyunsik itu sambil tersenyum tipis.

"Ka-Kalian siapa?" tanya Zayyan, sambil celingak-celinguk memeriksa apakah bosnya juga berada di sana atau tidak.

"Perkenalkan aku Won Hyunsik, pemilik mobil yang tadi tidak sengaja menabrakmu," ucap Hyunsik.

"Dan saya Ricky, supir pribadi Tuan Hyunsik yang tadi tidak sengaja menabrak Anda. Saya minta maaf atas ketidak hati-hatian saya dalam menyetir." Ricky pun turut memperkenalkan diri sekaligus meminta maaf.

Namun Zayyan masih menatap bingung keduanya. "Terus ... sekarang aku ada di mana?"

"Kau ada di rumah sakit dan sudah selesai diobati. Dokter pun sudah mengijinkanmu untuk pulang, karena lukamu tidak terlalu parah," jawab Hyunsik.

"O-Oh ... be-begitu. Lalu ... apakah ada orang lain lagi yang ikut bersama kalian ke rumah sakit?" tanya Zayyan untuk memastikan apakah bosnya ikut atau tidak.

"Ng ... maksudmu siapa?" Hyunsik mengerutkan keningnya bingung.

"Eh ... nggak ada ya? Syukurlah kalau begitu hehe ...." Zayyan nyengir kikuk, sekaligus lega, karena itu berarti bosnya tidak mengikutinya lagi.

"Kalau boleh tahu, siapa namamu, anak muda?" tanya Hyunsik.

"Na-Namaku Kim Zayyan. O ya, mengenai tadi, kalian tidak perlu terlalu merasa bersalah, karena kurasa ini semua juga salahku yang tidak hati-hati saat berlari," ucap Zayyan.

"Hmm ... memangnya apa yang membuatmu sampai harus berlarian di tengah hujan seperti tadi?" tanya Hyunsik.

"Ng ... itu karena aku dikejar-kejar oleh bos pemilik toko tempatku bekerja, Tuan."

"Kenapa bosmu mengejarmu?"

"Karena ... aku sudah melakukan kesalahan di tokonya tadi siang."

"Kesalahan apa?" tanya Hyunsik lagi seperti sedang menginterogasi seseorang.

"Ng ... tadi siang aku ... me-mencuri sesuatu miliknya, Tuan." Zayyan menunduk, malu dengan perbuatannya.

"Kau mencuri apa? Uang?"

"Bukan, Tuan."

"Lalu apa?"

"Kalau kukatakan, Tuan tidak akan melaporkanku ke polisi, atau membawaku ke tempat bosku itu, kan?"

"Hh ...." Hyunsik menghela napas. "Baiklah, tidak akan. Jadi apa yang sebenarnya kau curi?"

"Satu potong roti milik bosku yang ada di meja kerjanya," jawab Zayyan akhirnya jujur.

"Ha? Apa? Hanya karena sepotong roti?"

"Iya, Tuan. Aku lapar, uang gajiku sudah habis untuk membeli makanan. Karena sudah dua hari aku tidak makan, aku terpaksa mencuri roti milik bosku. Tapi bosku baru mengetahui bahwa akulah pelakunya, setelah beliau mengeceknya melalui rekaman cctv di tokonya," terang Zayyan dengan perasaan bersalah.

"Kenapa gajimu bisa habis? Apakah kau bermain judi online?"

Zayyan menggeleng cepat. "Tidak, Tuan. Aku tidak pernah sekalipun bermain judi, apalagi judi online. Caranya saja aku tidak tahu, apalagi bermain."

"Oh, syukurlah, kalau begitu. Tapi kenapa bisa habis?"

"Karena gajiku di toko itu sangat kecil, tidak cukup untuk biaya hidupku sehari-hari selama sebulan, Tuan."

"Aigoo! Kasihan sekali kau, anak muda. Ya sudah, mulai sekarang kau bekerja di rumahku saja ya? Kau mau?"

"Ma-Mau sekali, Tuan. Terimakasih." Zayyan sangat senang sekali, meskipun dirinya belum diberitahu pekerjaan apa yang akan dikerjakannya nanti.

Kastil (SingZay) End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang