"Selama orangnya bisa kerja, nggak masalah walaupun dia keponakannya bos," komentar Sekala.
"Mudah-mudahan aja orangnya beneran bisa kerja. Kita di sini udah kekurangan orang, jangan sampai makin keteteran karena anak baru nggak bisa bantu apa-apa."
Pada saat bersamaan, pintu pantry terbuka dan objek yang mereka bicarakan tiba-tiba muncul dari balik pintu pantry. Ketiganya serempak terdiam dan tidak melanjutkan obrolan.
"Nah, ini pantry-nya. Kamu bebas ambil semua snack yang ada di sini. Kalau mau bikin kopi dan teh pun sudah tersedia," terang Marsha, manajemen personalia, yang menemani pegawai baru itu office tour.
"Anak baru ya, Sha?" tanya Kemal, hanya sekadar basa-basi.
"Iya, Mal. Mumpung lagi pada ngumpul di sini, sekalian gue kenalin. Ini Citra. Dia yang gantiin Ivanka. Nah, Cit. Bisa dibilang mereka ini senior kita di sini. Ada Indy, Kemal, dan Sekala." Marsha memperkenalkan ketiga orang itu satu persatu. "Kalau ada apa-apa kamu bisa minta bantuan mereka. Terutama Sekala. Dia adalah Project Director, dan kamu kerja di bawah dia."
Sekala hanya menoleh singkat sambil mengaduk-aduk cangkir kopinya. Terlihat tidak tertarik dengan momen perkenalan itu.
"Oh iya, Citra kamu bisa tunggu di sini dulu sebentar? Aku harus siapin meja kerja buat kamu. Kalau nggak salah kita kekurangan meja kerja. Iya kan, Guys?"
"Citra bisa numpang di meja gue kalau mau. Gue nggak keberatan berbagi meja sama Citra," ujar Kemal tanpa Tedeng aling-aling.
Sudah pasti perkataan Kemal yang melantur mendapat cibiran dari teman-temannya.
"Itu mah maunya elo!" Indy menyahut lebih dulu sambil menjitak kepala Kemal. "Citra biar gue yang urus. Lo siapin meja dulu sana," imbuh Indy sambil menarik tangan Citra dan mengajaknya duduk di meja pantry. "Citra mau minum?"
"Nggak usah, Kak. Aku bisa bikin sendiri."
"Sebelumnya kerja di mana?" tanya Indy lagi.
"Ini pengalaman kerja pertama aku."
"Oh, masih fresh graduate?"
Citra mengangguk. "Iya, Kak. Baru lulus tahun ini."
"Kok bisa masuk sini? Bukannya Pak Indra selalu nyari orang yang udah berpengalaman."
Kemal buru-buru menyikut lengan Indy dan memberi peringatan agar temannya itu tutup mulut.
Mendapati situasi mendadak canggung karena semuanya hanya diam, Kemal kembali bicara. "Jangan kaget dengan situasi kerja di sini ya, Cit. Kerja di start-up memang beda dengan kerja korporat. Meja buat pegawai baru aja harus disiapin dadakan."
"Memangnya meja kerjanya nggak sesuai divisi?"
"Di sini nggak ada pembagian divisi, Say. Pokoknya kita dituntut harus multitasking," jawab Indy.
"Multitasking kebagusan." Kemal lagi-lagi menyahut. "Kata yang lebih gampang dimengerti, kita di sini dituntut buat ngebabu. Walaupun start-up kita udah unicorn, tetap aja kerjanya serabutan."
Pada saat bersamaan Marsha kembali memasuki pantry dan mengajak Citra untuk menempati meja yang sudah disiapkan.
"Lo lihat nggak outfit-nya?" tanya Indy setelah Citra keluar dari pantry bersama Marsha. "Dari ujung kepala sampai ujung kaki barang branded semua. Tas Goyard yang dia pakai, lo tahu harganya berapa?"
"Berapa emang?" tanya Kemal.
"Kalau nggak salah itu limited edition. Kalau dirupiahin harganya sekitar lima puluh juta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
RomanceJangan biarkan perasaan ini semakin mendalam dan nyaman, untuk kamu yang hanya sebatas angan. Pergilah, menjauhlah, sebelum aku semakin jatuh karena sayang yang salah.
Bluewave
Mulai dari awal