Shaka harus tinggal di sini sendirian, astaga mereka yang ngajak mereka juga yang tinggalin. Meskipun sebentar kalau begini lebih baik di kelas dia bisa bersantai tenang. Di sini hanya mendapatkan tatapan sinis dari orang lain, membuat nya agak risih. Tatapan seolah menghakimi slalu mereka lemparkan pada nya, Shaka sendiri tidak mengerti kenapa manusia punya kekurangan seperti nya slalu saja mendapatkan itu.
Pikirnya semua manusia sama, hanya berbeda dimata Tuhan saja.
Brakk
Gebrakan kencang berasal dari meja membuat lamunan Shaka buyar seketika. Dia melirik sekilas saat tahu siapa pelakunya Shaka hanya mampu berdiam diri, tidak sekarang. Tolong biarkan hatinya tenang untuk hari ini, tetapi seperti tidak lagi selagi Elvan sudah ada didepan mata.
"Utututu. Kasian yang lagi sendiri, ngga punya temen ya? miris banget hidup lo!"
"Eh, tapi anak kaya lo sih emang ngga pantes dapet temen. Manusia lumpuh macam lo ini sudah sepatutnya mati aja, menuhin populasi bumi tahu ngga sih!" tambah Elvan setiap kata begitu menusuk, Shaka tak mampu menjawab.
"Diam, berarti apa? Fakta dong!"
Mereka semua tertawa keras seolah perkataan itu adalah hal lucu. Bahkan murid yang di kantin saja sudah ikut menertawai dirinya, Shaka menutup telinga untuk mengurangi suara menyebalkan itu terdengar.
Tiba saja guyuran air keruh membasahi seluruh badannya. Air bau, kotor, keruh sekali. Membuat tubuhnya terlihat lebih menyedihkan di banding sebelum nya, semua tertawa.
"Lihat si manusia lumpuh itu? Lucu sekali,"
"Hahaha. Sudah seharusnya memang dia keluar dari sini, kalau perlu mati saja."
"Rambutnya kotor, terlihat lebih menjijikkan untuk dipandang!"
Sarkas semua orang membuat Shaka menangis dalam diam. Kini dia menjadi tontonan semua orang, Shaka tidak berani mengangkat kepala karena takut melihat tatapan orang lain pada nya. Semua itu terasa menakutkan, dia tidak bisa.
Bughh
"Satu pukulan buat lo udah berani ganggu temen gua."
Pukulan lagi Zio berikan pada Arjuna si pelaku yang mengguyur Shaka dengan air bekas pel. Zio menyaksikan semua, dia sudah menandai orang-orang yang mentertawakan teman barunya.
"Dua buat lo udah ngomong ngga berguna. Bukannya yang seharusnya mati itu kalian! Manusia sampah kaya kalian justru jadi hama!"
"Lo pernah mikir kaga sih, anjing! Kalau dampak pembullyan itu kaya gimana? dambaknya bakal besar buat si pihak korban. Lo kalau emang ngga punya rasa kemanusiaan, enyah dari nih bumi!" Zio sudah terlampau emosi. Manusia kaya gini ngga selalu disabarin, kadang kala harus pakai emosi dulu baru mereka ngerti.
Rasa kemanusiaan sudah mati mana mungkin bisa paham, kalau di nasehati pakai cara halus.
"Derita dia siapa suruh jadi anak lemah? Tinggal lawan gampangkan? Kenapa diam aja pas diginiin, berati dia udah terima dong!" balas Elvan dengan santainya.
"Bangsat. Kalo ngomong harus dipikir dulu, anjing!" Zio sudah tidak mampu menahan semua emosinya. Terjadi pertengkaran hebat Elvan bersama Zio saling memukul satu sama lain. Semua murid merinding ketakutan, wajah Zio sudah merah padam terdapat luka di beberapa sisi juga.
Berantem terus berlanjut sampai ada salah seorang guru datang menghentikan mereka berdua. Zio mengusap darah mengalir dengan kasar, matanya masih tetap menajam menatap manusia berkedok iblis itu.
"Kalian semua ikut saya ke ruang BK! Sekarang!"
"Udah, jangan ke bawa emosi lagi. Gila lo mau di depak dari nih sekolah buat ulah mulu." bukan pertama kali juga Zio seperti ini. Sudah biasa sekali, siapapun yang menggangu akan siap berantem dengannya. Zio bukanlah anak yang pandai mengontrol emosi, makanya sering kali dia kelepasan memukul orang kalo sudah kelewat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaka And Wish
Fanfiction"Aku hanya ingin merasakan keluarga lengkap, meskipun dikasih kesempatan hanya sekali seumur hidup ku," Shaka seorang anak panti asuhan bersama harapannya untuk merasakan keluarga lengkap. Bersama lukanya dia berdiri untuk terus berjuang, apakah ha...
Arjuna Bhumi Dewangga
Mulai dari awal