Aku bisa merasakan angin sejuk yang berhembus dengan lembut. Menyapa setiap detail wajah dan menguraikan rambut setiap orang yang dilaluinya. Ia juga menggugurkan banyak bunga hanya dengan sentuhan lembut, hingga membuat rumput hijau di bawahnya tertutup oleh ribuan kelopak bunga. Selain itu, hembusan angin membawa semerbak wangi bunga-bunga yang menyeruak masuk ke indra penciuman.

Sayang sekali, di hari dunia terlihat begitu indah, ada beberapa orang yang memilih untuk menutup mata dan mengabaikan keindahan dengan menciptakan dunianya sendiri.

Dunia yang tidak pernah aku tau seperti apa bentuknya di sana. Mungkin saja dunia barunya itu lebih indah dari dunia yang kulihat di sini. Sehingga mereka merasa bisa begitu damai ada di sana.

Ku harap begitu...

Aku berharap dunianya sekarang bisa memberikan kebahagiaan yang belum pernah sempat dia rasakan di sini.

Kurasa sudah cukup lama aku termenung. Menatap kosong pemandangan yang tersaji di depanku. Lalu aku berusaha membuyarkan lamunanku sendiri. Dan kemudian menatap sebuah buku dengan sampul coklat yang memang sudah ada di tanganku sejak tadi. Buku yang selalu aku bawa kemana-mana karena benda ini menjadi sangat berharga untukku, sejak hari itu.

Aku membuka perlahan setiap lembaran dalam buku ini. Membacanya kembali dari awal dan mencoba mengingat kenangan-kenangan yang mulai pudar dimakan waktu.

Di lembar pertama ini, tertulis :




-----


Diary Sisi - 2018

Biar ku perkenalkan...

Aku Sisilia Rona Renjana. Perempuan biasa yang keberuntungannya hanya sebatas diberi kesempatan untuk tetap hidup. Tidak ada yang sempurna dari manusia biasa sepertiku. Kurasa hidupku juga tidak seistimewa hidup manusia lain.

Aku anak kedua sekaligus anak terakhir dalam keluarga. Aku punya seorang kakak laki-laki. Jadi hampir setiap hari aku mendengar keluargaku begitu memuji anak laki-laki mereka. Sepertinya sudah hal biasa dalam sebuah keluarga jika anak laki-laki itu seperti segalanya dan yang paling sempurna.

Jika kalian berpikir bahwa aku juga dibanggakan seperti itu, kalian salah.
Salah besar!

Aku hanya seperti sebuah pelengkap dalam keluarga ini. Keberadaanku hanya sebagai kata pemanis saat menjawab pertanyaan orang-orang, seperti "aku punya seorang putra dan putri." Dan setelah itu orang-orang akan menganggap kehidupan keluarga kami terasa lengkap dan bahagia.

Kenyataannya memang semua damai jika hanya dilihat dari sudut pandang anak laki-laki pertama. Tidak dengan sudut pandangku.

Seperti saat ini, seluruh keluarga besar sedang berkumpul di sini. Kudengar mereka membicarakan banyak hal. Dan di antara banyak hal itu, tidak ada tentang diriku. Semua orang hanya sibuk memperhatikan anak kesayangan mereka, seolah-olah aku tidak ada di sana.

Karena seperti tidak terlihat, aku memutuskan untuk undur diri. Meninggalkan tempat di mana semua orang duduk melingkar sambil bercanda tawa. Bahkan kepergianku yang tiba-tiba tidak membuat mereka bertanya atau sekedar menatap sekilas ke arahku.

Aku beranjak masuk ke dalam kamar. Mengunci diriku di dalam sana. Nyatanya lebih nyaman berada di dalam kamarku yang cukup sunyi meskipun sendirian. Lebih baik merasa sendirian karena memang kenyataannya sedang sendiri. Daripada merasa sendirian padahal sedang ada di antara banyak orang.

Suara ramai mereka masih terdengar begitu jelas di telingaku. Padahal jarak ruang tamu dan kamarku cukup jauh. Entah hal seru apa yang sedang mereka bicarakan sampai suara tawanya menggelegar di setiap sudut rumah ini.

Aku mengambil penyuara telinga yang tersimpan di laci meja belajar. Lalu menyumpal kedua telingaku dengan benda itu. Benda kecil yang selalu ku gunakan saat mendengarkan musik. Ataupun saat aku ingin memblokir suara-suara gaduh yang sangat mengganggu dari luar sana.

Setelah keadaan terasa cukup tenang dan aku hanya bisa mendengar alunan musik yang menggema di telinga, aku meraih sebuah buku dan pena hitam di atas nakas. Kutumpahkan semua rasa yang ada di hatiku dengan menggerakkan sebuah pena di atas kertas putih. Membuat pena hitam itu menari-nari dan membentuk sebuah rangkaian kata.

Kurasa di rumah ini yang mengetahui segala derita yang aku alami hanyalah ruangan ini, lalu sebuah buku, dan juga pena hitam yang tugasnya menyalurkan semua rasaku lewat sebuah tulisan.

Aku begitu menikmati saat di mana aku sedang merangkai kalimat-kalimat sambil berpikir bahwa suatu saat nanti, akan ada yang membaca setiap tulisan yang ku susun dengan banyaknya kata-kata di kepalaku ini. Dan setelah membaca semuanya, mereka akan mengerti bagaimana hidup yang ku jalani sejauh ini.

Aku begitu penasaran melihat bagaimana reaksi orang-orang yang mengira bahwa kehidupanku selalu menyenangkan sebagai seorang putri dari keluarga ini. Padahal nyatanya, aku tidak pernah merasakan kebahagiaan itu di sini.

Semua ini sengaja aku tulis agar bisa dikenang saat aku sudah tiada nanti. Aku mungkin akan hilang dari dunia. Tetapi kisah hidupku akan abadi dalam tulisan ini. Di buku inilah kalian akan tau bagaimana cerita hidup seorang Sisilia. Dan bagaimana aku bisa bertahan sendirian di antara banyak orang yang buta akan keberadaanku.

Siapapun itu, saat kalian membaca setiap cerita di buku ini, mungkin aku sudah tidak ada di dunia. Atau mungkin keberadaanku tidak bisa ditemukan di manapun.

Dan saat membaca ini, kuharap kalian akan memahami setiap hal yang aku siratkan di dalamnya.

Kemudian kalian akan tau seberapa jauh aku bisa bertahan.

-----





Baru saja selesai membaca halaman pertama, aku sudah tidak bisa menahan air mataku untuk jatuh.

Kembali teringat bagaimana saat pertama kali aku membaca buku ini 2 tahun yang lalu. Sampai setelahnya kedua mataku terlihat begitu sembab. Wajahku menjadi pucat dengan tubuh yang gemetar menahan diri untuk tidak jatuh karena seluruh tubuhku yang tiba-tiba terasa lemas.

Ku usap air mataku dengan cepat agar tidak membasahi seluruh bagian buku di tanganku ini. Aku menarik napas dalam-dalam. Mencoba menenangkan diri agar bisa melanjutkan membaca cerita ini lagi. Karena hanya tulisan dalam buku ini yang tersisa untuk bisa membawaku mengenang hari-hari yang telah lama berlalu itu. Terutama mengenang tentang dia.

Cukup lama aku terdiam. Dan setelah kurasa cukup tenang, aku membalikkan lembar kertas untuk kembali membaca halaman cerita selanjutnya.















Continue...


















Jangan lupa vote dan komen ❤
Terimakasih sudah membaca 🙌🙏

Semesta dan Sisinya [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang