Bab 2 : Rumah Roderick

Mulai dari awal
                                    

"Ada yang bisa saya bantu, Nona cantik?" godanya dengan senyuman jenaka.

Athena tersenyum canggung, "jika saya ingin ke utara, harus lewat mana ya?"

"Saya bisa tunjukkan, lebih baik Nona memakai kereta kuda bersama saya."

Athena menggelengkan kepalanya seraya meraba kantong, "saya tidak pu--" ucapannya terpotong karena merasa suatu koin banyak berada di balik jubahnya.

"Ah tolong antarkan saya sampai tujuan," ucap Athena dengan semangat.

"Berapa yang bisa Anda bayar?" tanya kusir tersebut dengan seringaian tipis.

"Bagaimana jika 4 keping koin emas?"

Sang kusir membelalakkan matanya, "dengan senang hati saya akan mengantar Anda!" Tak jarang seseorang memberikan tawaran besar selain bangsawan.

Athena terkekeh melihat kusir tersebut begitu semangat ketika mendengar 4 keping emas.

Di dalam kereta kuda, kusir itu melirik ke belakang. "perkenalkan saya Gusto, Anda bisa memanggilku Toto."

Athena tersenyum, "namamu menggemaskan Toto. Kalau begitu, perkenalkan namaku Rara," ucapnya dengan gembira.

Athena sengaja tidak menyebut nama asli tubuhnya, sehingga memilih menyebut nama di dunianya.

"Namamu unik juga menggemaskan Rara," goda Toto dengan kedipan mata di akhir.

Athena tertawa geli, rasanya begitu menyenangkan jika hidup damai seperti ini. Namun, Maera merasuki tubuh Athena yang di mana hidupnya tidak damai.

"Bicara santai saja supaya tidak canggung," ungkap Athena ketika Toto mulai menjalankan kereta kudanya.

"Baiklah, dengan senang hati Rara," jawab Toto dengan lembut.

Selama diperjalanan menuju utara, Toto sering kali memberikan candaan membuat perut Athena begitu geli.

Napas Athena tersengal-sengal, "cukup, aku tidak kuat untuk tertawa lagi." Athena memegangi pipinya yang terasa pegal.

Oh ya ampun, pria humoris adalah pria kesukaannya. Bagaimana bisa Toto begitu lihai dalam menarik hati wanita?

Toto tertawa lalu berkata, "baiklah, aku hentikan." Melirik ke belakang dengan kedipan itu membuat Athena menggelengkan kepalanya.

Di pertengahan perjalanan, suara aneh bersamaan dengan kereta kuda berhenti membuat keduanya saling pandang.

Toto berkeringat dingin, ia dengan sigap segera meminta Athena turun. Dikarenakan Athena begitu lama turun, Toto segera menarik tangannya lalu ia gendong bak tuan putri.

"Maaf atas kelancanganku Rara," ucap Toto merasa tak enak hati meski begitu ia harus mengamankan nyawa pelanggannya.

Gerombolan bandit dengan tombak tengah mengejar mereka. Hingga salah satunya melesatkan tombak mengenai kaki Toto.

Jleb!

Tubuh keduanya ambruk membuat Athena panik. Saat dirinya ingin membantu Toto, dirinya ditepis oleh si empu.

"Lebih baik kau pergi, cepat!"

Athena teringat adegan dalam novel, kejadian terkepung bersama Roderick membuatnya ketakutan. Tidak untuk kedua kalinya!

Ketika teringat sesuatu, Athena membelalakkan matanya. Oh iya! Aku kan Athena! Punya sihir njir, batinnya.

Kalau gak salah mantranya ini kali ya, batinnya segera memejamkan mata sembari memegang kedua tangan Toto.

Satu kalimat mantra terucap membuat cahaya bersinar terang menyilaukan mata para bandit. Mata keduanya terbuka, melihat sekitar di mana mereka berada.

Hutan rimba yang begitu senyap membuat Toto tahu di mana mereka berada. Hutan perbatasan kerajaan selatan yaitu Florin.

"Rara?" tanya Toto seakan meminta penjelasan.

Athena mengabaikannya, ia segera memeriksakan kaki Toto begitu banyak darah mengalir.

Mantra penyembuhan apa ya? Ayolah otak bekerjalah! batin Athena yang memegang kaki kiri Toto.

Butuh waktu 5 menit hingga akhirnya cahaya bersinar muncul dan menyembuhkan luka kaki Toto.

Toto menatap kakinya dengan rasa penuh bersyukur, dirinya tersenyum, menatap teduh ke arah Athena.

"Terimakasih banyak," ungkapnya dengan senang.

"Sama-sama."

"Jadi … Kau penyihir?" tanya Toto sembari bangkit dari duduknya.

Athena menganggukan kepalanya, ia pun ikut berdiri, menatap jubah bawahnya terkena sedikit darah milik Toto.

"Tapi kenapa kau ingin pergi ke utara menggunakan kereta kuda? Bukankah kau bisa teleportasi?" Toto merasa heran.

Athena tersenyum tipis, "aku lupa kalau punya sihir." Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Toto menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, "baru pertama kali ada penyihir yang lupa punya sihir? Itu mengejutkan."

Athena mengigit bibir bawahnya lalu tersenyum. Ah, entah mengapa keadaan terasa canggung.

"Soal kereta kuda itu, berapa harganya? Aku akan ganti rugi," ujarnya sembari merogoh saku yang berisi koin emas.

"Tidak perlu, aku hanya kusir dadakan saja tadi," tolaknya dengan wajah sombong membuat Athena tertawa kecil.

"Begitukah? Apa sebenarnya kau adalah seorang pangeran yang sedang berpatroli?" tebak Athena asal membuat Toto bereaksi aneh.

Athena yang tahu akan tebakannya kemungkinan benar, ia segera mengubah topik bicara. "Oh iya, aku akan pergi ke utara, Bagaimana denganmu?"

"Aku? Sepertinya aku akan berjalan di daerah selatan lalu kembali ke barat."

Athena menganggukan kepalanya, "ini di mana ya?" tanyanya penasaran.

"Hutan perbatasan kerajaan selatan, untuk pergi ke utara, kau bisa ke arah sana, lurus saja terus hingga menemukan pemukiman," jelasnya sembari menunjuk ke arah utara.

"Berarti perpisahan kita sampai disini … Selamat tinggal." Athena berjalan lebih dulu, melambaikan tangan pada Toto.

"Tidak, jangan katakan selamat tinggal!" Toto menahan tangan Athena. "Sampai jumpa lagi," lanjutnya dengan tatapan memohon.

Athena mengangguk ringan, ada satu pertanyaan di benaknya tapi ia memilih bungkam, "baiklah kalau begitu sampai jumpa lagi!"

Toto melepaskan genggamannya seraya melambaikan tangan. "Sampai jumpa lagi, Athena."

Hah? Dia panggil aku Athena?

**********

Terima kasih telah membaca.

Am I the Reincarnation of a Goddess? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang