Emotion Running High

Mulai dari awal
                                    

Kilas balik, selesai ...

Berkali-kali, Ryder menarik napas beratnya. Perasaan yang awalnya sangat benci pada Jansen, kini mulai sedikit runtuh karena ia berpikir jika kejadian itu bukan terjadi antara Jansen dan Kevin saja.

"Sebenarnya, apa yang terjadi antara bokap gue, bokap Noctis dan bokap Saga waktu itu? Kenapa bisa ada kejadian mengerikan itu sampe kita bertiga sebagai anak mereka, harus menanggung semua ini?" cecar Ryder di dalam hatinya.

Ketiga anak muda itu belum mengetahui jika mereka saling terhubung akibat kutukan yang telah diberikan oleh Shany, tepat di hari Raindra meregang nyawanya. Jika Ryder tahu, ia pasti langsung beralih untuk mengincar Shany.

..

Sementara itu, di luar gedung utama DMT Group. Ada seseorang yang baru saja turun dari sebuah taxi. Pria berusia sekitar tiga puluh lima tahun itu tampak berjalan dengan tergesa, masuk ke dalam gedung.

Di dalam gedung, ia tampak dihormati oleh hampir semua karyawan yang melihatnya. Walaupun sedang terburu-buru, ia juga menyempatkan diri untuk membalas sapaan dari semua karyawan tersebut.

Pria itu adalah, Barra Qhisofil Alshaka -- ayah kandung Zea sekaligus sahabat Jansen sejak mereka masih remaja.

Qhiso segera terbang dengan penerbangan pertama dari Negara Singapura setelah ia mendengar pertanyaan dari Zea mengenai Noctis dan Sachie.

Rasa terkejut itu, nyata adanya. Masalah lampau yang sudah lama terkubur rapi, kini harus mulai terkuak oleh anak-anak mereka karena kesembronoan Shany dalam berucap.

Beberapa saat kemudian, Qhiso telah sampai di lantai paling atas, gedung tersebut. Ia keluar dari dalam lift seraya terus berjalan menuju ke ruang kerja Jansen.

Sesampainya di depan ruang CEO tersebut, Qhiso lantas masuk ke dalam sana tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, sehingga membuat Jansen sangat terkejut dengan kedatangannya.

"Qhiso!" pekik Jansen seraya bangkit dari duduknya.

BRAK !!!

Qhiso lantas menggebrak meja kerja Jansen dengan penuh amarah. Ia menatap wajah sang sahabat yang sudah lama tidak ia temui, dengan begitu tajam.

"Ada masalah apa? Kenapa gak ngasih kabar ke gue kalo lo mau datang ke Indo?" cecar Jansen yang belum mengetahui tujuan Qhiso datang ke negaranya.

"Kenapa lo bisa sampe teledor, Jen?" Qhiso balik bertanya dengan penuh ketegasan.

Jansen tampak mengerutkan dahinya karena ia semakin tidak mengerti. "Gue teledor gimana?"

Qhiso menghela napas kasarnya sebelum ia berbicara. "Semalam, Zea nanyain ke gue soal kebenaran kalo lo itu adalah ayah kandung Noctis dan Sachie!"

"APA!!??" Jansen terkejut bukan main.

"Bukan hanya itu, Jen! Anak gue bisa nanyain itu ke gue karena Saga sendiri yang cerita sama dia!"

Degh ...

Jansen terdiam mematung setelah ia mendengar penuturan dari Qhiso. Tubuhnya mulai terasa bergetar. Darahnya juga seakan naik hingga ke puncak ubun-ubunnya.

Ini adalah hal yang paling ditakutkan oleh Jansen. Ketika anak-anaknya mulai mengetahui semua kebenaran yang ia sembunyikan.

"Sejak awal, gue udah peringatkan sama lo buat bilang yang sejujurnya sama anak-anak biar mereka gak kayak gini!" Qhiso kembali menegaskan.

"Lo kira, gampang ada di posisi gue? Apa yang bisa gue bilang ke anak-anak? Kalo ayah mereka tertukar? Lo kira, itu bakal gampang mereka cerna kalo gue bilang waktu mereka masih kecil?" cecar Jansen. Ia juga mulai terlihat emosi.

NOCTIS SAGARA RYDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang