14. Strategi didalam istana Negeri salju

Mulai dari awal
                                    

Tuan Zerkee menatapnya dengan serius. "Kita perlu memikirkan strategi baru untuk merebut kembali kerajaan Bradagrecia. Tapi untuk saat ini, kita harus memulihkan kekuatan kita dan mencari tahu lebih banyak tentang musuh kita."

Arla, yang masih merasa ragu, bertanya, "Apakah kita benar-benar aman di sini?"

Valleo menghela napas panjang. "Untuk sementara, ya. Tapi kita harus tetap waspada. Musuh kita tidak akan diam begitu saja."

Malam itu, Arla dan Alves diberi kamar yang luas dengan jendela besar menghadap ke hamparan salju yang tak berujung. Meski lelah, pikiran mereka tetap waspada. Ketika akhirnya tertidur, mimpi-mimpi mereka dipenuhi dengan bayangan dari pertempuran yang telah mereka lalui dan tantangan yang masih menunggu.

☆☆☆☆☆

Pagi berikutnya, sinar matahari memantul lembut pada permukaan salju, membuatnya tampak seperti lautan berlian yang tak berujung. Arla terbangun lebih awal, matanya masih terasa berat, namun pikirannya penuh dengan kegelisahan. Dia berjalan mendekati jendela kamarnya, memandang ke arah luar di mana istana es berdiri megah di tengah lanskap beku.

Alves masih tertidur di kamar sebelah. Dia kelelahan setelah pertempuran sebelumnya, namun Arla tahu bahwa sahabatnya itu tidak akan menyerah begitu saja. Dia merasakan dorongan kuat untuk melakukan sesuatu, tetapi dia tidak tahu harus memulai dari mana.

Ketika Arla keluar dari kamarnya, dia menemukan Tuan Zerkee dan tuan valleo (ayahnya) sedang berbicara di ruang tengah istana, di depan perapian besar yang anehnya tidak mencairkan es di sekitarnya. Nyala api biru berkobar, memberikan rasa hangat dan kenyamanan yang tidak bisa dihasilkan oleh api biasa.

"Selamat pagi, Arla," sapa Tuan Zerkee ketika dia melihat gadis itu mendekat. "Bagaimana tidurmu?"

"Masih gelisah," jawab Arla jujur. "Aku terus memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya."

Valleo tersenyum lembut. "Itu wajar, anakku. Kita semua merasakannya. Tapi di sini, kita aman untuk sementara waktu. Istana ini dilindungi oleh sihir kuno yang bahkan musuh kita tidak bisa tembus."

"Tapi kita tidak bisa hanya bersembunyi di sini, ayah" balas Arla dengan nada serius. "Kita harus segera membuat rencana untuk melawan mereka."

Tuan Zerkee mengangguk setuju. "Dan itulah yang akan kita lakukan. Tapi sebelum itu, kita harus memastikan bahwa kita benar-benar siap. Kita perlu mendapatkan lebih banyak informasi tentang para iblis jahanam disana"

Pada saat itu, Ny. Ayra masuk ke ruangan dengan membawa sebuah buku besar yang tampak kuno. Dia meletakkannya di meja besar yang terbuat dari es, dan membukanya dengan hati-hati.

"Buku ini berisi rahasia-rahasia sihir yang telah lama hilang," katanya. "Kita akan mempelajari semua yang kita bisa dari sini untuk menghadapi mereka."

Arla mendekat, melihat halaman-halaman yang dipenuhi dengan tulisan kuno dan gambar-gambar yang rumit. "Apakah ini akan cukup?" tanyanya dengan ragu.

"Ini hanya permulaan," jawab Ny. Ayra. "Kita juga perlu mencari sekutu. Kerajaan Barat tidak sendirian dalam menghadapi ancaman ini. Ada kerajaan-kerajaan lain yang mungkin akan membantu kita."

Sementara mereka berbicara, Alves muncul dari lorong, terlihat lebih segar meski masih ada keletihan di wajahnya. "Apa yang sedang kita rencanakan?" tanyanya sambil mendekat ke meja.

"Kita sedang mempelajari sihir kuno," jawab Arla. "Dan mencari sekutu untuk menghadapi musuh kita."

Alves mengangguk, kemudian melihat ke arah buku yang terbuka di meja. "Aku akan membantu dengan apa pun yang bisa kulakukan."

Falinn Heimur [Terbit✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang