R-1

58 15 0
                                    

"Dunia yang rumit dan siklus kehidupan yang selalu berputar"

Sayup-sayup terdengar suara burung berkicau diatas langit yang cerah, tersadar dari lamunan dan keterpurukan yang tidak ada arti. Memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang di keramaian taman yang indah, memperhatikan anak-anak yang terlihat begitu ceria bermain dengan ayah dan ibu nya, memperhatikan orang-orang yang terlihat begitu bahagia bersama pasangannya.

"Pemandangan yang indah, namun aku tidak pernah merasakannya"

Demikianlah aku mendeskripsikan pemandangan taman yang indah, menarik senyum simpul lalu membuang pikiran yang memberatkan kepala sejenak. Menikmati semilir angin yang terasa menyejukkan sekaligus menyegarkan, menghirup udara yang terasa sangat segar dalam-dalam, dan kembali menatap langit cerah yang begitu menenangkan.

"Huh"
Helaan nafas berkali-kali sudah ku keluarkan, waktu yang terasa sangat singkat saat menikmati hal yang menyejukkan hati. Dengan langkah yang berat dan terpaksa, aku bangun dari bangku taman, perlahan berjalan melangkah menuju rumah.

Rumah, bagiku rumah hanyalah tempat untuk berlindung dari segala ancaman dan bahaya. Namun tidak memberikan kenyamanan, kemasyhuran, dan kenikmatan.

Dengan kegundahan hati, perlahan berjalan memasuki rumah yang sunyi, senyap, sekaligus suram. Melewati setiap lorong rumah hingga menuju ke tempat tidur, sebelum kembali berkecamuk dengan pikiran sendiri dan juga lelah dengan tugas rumah selayaknya seperti seorang ibu rumah tangga.

"Melelahkan!"

Lelah, letih, membosankan itulah yang selalu aku rasakan setiap hari. Menghilangkan rasa lelah dengan menatap langit-langit kamar, berharap akan kehidupan yang lebih baik dan selalu membayangkannya.

Sejenak bahagia dengan bayangan kehidupan yang diinginkan, aku kembali tersadar dengan realita kehidupan yang sedang aku jalani. Kehidupan yang penuh dengan keterpurukan dan tekanan.

MUAK!!
Itulah yang selalu aku katakan setiap detiknya, membuang nafas, perlahan aku bangun dari  tempat tidur, berjalan kearah dapur, melaksanakan tugas yang harus aku lakukan setiap harinya. Aku terus tersadar mengumpat pun tidak ada artinya, aku hanya bisa menjalani apa yang sedang aku alami saat ini, seraya terus berjuang dan percaya bahwa aku bisa mengubah siklus kehidupan ini.

"Aku lelah, tapi entahlah aku berharap bisa merasakan kehidupan seperti itu"


           

Relung RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang