Setiap hari kau tanyakan~
Apa kabar adik~
Hm~
Meski tak semua jawaban~
Benar-benar baik oh~
Mulai lelah dengan tekanan~
Di duniaku sendiri~
Ingin pulang kepangkuannya~

Tempat yang kurindu sejak lama~
Rumah kecil itu~
Tempatku berteduh~
Senyuman pria yang kurindukan~
Akan kubuktikan~
Semua doa dan harapannya~

Aku manusia yang penuh ambisi~
Yang sering lupa bahwa ingin dimengerti~
Banyak tempat untuk kembali~
Meski tak senyaman di rumah sendiri~
Mulai lelah dengan tekanan~
Di duniaku sendiri~
Ingin pulang kepangkuannya~

Tempat yang kurindu sejak lama~
Rumah kecil itu~
Tempatku berteduh~
Senyuman pria yang kurindukan~
Akan kubuktikan~
Semua doa dan harapannya~

Tempat yang kurindu~
Rumah kecil itu~
Tempatku berteduh~
Tempat yang kurindu sejak lama~
Rumah kecil itu~
Tempatku berteduh~
Senyuman pria yang kurindukan~
Akan kubuktikan~
Semua doa dan harapannya~

Bait terakhir lagu itu dinyanyikan dengan merdu oleh Kajesha dan ditutup oleh melodi indah dari gitar Jay. Kolaborasi yang sempurna. Semua anak-anak seketika bertepuk tangan, kali ini lebih meriah. Nyanyian gadis yang mereka panggil Jeje itu memang tak pernah mengecewakan, selalu masuk dengan sopan di telinga bahkan mampu membawa makna lagu sampai ke hati jika orang dewasa yang mendengar, sebab anak-anak itu belum paham betul arti lagu itu. Mereka hanya menyukai nada dan instrumennya.

"Ih kok keren banget kalian?!!" puji seorang anak perempuan berusia 14 tahun, menatap haru kedua muda-mudi yang baru saja berkolaborasi.

"Nyanyi lagi dong, nyanyi lagi!"

Satu persatu mereka mulai berseru, meminta Kajesha untuk bernyanyi lagi. Namun sayangnya, mereka kurang beruntung. Sebab bu Fara sudah berdiri di ambang pintu belakang, memandangi mereka.

"Anak-anak! Ayo makan siang!" panggil wanita itu dengan volume suara yang agak keras, sebab taman itu cukup luas membuat mereka tak akan dapat mendengarnya jika memanggil dengan suara pelan.

Dan reaksi yang ia dapatkan adalah raut muka kecewa yang nampak pada anak-anak tersayangnya itu. Dilihatnya mereka yang bangkit lalu berjalan dengan langkah berat meninggalkan Jay dan Kajesha, membuatnya mengerutkan kening.

"Kenapa jadi lesu gitu? Kalian gak mau makan?" tanyanya begitu mereka menginjak teras belakang tempat dia berdiri.

"Kita masih mau dengerin kak Jeje nyanyi, bu," ujar Kayla.

Bu Fara tersenyum lembut, mengusap kepala anak itu, "nanti ya, kalian dengerin lagi. Sekarang makan dulu, makanan udah siap."

Anak-anak mengangguk patuh kemudian kembali berjalan melewati bu Fara masuk ke dalam rumah, hendak mengambil makanan.

"Jangan lupa cuci tangan," bu Fara kembali bersuara. "Nak, makan dulu!" kini ia berseru memanggil kedua remaja yang masih terduduk di tengah taman itu, terlihat saling melemparkan senyum satu sama lain.

"Iya, bu!" jawab Kajesha.

***

Sebenarnya saat makan, langit mulai menggelap. Orang-orang sudah mengira akan turun hujan. Namun satu jam setelahnya cuaca kembali cerah, membuat Kajesha tersenyum senang. Sebab ia hendak mengajak Jay keluar untuk berjalan-jalan sebentar. Gadis itu berpikir Jay butuh refreshing sebab hari-harinya hanya dihabiskan di dalam rumah, panti, maupun sekolah.

I'll See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang