"Betul, Pak! Pihak rumah sakit tidak menerima laporan tentang pasien bernama Bagas."
Pak Danu terkejut. Dia lantas menoleh ke arah Elsa. Perempuan itu cuma memasang wajah pusing dan kesal. Dia tidak percaya dengan ucapan para petugas rumah sakit.
Bisa saja mereka salah memeriksa data pasien. Elsa meminta mereka untuk memeriksanya lagi. Namun memang tidak ada pasien atas nama Bagas di sana.
"Gimana dong?" Elsa mengusap wajahnya tampak frustasi lalu menatap ke arah Pak Danu dan Bu Retno.
Mereka pun tampak kebingungan. Tidak mungkin Jamal salah kasih informasi.
Di tengah kegundahan mereka, dari kejauhan tampak Triatno yang sedang berjalan di sekitar. Dia dibuat terkejut melihat Elsa dan Pak Danu berada di rumah sakit itu.
Sepertinya mereka ingin menjenguk Bagas. Triatno segera mempercepat langkahnya menuju pada Elsa, Pak Danu dan Bu Retno.
"Mbak Elsa!"
Suara itu mengejutkan Elsa yang tampak sedang kebingungan. Dia segera menoleh ke arah sumber suara tersebut. Dilihatnya seorang lelaki berkemeja putih yang sedang berjalan cepat menuju padanya.
Elsa menyipit. "Itu bukan Mas Tri?"
Pak Danu dan Bu Retno turut menoleh ke arah pandangan Elsa. Mereka tersenyum lega melihat orang kepercayaan Pak Handoko ada di rumah sakit itu.
Triatno memasang senyum hangat di wajahnya saat ia tiba di depan Elsa dan orang tuanya.
"Selamat sore, Mbak Elsa, Pak Danu dan Bu Retno. Ada yang bisa saya bantu?"
Elsa cuma tersenyum menanggapi lalu menoleh ke arah bapak dan ibunya. Mereka mengangguk sambil tersenyum menanggapi.
"Mas Bagas berada di ruang rawat VIP. Mungkin bagian resepsionis tidak tahu jika Mbak Elsa sedang ingin menjenguk Mas Bagas. Makanya mereka mengatakan jika tidak ada pasien bernama Bagas di sini. Karena memang pihak RS tidak mencatat nama Mas Bagas di laporan pasien."
Elsa cuma manggut-manggut mendengar penjelasan Triatno. Mereka sedang berjalan menuju ruang rawat VIP di lantai sepuluh rumah sakit.
"Lantas, bagaimana kondisi Bagas sekarang?" tanya Elsa kemudian. Wajahnya kelihatan cemas.
Triatno tersenyum tipis. "Mbak Elsa bisa melihatnya sendiri."
Elsa cuma mengangguk pelan. Mereka segera memasuki pintu lift yang akan mengantarnya ke lantai sepuluh.
Sepanjang perjalanan itu, hati Elsa terus gusar. Pikirannya tidak luput dari Bagas. Dia tidak sabar ingin melihat kondisi lelaki itu.
"Silakan, Mbak!"
Triatno membukakan pintu sebuah kamar saat mereka tiba di lantai sepuluh. Dia mempersilakan Elsa dan orang tuanya masuk.
Elsa menoleh ke arah dua orang yang berdiri di sampingnya. Pak Danu dan Bu Retno cuma mengangguk menanggapi. Dia pun segera masuk mengikuti langkah Triatno.
Ruang rawat VIP itu tampak seperti kamar hotel. Elsa memindai ke sekitar. Dia melihat di depan sana tampak beberapa perawat yang sedang berdiri di sekitar ranjang pasien.
Pak Handoko dan Purwanti juga berada di antara mereka. Semuanya berdiri mengelilingi ranjang pasien.
Glek!
Elsa menelan ludah kasar seraya langkah yang nyaris mencapai orang-orang itu.
Tenggorokannya terasa tercekat. Ia tak sabar ingin melihat kondisi Bagas. Hingga saat mata Pak Handoko membidik mereka, jantung Elsa berdegup kencang.
"Danu!"
"Mas Handoko."
Dua orang teman lama itu saling merangkul. Demikian pula Purwanti dan Bu Retno.
Cuma Elsa yang terdiam dalam perasaan gusar. Matanya melirik ke arah pasien yang sedang dikelilingi dokter dan perawat.
"Bagas belum sadar sejak tadi pagi. Dia sempat siuman dan menanyakan Laras." Purwanti berkata dengan suara lirih. Matanya menoleh ke arah laki-laki yang terbaring di tengah ranjang pasien di samping.
Pak Danu dan Bu Retno turut prihatin mendengarnya.
Mereka memandangi Bagas yang sedang terbaring lemas. Kemudian Pak Danu meremas bahu Elsa. Perempuan itu sedang duduk di tepi ranjang pasien.
Elsa cuma tersenyum pahit melihat kondisi Bagas. Lelaki itu sangat mencintai istrinya.
"Pak Handoko, sepertinya kita harus menghubungi Mbak Laras. Mungkin Mas Bagas akan segera pulih kalau ada Mbak Laras di sampingnya."
Triatno bicara pada Pak Handoko di ruang rawat VIP di mana Bagas berada. Elsa yang masih duduk di samping ranjang pasien turut mendengarnya.
Pak Handoko terdiam. Matanya dipejamkan dengan tangan yang mengepal kuat.
Dia tidak sudi memanggil Laras ke sini. Bahkan, perempuan itu sudah mendengar kabar kematian Bagas. Laras tidak boleh sampai datang ke Solo. Apapun alasannya.
"Tidak perlu memanggil Laras!"
Suara Elsa mengejutkan Pak Handoko dan Triatno. Keduanya segera menoleh.
Elsa melanjutkan, "Biarkan aku saja yang mengurus Bagas."
Wajah perempuan itu tampak meyakinkan dengan tatapan yang memohon. Pak Handoko tersenyum menanggapi. Kemudian dia segera berjalan menuju pada Elsa.
"Memang hanya kamu yang pantas berada di sisi Bagas saat ini, Elsa."
Perempuan muda itu dibuat tertegun mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...
Chapter 56. Wanita Lain Di Samping Bagas
Mulai dari awal