"Gak papa Mbah, sampaikan saja." Aster tak mempermasalahkan kalau untuk Mbah Gun.

"Dia makin lama di sini makin ngaco. Makannya dua hari lalu Mbah usir secara halus. Mbah kenalkan sama seseorang dan tadi. Baru tadi sebelum Mas Aster ke sini, salah satu murid Mbah bilang, katanya dia masuk YouTube."

"M... maksudnya gimana ya Mbah?" Aster masih belum bisa paham arah pembicaraannya.

"Jadi dia itu kayak punya aliran sesat yang mengatasnamakan diri sebagai titisan Tuhan. Disini pun banyak sekali mempengaruhi murid-murid Mbah sampai anak-anak keluar malem buat ritual aneh-aneh. Pernah sekali waktu, sampai pakai perjanjian darah segala katanya. Gak tau persisnya kayak apa, tapi bisa dipastikan ini sesat. Ini melenceng." Jelas Mbah Gun. Ini yang Aster suka dari Mbah Gun. Meski namanya mencerminkan dukun profesional, tapi dia paham mana yang masih di dalam jalur agama, dan mana yang sudah membelok. Dia cukup agamis.

"Baru dua hari lalu Mbah usir tapi tadi pagi anak-anak heboh. Ternyata dia di wawancara sama youtuber lumayan terkenal. Dia ngobrol kesana kemari katanya bisa mengendalikan jin, ngobrol sama jin, bisa membuka aura, bisa pelet, santet dan banyak lagi yang dia omongin. Wah pokoknya bahaya. Takutnya, ini mah Mbah mungkin bisa salah juga ya. Takutnya, ini malah strategi marketing dia buat narik pelanggan. Kalaupun. Kalaupun dia memang punya semua kekuatan itu, kalau di share di media kayaknya gak elok Mas. Takutnya dia bawa-bawa padepokan sini. Mbah gak mau padepokan Sila ini tercoreng sama ulah dia. Di Video yang tadi Mbah tonton pun, sudah samar-samar sebut padepokan tapi belum lengkap dengan namanya. Tapi nanti lah kita obrolin lagi supaya Mas juga tau seberapa melencengnya ajaran dia."

"Namanya siapa Mbah?" Tanya Aster mulai penasaran.

"Namanya Agam. Tapi di YouTube gak tau kenapa namanya berubah menjadi Ki Ageng. Katanya nama itu sejak lahir dia punya. Gak tau lah omongan dia yang bener yang mana." Jawab Mbah Gun yang terlihat lumayan frustasi dengan ulah murid dadakannya yang satu ini.

"Mbah yakin dia punya kekuatan kaya gitu?" Tanya Aster ingin memastikan lagi. Jika ya, pasti ada aura merah yang bisa ia lihat ketika bertemu orang itu.

"Kayaknya sih engga. Dia kayak orang yang lagi halusinasi jatuhnya. Tapi Mbah gak bisa pastikan. Kalau Mas berkenan, Mas bisa lihat sendiri nanti. Atau di video aja?" Tawar Mbah Gun.

"Gak bisa lewat video Mbah," Aster tersenyum tipis karena memang kekuatannya tak se-ajaib itu bisa digunakan hanya dalam tangkapan gambar saja.

"Ya sudah nanti saja kita obrolin lagi. Kayaknya perlu penjelasan yang lebih panjang lagi dari ini." Kekeh Mbah Gun. Aster hanya mengangguk kemudian pandangannya tertuju pada seseorang yang tiba-tiba datang seorang diri memakai kemeja putih lengkap dengan dasi kotak-kotak hitam dan celana abu-abu.

"Oh.. Itu Mbah?" Tanya Aster sambil menunjuk ke arah pagar.

"Mana?" Tanya Mbah yang masih belum bisa melihatnya dengan jelas.

"Itu kan? Gak di buka Mbah?" Aster melihat orang itu berdiri di depan pagar sambil memandang ke arah mereka.

"Mas?" Mbah Gun melihat kilat biru di mata Aster. Hanya sekilas dan kembali mata itu berubah abu-abu. "Gak ada siapa-siapa Mas.." Ungkapnya yang entah mengapa sikap Aster membuat bulu kuduknya meremang.

"Oh?" Aster heran mengapa Mbah Gun tidak bisa melihat orang itu padahal jelas-jelas dia sedang berdiri mematung di depan pagar.

Eh tapi, semakin lama di pandangi, orang itu sama sekali tidak bergerak dengan ekspresi datar. Dan makin diperhatikan, kepalanya yang basah itu terlihat tak wajar.

Tunggu. Aster mendekat untuk kembali memastikan.

"Mas.." Mbah Gun terlihat khawatir namun Aster memberi isyarat jika itu bukan apa-apa.

Dugaan Aster benar. Rambut itu basah sebab darah yang mengucur di kepalanya bahkan merembes sampai kerah kemeja putih yang ia pakai.

"Mbah. Tetangga Mbah namanya Arsik.." Aster tidak bisa membaca name tag yang dikenakan pria itu karena memang sudah terhapus karena gesekan kasar.

"Ya Mas!" Mbah Gun membenarkan.

"Dia kecelakaan Mbah."

Jika keadaan pria itu hancur begitu, artinya dia memang mengalami kecelakaan. Roh yang kini datang bisa Aster pastikan hanya sebuah kesadaran yang memang akan sampai kemana dia akan melangkah sebelumnya.

Begitu Aster menginformasikan hal itu, arwah pria yang semula hanya berdiri di depan pagar tiba-tiba menghilang tertiup angin.

Wussh..

Aster sempat merasakan hembusannya berbarengan dengan cahaya biru yang meredup di matanya.

.
.
.
.
.
.
.
.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang