"Ga gimana gimana" Jawab Jean dengan dingin sambil tetap meneruskan langkahnya menuju kantin sekolah.
"Kamu di skors ? Di keluarin ?" Tanya Dita lagi.
Namun Jean hanya diam tak membahas apapun dengan Dita, karena emang Jean tidak tertarik bahkan cenderung sebal dengan wanita yg terlalu cerewet dan agresif mengejarnya.
"Jean, aku kan nanya... Kok ga dijawab sih je ? Skor atau drop out ?" Tanya Dita lagi sambil memeluk lengan kanan Jean dengan manja.
"Shut up" ujar Jean sambil menghempaskan dengan kasar tangan Dita dari lengannya.
Jean pun mempercepat langkahnya menuju kantin dan sesampainya di kantin, ia langsung memesan semangkuk bakso untuk mengisi perutnya yg sedari tadi keroncongan.
Ia pun segera duduk di tempat yg sudah disediakan, tanpa sadar ia duduk disebelah Adzkiya yg sedang menikmati semangkuk bakso pula disebelahnya.
Adzkiya yg familiar dengan bau parfum yg dikenakan oleh seseorang disebelahnya langsung menengok ke arahnya. Adzkiya hampir tersedat karena bakso yg baru saja dikunyahnya. Ia sedikit terbatuk karena melihat Jean yg sedang makan bakso juga disampingnya.
"Hai" Sapa Adzkiya pelan sambil menaruh sendok dan garpunya di tempatnya semula.
Jean hanya memalingkan sebentar wajahnya ke arah Adzkiya, lalu melanjutkan kembali menikmati baksonya.
"Dingin amat nih orang" gumam Adzkiya dalam hati.
Adzkiya pun pelan pelan mengulurkan tangan kanannya di hadapan wajah Jean yg sedang khusyuk menikmati baksonya.
"Adzkiya Blair" Ujarnya kembali berusaha memperkenalkan diri.
Jean pun mendengus sebal dan langsung menegakkan tubuhnya.
"Emang gue kenal lu ?" Tanya Jean dengan kasar
"Ga, makanya mau kenalan" Jawab Adzkiya sambil mengembangkan senyumnya.
Jean terdiam melihat senyum terkembang di wajah gadis itu. Dan dia hampir saja mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Adzkiya. Buru buru ia menyadarkan dirinya dan langsung pergi menjauhi Adzkiya setelah membayar baksonya.
Tangan Jean gemetar hebat menandakan kegugupannya. Ia pun menyegerakan diri untuk ke tempat parkir dan langsung tancap gas dari area sekolahnya menuju rumah sakit dimana Rio sahabatnya dirawat.
Flashback On...
"Hai, boleh kenalan ga ?" Tanya Jean pada seorang remaja perempuan yg sedaritadi sedang asyik memainkan ponselnya.
Remaja perempuan itu menghentikan aktifitasnya dan langsung menatap Jean yang sedang mengulurkan tangannya.
Remaja itu menyambut uluran tangan Jean sambil tersenyum.
"Monita" Ujarnya lembut.
"Jean" Jawab Jean sambil tersenyum ke arah Monita.
Sejak saat itu, Jean dan Monita menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih tanpa ada yang tau termasuk Rio, sahabatnya.
Jean sendiri memiliki orientasi seksual yang menyimpang semenjak ia melihat ayah kandungnya sendiri memukuli mamanya dan meninggalkannya demi wanita yang lebih cantik dan modis dari mamanya yang pada saat itu menjadi istri sahnya.
Jean kecil melihat dengan mata kepalanya sendiri perjuangan mamanya membesarkannya dengan penuh airmata. Hingga ia sendiri berjanji, ia akan menggantikan peran ayahnya dan menjaga mamanya seumur hidupnya.
Tak ada yang tau tentang isi hati Jean sebenarnya, hingga suatu saat keluarga Monita tau tentang cinta monyet antara Jean dan Monita marah besar. Jean dengan mata kepalanya sendiri, melihat Monita dipukuli oleh ayah kandungnya. Membuat rasa sakit itu kembali hadir di hatinya, memori menyakitkan itu muncul lagi dalam ingatannya.
Jean yang patah hati memutuskan untuk pergi dan ga membuka hatinya lagi untuk siapapun karena ia tidak mau ada yg terluka hanya karena dirinya dan cintanya.
Flashback Off...
Sesampainya di rumah sakit, Jean langsung masuk ke dalam ruang perawatan dimana sahabatnya sedang tergolek lemah.
Ia langsung duduk di tepi bangsal dan menghela nafasnya sebentar.
"Yo, bangun kek lu... Ga kangen apa sama gue" lirih Jean sambil menatap sendu sahabatnya yg terbaring lemah tak berdaya.
"Ngapain gue kangen sama tukang bikin onar kayak lu ?" Jawab Rio yg membuat Jean tersentak kaget dan langsung sumringah melihat sahabatnya yg sudah sadar.
"Sialan ! Gue kira lu udah mau mati" Ujar Jean sekenanya sambil mencubit pelan perut Rio.
"Kalo gue mati, yang bakalan support lu siapa ? Yg bakalan ngehindarin lu dari cewek cewek gila itu siapa ?" Jawab Rio pelan.
"Hehehe cepet pulih dong Yo, kangen nih hang out sama lu" ucap Jean sambil menepuk pelan bahu Rio.
"Bilang aja lu pengen gue temenin liat cewek cewek cantik biar lu ga ternistakan oleh pandangan jijik mereka liat lu ngiler liatin body mereka" Canda Rio.
"Sialan"
Mereka pun tertawa bersama walaupun Rio masih belum bisa berbicara lantang, tapi itu cukup membuat Jean lega karena setidaknya sahabatnya sudah berhasil melewati masa kritisnya.
Tiga
Mulai dari awal