AWAL PERTEMUAN

Mulai dari awal
                                    

"Lo jangan buat masalah kali ini! Cukup masalah lo yang amnesia gak usah lo buat drama lagi, atau jangan-jangan lo amnesia juga cuman drama!?"

Bastian memukul kepala Abel pelan, ia menatap seolah sedang mengancam membuat Abel berdecak dan kembali menatap sinis pada sang abang.

Tak ada yang melihat, saat ini Vano mengepal tangan nya, ia kesal padahal sudah mengatakan yang sebenarnya, bukan nya mendapat kepercayaan malah mendapatkan fitnahan. Ck!

"Gue Varo bukan Vano! Adik kalian itu sudah mati!!"

'𝘉𝘳𝘢𝘬!'

Mahendra memukul meja bahkan kepalan tangannya memperlihatkan urat-urat nya dengan rahang yang ikut mengeras. Ia marah mendengar kalimat terakhir yang di katakan oleh anak bungsu nya.

"Vano diam! Apa kamu mau ayah mengurung mu dikamar! Lain kali perhatikan kata-katamu!"

Vano terdiam di tempat nya, ternyata memang sama saja, semua keluarga sama saja, ia mengatakan hal yang benar tapi kenapa ingin di kurang? Apa yang salah?

"Gue bakal buktiin kalo gue itu bukan Vano!!"

Vano berlari keluarga niat nya ingin pergi dari mension Johnson dari pada harus di kurung dalam kamar kan, ia tidak ingin kehidupan sebelum nya kembali terulang lagi di kehidupannya yang ke-dua, ia hanya ingin hidup normal hidup dengan damai dan bebas dari masalah.

Mahendra menjadi lebih marah matanya memerah menahan emosi yang akan segera meledak. Dengan suara yang keras dan lantang mahendra menyuruh kedua anaknya untuk mengejar sang bungsu. Bukan hanya kedua anaknya rapi juga beberapa bodyguard, suara keras itu menggema di setiap penjuru mansion.

Vano menoleh kebelakang melihat para abangnya dan juga sekitar 5 bodyguard mengejarnya, ia lebih mempercepat tempo larinya hingga tak sengaja matanya melihat pengendara motor yang baru saja akan menjalankan motornya.

Tanpa aba-aba ia langsung naik tanpa menghiraukan sang pemilik motor yang terkejut dan menyuruhnya untuk segera turun.

"Apa-apaan nih, turun lo!"

"Jalan! Cepat jalan anjg!"

Vano memukul bahu orang yang tak ia kenal itu, awalnya pria itu diam saja dan tak menuruti ucapan Vano tapi lama-kelamaan pukulan di bahunya menjadi lebih keras ia mulai kesal dan meringis karena bahunya yang terus di hantam oleh pukulan Vano.

Wajah Vano menjadi panik saat Bastian dan yang lainnya mulai dekat dengan nya, tanpa sadar tangannya memukul bahu pria yang tak ia kenali dengan cukup keras.

Karena tak tahan menerima pukulan di bahunya pemilik motor itu mulai menjalankan motor nya dengan cepat membuat Vano yang di belakang hampir saja terjatuh kebelakang ia spontan memeluk erat tubuh pria didepan nya itu.

Punggung yang keras dan besar begitu hangat, Vano terlalu nyaman memeluk tubuh pria itu hingga tak menyadari jika bastian dan yang lain telah tertinggal jauh dan ia yang tak memikirkan tujuan lagi.

Cukup lama perjalanan itu hingga motor berhenti di pinggir jalan yang Vano tak tahu jalan apa dan di mana ia sekarang.

"Sekarang juga lo turun dari atas motor gue!"

Vano dengan cepat melepas pelukan nya dan turun dari atas motor ia menatap takut pada pria galak itu.

Pemuda itu melepas helm nya dan menggerai rambutnya ke atas, Vano sempat terpanah dengan ketampanan pemuda di hadapan nya saat ini, sangat tampan.

"Jelasin sebenarnya lo ini siapa? Terus orang yang ngejar tadi lo itu siapa?" Tanyanya dengan alis yang terangkat menatap Vano dengan ekspresi bingung.

TRANSMIGRASI (GUE BUKAN VANO!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang