๛TIGA PULUH

Mulai dari awal
                                    

Tidak.. Ini tidak boleh terjadi, istriku harus selamat. Batin Jacob merasa cemas.

Seketika ia teringat dengan mimpinya barusan, ternyata yang ingin dia lihat adalah kejadian ini. Jacob berdiri berjalan mendekati pintu ruang operasi, sakirannya mengintip keadaan di dalam yang mana pintu operasi berbahan kaca.

"Kau jangan membawa pergi istriku juga.." Gumamnya menatap mereka yang bekerja di dalam.

Tanpa sadar mata Jacob terlihat memerah dengan genangan di pelupuk matanya. Tangannya meremat pegangan pintu dengan erat.

"Jangan pergi, kembali. Kembali. Tetaplah di pengawasanku." Ucap pelan Jacob.

"Jack!" Panggil seseorang membuat Jacob menoleh.

Tuan Aldebarack berjalan bersama Yaya dan Nyonya Jenni yang tak lain Ibu kandung Tasya.

"Bagaimana?" Tanya Yaya.

"Masih di operasi." Balas Jacob.

Tangan Aldebarack menyentuh pundak Jacob memberikan semangat untuk cucunya kuat menghadapi cobaannya.

"Nak Jack," panggil Nyonya Jenni membuka tangannya membiarkan menantunya untuk memeluknya. Tubuh tinggi itu membungkuk memeluk ibu mertuanya, sembari matanya yang mengeluarkan beberapa tetesan.

"Semuanya akan baik-baik saja, percayalah."

"Anak itu bahkan baru enam bulan.." Gumam Jacob, Nyonya Jenni hanya mengangguk sembari tangannya mengusap punggung lebar Jacob.

8 jam telah berlalu, namun belum ada tanda dari ruang operasi. Jack semakin khawatir tangannya sejak tadi saling mengepal, sementara Tuan Aldebarack mengurus beberapa keperluan Jacob dan cucu menantunya.

Lampu ruang operasi yang berada persis di atas pintu masuk mulai padam, menandakan operasi telah selesai.

"Jo!" Ucap Jacob begitu melihat sosok Johnny yang keluar paling akhir, sementara suster dan perawat di tahan Yaya dan Nyonya Jenni.

"Bagaimana?" Tanya Jacob

"Kami terpaksa mengangkat bayinya. Kami melakukan operasi besar. Kau tenang saja, istrimu baik-baik saja." Ucap Johnny.

"Bukan, putriku. Bagaimana dengannya?" Tanya Jacob memperjelas maksud pertanyaannya.

Yaya dan Nyonya Jenni yang sudah mendapatkan sedikit informasi itu menatap Jacob.

Johnny menggeleng, membuat Jacob tercenung.
"Karena belum waktunya untuk lahir, kami terpaksa melakukan beberapa operasi dan memindahkannya pada ruangan khusus, dia masih begitu kecil makanya di inkubator."

"Kau ingin melihatnya dulu?" Lanjut Johnny. Namun Jacob hanya diam dan berjalan ke arah lain, tempat VVIP Tasya di pindahkan.

"Aku ingin melihatnya." Ucap cepat Yaya di angguki Nyonya Jenni yang setuju.

"Mari ikut saya." Balas Johnny berjalan lebih dulu.

Yaya menatap kepergian Jacob, kemudian menyusul Ibu dan dokter Johnny ke ruangan khusus.

Begitu mereka memasuki ruangan khusus, mereka juga harus mencuci tangan dan bahkan menggunakan pakaian mantel khusus untuk masuk, terlebih mereka tidak benar-benar bisa masuk ke dalam ruangan yang mana mahkluk kecil yang terbaring di dalam kotak kaca. Masih ada beberapa sekat untuk benar-benar bertemu secara langsung dengan putri dari Hailey.

Nyonya Jenni menatap nanar, kedua tangannya di depan kaca, hanya berdiri melihat dari jauh cucu bungsunya yang sangat memerah, kecil dan beberapa selang di tubuhnya ada alat bantu pernapasan.

"Aku akan membawanya Bu," ucap Yaya menatap keponakannya. Nyonya Jenni mengangguk setuju.

Mereka sedikitnya tau jika Jacob begitu membenci anak bungsunya yang baru tersebut.

"Iya, tentu Syerin akan sangat senang mendapatkan adik.." Ucap Nyonya Jenni menyakini. Mengingat keluarga Arkanaksa lebih dominan dengan penerus perempuan, dan si bungsu dari putri Yaya itu begitu senang dengan orang yang lebih muda dirinya, yakni adik.















●●●

YOU ARE ALWAYS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang