Karina mengangguk kecil membuat Heeseung tak tega karena telah membentaknya.

Heeseung merangkul tubuh mungil Karina. "Baiklah. Lain kali jangan di ulang lagi." Ujar Heeseung yang lalu di balas anggukan lagi oleh Karina.

***

Karina terkejut bukan main, hampir saja jantungnya copot setelah menerima pesan singkat dari seorang lelaki yang banyak di kagumi gadis-gadis kampus.

Masih seperti mimpi ketika Park Jongseong menyapanya hanya dengan dua kata manis yang membuatnya terbang melayang.

Anak dari Dosen kampusnya itu sangat populer. Tampan luar biasa dan kaya raya. Setiap harinya selalu berganti kendaraan untuk pergi ke kampus. Padahal lelaki itu sebelumnya tidak pernah menyapa Karina. Baru beberapa kali mereka bertemu digerbang kampus yang kebetulan sekali kedua sama-sama tiba. Namun pria itu hanya menyunggingkan senyum ketika tak sengaja melakukan eye-contac.

"Karina, cepat habiskan sarapanmu." Ujar Heeseung. Karina tak memperdulikan perkataan Heeseung, asyik membalas pesan dengan Jongseong.

"Karina!" Ujarnya sedikit membentak.

"Yaa! Kau ini pengganggu sekali! Aku sedang membalas pesan penting, Lee Heeseung."

"Sepenting apa sampai kau membiarkan makananmu dingin? Karina, jika tidak cepat kita bisa terlambat. Kau tidak ingat hari ini kelas dosen Kang yang kau takuti itu?"

Karina menjauhkan piring dari pandangannya, mendadak kehilangan selera makan. "Aku tidak mau sarapan. Ayo berangkat!"

"Karina, kau itu punya maag."

"Kau ini menyebalkan sekali! Tadi terburu-buru, sekarang ingin aku makan—"

"Aku tidak melarangmu untuk makan, aku menyuruhmu untuk berhenti bermain ponsel dan cepat menghabiskan makananmu sebelum kesabaranku benar-benar habis!" Bentak Heeseung.

Karina tersentak dengan bentakan Heeseung, jujur ia sedikit takut ketika melihat Heeseung tengah emosi. Akhirnya ia putuskan menyimpan ponselnya pada tas miliknya dan melanjutkan sarapannya.

***

Heeseung menunggu Karina di gerbang kampus. Semenjak kuliah, ia memutuskan untuk jalan sendiri menggunakan sepeda motor yang Ayahnya belikan untuknya. Sedangkan Karina, gadis itu tentu tidak mau jika harus berboncengan dengan motor yang bukan levelnya. Terlebih lagi motor milik Heeseung bukan motor sport yang kebanyakan lelaki punya di kampus ini.

Mobil hitam milik Karina telah datang. Heeseung menghampiri sang Ayah sekedar menyapanya. Sedangkan Karina, gadis itu turun masih dengan ponsel di tangannya. Matanya celingukan tengah mencari seseorang yang Heeseung tak tahu siapa.

"Perhatikan jalanmu, Karina. Kau bisa jatuh."

Karina tak merespon masih dengan celingukan mencari sosok pria tampannya itu.

"Kau mencari siapa?" Tanya Heeseung.

Seulas senyuman manis menghiasi wajah cantiknya ketika melihat sahabatnya Ningning tengah bersama Jongseong.

"Aku duluan ya." Karina berlari ketika Ningning melambaikan tangannya.

Heeseung merasa ada yang aneh pada gadis itu. Dari pagi gelagatnya tak biasa, sibuk bermain ponsel kadang tersenyum sendiri menatap layar ponselnya. Tak ingin berlarut memikirkan Karina yang tak ada untungnya, Heeseung lantas pergi memasuki kelas.

***

Heeseung merasakan hal aneh pada teman gadisnya. Akhir-akhir ini tumben sekali ia berperilaku baik padanya. Membelikannya makan siang hingga berujung dengan membelikan sepatu baru untuknya

"Ada apa, Karina? Kau ingin apa?" Tanya Heeseung pada gadis yang tengah memainkan jemarinya itu. Heeseung sudah tahu bahwa ada maksud lain dari ini semua.

"Heeseung, kau kenal Park Jongseong?" Tanyanya gugup.

"Hmm. Anak dosen Park yang terkenal tampan itu?" Karina mengangguk antusias lalu duduk di samping Heeseung.

"Selain tampan, dia juga baik." Sambung Karina.

"Lalu?"

"Aku sedang dekat dengannya." Sahut Karina sambil menggigit bibir bawahnya.

Heeseung membuang nafas berat, Karina memang pemilih namun Heeseung tak yakin dengan pilihannya kali ini.

"Sudah seberapa dekat kau dengannya.?" Tanya Heeseung.

"Cukup dekat, bahkan sangat dekat. Kami sering bertemu di sekitar kampus, lalu dia sering meneleponku hampir setiap malam."

"Karina, tapi kudengar katanya dia tengah dekat dengan senior kita, Yunjin."

Karina menepis omongan Heeseung, menghadiahkan tumpukan kecil pada bibir tipisnya. "Jangan berbicara sembarangan! Jongseong sudah mengatakan padaku jika hubungannya dengan gadis itu sudah selesai."

"Baiklah, terserah. Tapi hati-hati, tidak semua pria itu baik." Ujar Heeseung. "Lalu, apa tujuanmu memberikan ini padaku?" Tanyanya sembari mengangkat sepatu hitam dengan tali putih yang baru saja Karina belikan.

"Ah, itu... aku ingin kau membantuku."

"Apa?"

"Rahasiakan hubunganku dan Jongseong pada Ayah dan Ibuku, dan—"

"Tidak."

"Heeseung, aku bahkan belum berbicara." Sahut Karina.

"Aku tahu apa yang kau inginkan. Karina, jika ingin pergi jangan bawa-bawa namaku. Itu berbahaya."

"Tapi Heeseung, sekali ini saja. Kumohon.."

"Kau selalu mengatakan begitu, namun kenyataannya kau melakukannya berkali-kali." Ucap Heeseung.

Karina benar-benar kehabisan kata-kata untuk memohon pada Heeseung. Namun bukan Karina namanya jika tidak memaksa.

Gadis itu lalu duduk bersimpuh menyentuh kedua kaki Heeseung. Memohon agar Heeseung menolongnya sekali ini saja, dan Karina juga berjanji tidak akan membawa namanya lagi untuk pergi bersama orang lain.

"Aku tidak akan luluh, Karina. Sekali tidak, tetap tidak."

Karina bangkit membersihkan pakaian yang menyentuh lantai. Kembali dalam mode merajuk menatap sinis Heeseung.

"Aku sampai menjatuhkan harga diriku untuk bersujud. Kau benar-benar tidak punya hati, Tuan Lee."

"Aku tidak menyuruhmu untuk menyembahku, jangan salahkan aku." Ucap Heeseung sembari melirik ponsel Karina yang berdering dengan nama Jongseong yang terpampang, lalu Heeseung membereskan bukunya pada meja belajar Karina.

"Sebaiknya aku harus pergi, karena kekasihmu sedang merindukanmu."

Karina lantas mengambil ponselnya, mengangkat telepon dari Jongseong dan membiarkan Heeseung pergi.

ONE HEARTS (DDEUNGROMI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang