Shani hanya bikin 2 mangkuk saja tidak banyak. Ferrel yang sudah selesai dengan ritual mandinya keluar memakai piyama warna merah yang sudah di siapkan Shani tadi.

Shani menaruh supnya di meja makan, lalu Ferrel duduk di depan Shani. Selama makan mereka dalam keadaan hening. Shani juga makan sambil melihat jadwal dan berkas-berkas yang belum di kerjakan lewat tablet khusus kerjanya.

Setelah selesai, Shani melanjutkan makan sampai habis lalau dia melihat Ferrel yang masih banyak banget makanannya.

"Kenapa gak di makan?" Tanya Shani, Ferrel cuma menunduk lalu geleng-geleng kepala.

"Lu kenapa?" Ferrel menggelengkan kepalanya lagi, Shani sudah geregetan dengan nih anak, kemudian dia samperin. Shani menarik wajah Ferrel agar dia bisa melihat keadaan suaminya itu.

Shani kaget dengan muka Ferrel yang pucat lalu bibirnya putih banget, dan juga badannya panas.

"Ya ampun, lu kenapa bisa gini? Tadi baik-baik aja deh." Ucap Shani lalu menuntun Ferrel masuk ke dalam kamar. Setelah sampai kamar, Shani merebahkan tubuh Ferrel ke kasur.

Shani langsung mengambil gelas dan juga obat yang dia punya di kotak p3k, habis itu dia kasih Ferrel.

Ferrel meminum obat yang di beri Shani, karena Shani tidak tau mau ngapain lagi akhirnya dia menelepon maminya Ferrel.

"Halo mi..."

"Iya sayang...?" Jawab Mami Ferrel setelah beberapa menit sambungan telepon baru terhubung.

"Mami, ini Ferrel sakit. Shani harus apa ya?" Tanya Shani sesekali melirik Ferrel yang sedang tiduran di kamar.

"Ah...pasti dia abis hujan-hujanan ya? Dia tuh gak kuat sama namanya hujan pasti langsung sakit." Shani menghela napasnya lagi.

"Kamu kasih obat aja, terus kalo mau tidur kamu usap-usap punggungnya." Shani kaget mendengarnya, lalu melirik Ferrel lagi dengan muka canggung(?)

"T-tapi."

"Ferrel kalo sakit, punggungnya di usap tapi bajunya harus di buka. Dia bakal susah tidur kalo gak di usap begitu. Soalnya udah kebiasaan dari kecil juga sih. Lagian Ferrel kalo mau cepet sehat harus banyak tidur." Ucap mami Ferrel panjang. Shani mengangguk ragu kepalanya.

"Oh ya, jangan nyalain AC ya." Kalimat lanjutan mami Ferrel.

"Oh yaudah, mi. Makasih ya, nanti Shani coba." Setelah mengatakan itu, akhirnya Shani melepas sambungan teleponnya.

Kemudian Shani masuk ke dalam kamar. Dia melihat Ferrel yang sudah bersandar di punggung kasur.

"Tidurin badan lu-kamu terus balik badan." Ferrel yang mengerti Shani mau melakukan apa, dia juga sempat sedikit mendengar Shani telponan sama maminya.

"Gak usah, ci. Gue nanti berusaha buat tidur kok." Ucap Ferrel lemas.

"Udah cepetan, kamu lakuin aja." Titah Shani, akhirnya Ferrel menurut, lalu dia tiduran membalikkan badannya.

"L-lepas ba-baju kamu!" Ngomong begini Shani berasa mau nyerang nih bocah.

"Gak apa-apa, ci?" Tanya Ferrel yang melihat Shani seperti tidak nyaman begitu.

"Udah lakuin aja, aku gak mau kamu sakit lagi gegara gak bisa tidur." Ucap Shani ketus, mau tidak mau Ferrel harus membuka piyama yang ia kenakan.

"Anjir anak SMA ada roti sobek juga?" Shani meneguk air liurnya melihat badan Ferrel. Sehabis membuka piyamanya, Ferrel merebahkan tubuhnya lagi.

Shani duduk di kasur sebelahnya lalu dia mengusap-usap punggung Ferrel, Shani di tangan kanannya memainkan handphone. Kalau tidak seperti itu, Shani merasa jantungnya tidak sehat kalau terus melihat punggung Ferrel.

Sudah beberapa jam Shani di posisinya, tangannya juga pegal. Dia juga mengantuk, Shani melihat Ferrel yang sudah tidur pulas. Melihat Ferrel yang seperti itu, sedikit sadar Shani juga merebahkan tubuhnya di samping Ferrel untuk tidur.

GREP.

Baru juga Shani meram, dia di kagetkan oleh Ferrel yang tiba-tiba memeluk dirinya dari belakang.

Shani tidak mempermasalahkan jika dia di peluk, tetapi yang bikin dia segar kembali karena telapak tangan Ferrel berada di area yang sakral.



****************
TBC
****************

Maaf Kalo Ada Typo🙏

Silahkan Yang Mau Tinggalkan Bintang🤗

Menikahi CiciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang