Suara ketukan terdengar dibelakangnya.

"Masuk." Jungkook sudah tahu bahwa
itu adalah sekretarisnya. Sejak tadi
sekretarisnya memang menghubunginya, hanya saja Jungkook sedang malas menanggapinya. la memang lebih suka bicara langsung.

"Maaf mengganggu Mr. Jeon. Tadi saya sudah mencoba menghubungi anda tapi tidak ada jawaban." Jelas pria dengan setelan rapi itu.

Jungkook tidak menyahut, tapi ia
mendengarkan.

"Seseorang ingin memberikan kado
pertunangan untuk anda. Seseorang itu bernama Kim Seokjin. Jika anda tidak berkenan maka saya akan mengkonfirmasi untuk menolaknya."

"Suruh dia memberikannya langsung
padaku." Jungkook dengan cepat memotong ucapan pria itu.

"Maaf?" Pria itu terlihat bingung dan merasa salah mendengar perintah atasannya barusan.

"Maksudku jemput dia dan antarkan padaku. Apakah kurang jelas?" Jelas Jungkook kembali dengan seringai diwajahnya.

Seokjin memang penuh kejutan.

***

"Tn.Kim Seokjin ." Panggil wanita tadi
setelah menutup teleponnya.

"Anda boleh membawa kado itu dan
memberikan langsung pada Mr. Jeon."
Ucapnya sopan.

Seokjin mengerjapkan matanya. la sedikit terkejut. Sebenarnya ia hanya ingin memberikan kado itu tanpa harus menemui Jungkook. Seokjin merutuki dirinya sendiri Sebenarnya apa yang merasukinya hari ini? Kenapa ia merasa seperti orang bodoh, sekarang.

"Ehmmm... Apakah aku tidak bisa
menitipkannya saja. Sebenarnya aku dan Mr. Jeon hanya teman lama. Aku ragu ia masih mengingatku." Ucap Seokjin mencoba pergi secepat mungkin.

Wanita itu tersenyum ramah.

"Sepertinya Mr.Jeon sangat mengenal anda. Beliau juga sudah menyiapkan seseorang untuk mengantar anda ke ruangannya."

Oh, shit. Haruskah ia menyesali semuanya sekarang. Seokjin melirik pintu keluar gedung itu. Dalam hitungan ketiga ia akan menggunakan sisa tenaganya untuk meninggalkan tempat ini.
Satu...

Dua....

"Tuan Seokjin. Silahkan lewat sini.!"
Seorang pria dengan setelan jas rapi
menghampirinya dan memberinya kode untuk mengikutinya.

Seokjin meneguk ludahnya pasrah.
Apalagi yang akan terjadi padanya setelah ini, Tuhan.


***

Suara pintu tertutup terdengar di belakang Seokjin. Kepalanya masih menunduk. la ragu bahkan hanya untuk sekedar menaikkan kepalanya. Sebenarnya sejak tadi Seokjin menyesal ingin memberi kado, tapi kakinya malah mengikuti pria itu sampai kemari. Entah karena tidak enak menolak atau memang karena yang lain. Terserah yang mana pun. Yang jelas ia disini karena kakinya.

Sementara Jungkook tersenyum tipis
saat melihat Seokjin masih menunduk.
Lima tahun yang lalu mungkin ia selalu
leluasa menunjukkan senyumnya saat
bertemu namja di depannya. Berkedok
sahabat, sedikit banyak Jungkook sering
memperlakukan namja itu seperti kekasihnya sendiri. Tapi itu hanya rencananya, sebelum akhirnya ia menghancurkan hubungan itu dengan alasan balas dendam atas penolakan Seokjin yang mungkin tidak pernah diingat namja itu.

Melihat Seokjin yang sepertinya enggan
bergerak sedikit pun, bahkan Jungkook ragu namja itu akan mengangkat kepalanya.

"Kau tidak berniat memberikan kado
itu?" Pertanyaan Jungkook membuat Seokjin tersentak.

"Ah, maaf.." Seokjin mendongak menatap jungkook dan berdiri gelagapan. la maju ke arah Jungkook yang sudah duduk di sofa dan meletakkan kado itu diatas meja.

Hostility becomes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang