"J-jassy ...." Lirih Catherine gemetar.
"BERLINDUNG CATHERINE!!!" Teriak Jassy menarik Catherine untuk bersembunyi. Catherine mengangguk takut.
Dor
Satu peluru kembali melesat tapi sayangnya tidak mengenai sasaran. Suara teriakan marah terdengar di susul suara dentuman besi saling beradu. Jassy panik, ia lalu merangkak mendekati nakas untuk mengambil sebuah pistol kecil di dalam nya. Gadis itu menajamkan matanya meneliti keadaan sekitar. Jassy baru saja bersiap menarik pelatuk—membidik gadis di luar sana. Namun...
Mata jassy seketika membola, "SIAL!!" Geramnya mendapati senjatanya dalam keadaan kosong. Ia berdiri lagi untuk mencari amunisi sembari sesekali ia melirik pergerakan di luar sana.
Sementara itu, di luar jendela sosok bertopeng itu dengan beringas mencoba merusak teralis besi yang menjadi pengaman. Di hantam nya berkali kali dengan linggis hingga akhirnya satu teralis berhasil ia koyak. jendelapun terbuka. Gadis itu melompat masuk tepat di saat jassy telah menemukan amunisi.
"MAU APA LO KE MARI? HAH?! LO MAU APA LAGI DARI GUE?!!" Teriak Jassy emosi. Ia arahkan pistol—membidik kepala gadis di hadapannya.
Ia perlahan menggeser posisi untuk melindungi Catherine yang bersembunyi di dalam lemari. Sampai di sana ia berdiri menjadi tameng.Sosok bertopeng itu memiringkan tubuhnya agar ia bisa melihat satu lagi target yang akan ia musnahkan detik ini juga. Ia berdehem sekilas lalu kembali memfokuskan perhatian pada jassy yang tengah menodongkan pistol ke arahnya.
"Hmm, setelah aku pikir pikir ... Sepertinya aku ingin bersenang-senang pagi ini. Jadi ...." Dia mendekati jassy yang refleks mundur dengan gemetar. "Mau main dengan ku?" Jemari pucat nya bergerak menusuk pelan pipi jassy yang mulai bercucuran keringat dari dahinya. Gadis itu coba menormalkan degup jantung yang memburu tapi sia sia.
Bahkan tangan yang saat ini menggenggam pistol pun mulai gemetar.Hap
"Pegang yang benar! Gemetar sedikit, peluru itu bisa berbalik menyasar tuannya!" Gadis itu menggenggam tangan jassy dengan kedua tangannya seraya ia tersenyum dari balik topeng.
Jassy tidak sebodoh itu sampai tidak menyadari bahwa ia sedang di ejek. Ia menggeram. Pelatuk pistol itu ia tarik tanpa aba-aba. Sebuah peluru melesat cepat. Peluru yang jassy harap akan menembus kepala si gadis tapi ternyata ..."Oh, yahh ... meleset." Cibirnya dengan di akhiri kekehan. "Kau payah sekali!" Lagi lagi ia menghina jassy.
"BASTARD!!" Jassy mengangkat tinggi kakinya lalu menendang lurus tubuh gadis itu hingga ia sedikit terhuyung tapi, bukannya merintih kesakitan, ia justru tertawa cekikikan.
"Bastard? Siapa? Aku? Oh, ayolah, apa kau tidak punya cermin? Bercerminlah lalu lihat ... Siapa si bajingan itu?!"
"AARRGGHHH, GUE BUNUH LO!!!"
dor
dor
"GAK USAH BANYAK OMONG LO SIALAN!!!" Jassy menembak tanpa jeda. Sayangnya, lawan yang ia hadapi terlaku gesit menghindari peluru. Jassy berhenti memandangi gadis bertopeng yang berjalan santai di hadapannya. Seolah tidak takut dengan ancaman Jassy.
"Bahkan saat menyerang dengan pistol, kau harus merencanakannya dengan matang. Caramu menembak—" ia berhenti sejenak memindai jassy yang menatapnya tajam. "... Aku masih jauh lebih mahir di saat usiaku 6 tahun." Pistol Jassy mulai berbalik arah menodong kepalanya sendiri. Jassy tercekat dengan bibir kelu. Ia berusaha menahan tapi kekuatan cekalan tangan gadis itu terlalu kuat. Jassy kesulitan melawan sementara gadis bertopeng itu terkekeh geli melihat perubahan raut wajah jassy yang seperti berada di ambang kematian.
YOU ARE READING
sibling's
RandomIni adalah sebuah kisah sederhana. Tentang dua saudara yang saling menyayangi namun berubah menjadi asing satu sama lain. bahkan terlalu asing untuk disebut sebagai saudara. Ada tembok pemisah, ada jurang terjal yang membatasi, atau ada jeruji yang...
Bab 43 : good bye!!
Start from the beginning