Chapter 3(Bagian 1) : Ulangan dan Istirahat

Mulai dari awal
                                    

Tentunya Hamzah mengangguk, bahkan aku yakin kalau dalam hatinya kembali senang kegirangan.

Marshanda duduk di sebelah Hamzah, lalu di sebelahku ada Putri dan disebelah Putri temannya yang satu lagi duduk.

"Oh iya, kalian berdua belum kenal denganku kan? Namaku adalah Hancika, aku kelas dua belas ips dua."

"Ehh s-salam kenal, a-aku Hamzah dari dua belas ips lima dan itu adalah temanku Leo dari dua belas ips empat."

Meskipun masih terbata-bata, tapi dia tetap berani memperkenalkanku didepan temannya Putri. Yah lagipula kalau aku memperkenalkan diri sendiri nanti akan terjadi percakapan panjang.
Karena itulah aku rasa perlu mengucapkan rasa terima kasihku kepada Hamzah.

"Jadi kau yang paling pinggir, namamu Leo Kasandra kan? Aku kemarin mendengar cerita tentangmu dari Marshanda dan Putri."

Yang aku takutkan akhirnya terjadi, mereka semakin masuk ke dalam kehidupanku dan inilah yang terjadi.

"Heeeh begitu ya." Ucapku dengan nada cuek sambil fokus pada makanan dan catatan kecilku.

Karena istirahat itu adalah waktu luang, jadi aku sempatkan untuk menghafal beberapa kosakata bahasa inggris melalui catatan kecil yang bisa aku bawa kemana saja agar tidak repot.
Tapi aku tetap menyeimbangkannya dengan kesehatanku, jadi saat ini aku sedang makan siang sambil menghafal beberapa kosakata.

"Kau sedang belajar? Kau ini anak yang rajin juga ya, pantas saja Putri terlihat tertarik denganmu." Ucap Hancika.

"Eh Hancika! Aku tidak pernah bilang begitu."

"Iya deh iya. Oh iya Leo, kau setelah pulang sekolah nanti ada waktu tidak? Kalau tidak mau ikut kami main-main ke taman?" Hancika berbicara lagi dan kali ini dia mengajakku.

"Maaf tapi aku tidak punya uang."

"Aku yang akan membayarmu. Gimana?"

"Aku dirumah sibuk belajar. Aku tidak punya waktu untuk bermain-main seperti itu." Jawabku lagi.

"Begitu ya, mau bagaimana lagi kalau kau memang maunya begitu. Aku juga tidak bisa memaksamu karena aku tidak mau dibenci."

Perkataannya seperti memancingku untuk ikut, tapi aku tetap tidak peduli karena aku ada impian yang harus diraih dan impian itu tidak bisa diraih dengan bermalas-malasan seperti mereka.

"Kalian duduk saja di sini, makananku sudah habis dan aku mau ke kelas sekarang. Hamzah, kau mau ikut aku ke kelas tidak?"

"Eh- eh- eh..... t-tunggu....."

Aku tahu apa yang dirasakan oleh Hamzah. Duduk bersama dengan orang-orang populer, kapan lagi dia bisa merasakan itu, lalu aku yang mengajaknya pergi darisana sebagai teman baik.

Kalau begitu.......

"Aku mengerti Hamzah, kau disana saja mengobrol dengan mereka semua, aku mau ke kelas dulu."

Aku meninggalkan Hamzah bersama dengan tiga perempuan itu. Tapi......
Hamzah ternyata memilih untuk mengikutiku. Sejujurnya aku tidak menyangka kalau dia akan memilih ini.

"Hamzah? Kau yakin tidak mau berbicara dengan mereka semua?"

"Yah bukannya tidak mau, tapi aku merasa gugup kalau dekat dengan mereka bertiga. Jadi sebaiknya aku ikut denganmu saja."

"Baiklah kalau begitu."

Lalu di tempat makan yang ditinggalkan oleh Leo dan Hamzah tadu, tiga perempuan ini masih belum menghabiskan makanannya, yang berarti mereka masih disini.

"Yah mereka pergi deh, kasihan Putri jadi tidak bisa mengobrol banyak dengan Leo." Ucap Marshanda.

"Kau ini lupa ya Hancika? Mereka kan satu kelas."

"Kalian sendiri bagaimana? Apakah hubungan kalian dengan pacar kalian berjalan mulus? Jangan hanya membicarakanku."

"Yah sejujurnya, aku sedang di ujung tanduk." Jawab Hancika.

"Aku bahkan sudah putus." Jawab Marshanda.

"Tuhkan. Hubungan kalian saja tidak berjalan lancar tapi mau membantu diriku."

"Yah tapi, Leo itu sepertinya anak yang cukup menarik ya Putri, pantas saja kau jadi penasaran dengannya."

"Kau benar Marshanda. Dia seperti memiliki daya tariknya tersendiri dan mungkin saat ini dia sudah menarikmu, benarkah Marshanda?"

"Ehh? T-tidak kok. Aku hanya sedikit penasaran saja dengannya. Tapi, dia belum punya pacar kan? Bagaimana Putri? Kau kan hanya penasaran dengannya, apakah aku boleh mendekatinya?" Ucap Marshanda.

"Ehh t-tidak!"

"Hmmm tidak ya, berarti kau benar-benar menyukainya?" Ucap Hancika.

"T-tidakk! Sudahlah kalian berdua menjahiliku aku ke kelas saja!"

"Ehhh tunggu---" Hancika menghentikan Putri untuk pergi darisana.

"Sepertinya kami berdua kelewatan, maaf ya Putri."

"Ya, tidak apa-apa." Ucap Putri yang kembali duduk di tempatnya.

"Tapi Putri, pertanyaanku ini serius. Karena itulah aku ingin kau juga menjawabnya dengan serius. Apakah kau sungguh menyukai Leo?" Marshanda bertanya.

"Eh itu..."

Bel berbunyi yang menandakan selesainya jam istirahat siang.

"Yah belnya berbunyi, aku masuk duluan ya karena wali kelasku adalah orang yang cerewet. Dadah"
Tanpa basa-basi, Putri langsung meninggalkan mereka berdua dan dengan cepat berjalan menuju ruang kelasnya.

"Hei Marshanda, bagaimana menurutmu? Dari tindakan dan reaksi Putri, apakah dia terlihat memang menyukai Leo?"

"Harusnya seperti itu. Tapi seperti yang sebelumnya dia katakan, dia hanya penasaran atau tertarik dengan Leo. Jadi menurutku disini dia sudah menyukai Leo, hanya saja dia belum menyadarinya."

"Belum menyadarinya ya. Sepertinya sulit juga, padahal Putri itu adalah murid yang populer tapi bisa-bisanya dia suka dengan orang yang tidak melihat dirinya."

"Mungkin karena itulah Putri menyukainya dan kemungkinan itulah yang membuat Putri tertarik dengannya. Karena Putri itu murid populer jadi dia selalu seperti dihargai oleh banyak orang. Tapi, Leo hanya menganggapnya biasa saja."

"Begitu ya, pakar percintaan sepertimu memang hebat ya, kau seperti tahu semuanya."

"Hei aku bukanlah orang yang tahu semuanya, aku tidak sehebat itu."
"Sudahlah, ayo kita juga ke kelas, nanti guru kita marah."

"Ya."

Lalu kantin sekolah pun kosong karena semua murid sudah pergi ke kelas mereka masing-masing.

Leo : Dia yang Seorang Idola[ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang