Bab 6: Mekar

Mulai dari awal
                                    

Cuaca yang sedang gerimis semakin mengingatkan Ibu Rina mengenai kisah kelam masa mudanya.

"Gimana kalau kita singgah dulu makan?" tawar Ayah Rina.

"Coto Makassar kayaknya enak," jawab mereka secara bersamaan.

"Ok!" sepakat Ayah Rina.

Beberapa menit kemudian mereka pun akhirnya singgah di warung Coto Pettarani, yang rasanya boleh diadu dengan sajian restoran.

Mereka pun akhirnya menikmati hidangan tersebut. Rina yang sangat menikmati setiap sendok dari kuah Coto tersebut dengan bumbu pilihan, dan dagingnya yang lembut membikin lidah terasa dimanjakan.

"Ini mah Surga, Pak, Bu!" Rina yang manyantap hidangan Coto Makassar sembari berekspresi.

"Akhirnya salah satu rinduku terbayarkan," sambungnya.

Kedua orang tua Rina hanya bisa tersenyum bahagia melihat anak gadisnya tumbuh dengan hebat. Dan, tidak terasa ternyata Rina sudah menghabiskan lima ketupat yang ditutup dengan senyuman manis.

"Alhamdulillah! Bu, Rina sudah kenyang."

Mereka pun berbincang santai sejenak sembari menikmati es jeruk yang berasal dari jeruk pilihan tentunya. Dan, setelahnya mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah dan beristirahat.

***

"Assalamualaikum, Nak! Ayo bangun dulu shalat subuh." Rina yang kecapaian dibangunkan oleh ibunya karena tidurnya sangat lelap selepas perjalanan jauh.

"Tok, Tok!"

"Tok, Tok!"

"Tok, Tok!"

Suara ketukan pintu oleh Ibu Rina.

"Iyya, Bu! Walaikumsalam!"

Selepas Rina bagun, ia pun membuka pintu, dan keluar mengambil air wudhu untuk menyusul kedua orang tuanya shalat subuh berjamaah.

Kini keluarga Rina sudah bisa keluar dari persoalan himpitan ekonomi. Juga terlihat keluarga kecil mereka sangat bahagia dan bisa menjalani ibadah setiap harinya tanpa hambatan. Senyuman selalu menghiasi wajah orang tuanya, sehingga Rina bisa kembali bersemangat menuntut ilmu di kampus tercinta.

Rina dan teman-temannya juga mendapatkan undangan dari rektor. Perihal lomba kemarin mereka akan mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan dan dibebaskan dari pembayaran semester karena sudah mengharumkan nama almamater hingga kancah internasional.

Rina sangat senang. Satu persatu doanya dikabulkan oleh Tuhan. Kini ia bisa menyelesaikan pendidikannya tanpa harus pusing lagi memikirkan biaya.

Dan, semenjak mereka mengikuti lomba di Jepang. Pengalaman tersebut menjadi pintu rezeki bagi mereka untuk mengikuti berbagai macam lomba lainya sebagai utusan kampus. Mulai dari lomba karya ilmiah, debat, pageant, kegiatan volunteer, dll.

Ketiga nama mereka semakin hari makin bersinar dan juga sering diundang sebagai pembicara di berbagai macam events.

***

Suatu hari Rina berkenalan dengan seorang pria bernama Farhan di suatu seminar. Kebetulan mereka berdua adalah pembicara utama di kegiatan tersebut. Rina yang berasal dari UNM, sedangkan Farhan adalah mahasiswa dari UNHAS.

Sebuah Novel: RINDU YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang