"Tidak apa, aku tidak akan mengambil gambar." ucap nya secara tiba-tiba yang seketika membuat Aling tersadar mungkin pria di depannya mengerti akan privacy nya.

Dan tak lama ketika Aling sudah kembali dengan penutup wajah nya sang sutradara memberinya sebuah kartu nama, tertulis dengan jelas bahwa dirinya adalah produser sekaligus sutradara film, dan lagi yang Aling ingat jika pria tersebut adalah produser sekaligus sutradara atas Drama yang pernah dimainin kedua orang tua nya (Riyu dan Sean).

Aling sejenak menatap lekat kearah kartu nama yang sekarang berada di tangan nya, dia membolak balikan kartu nama tersebut dan menghiraukan sikap sang sutradara yang saat ini telah meraih satu lukisan diatas meja nya.

Aling hanya melirik nya dengan ujung matanya ketika dia melihat rona wajah tak terbaca pada wajah sang sutradara, Aling menerka dalam hati nya, mungkin kah ini takdir untuk nya dan juga untuk kedua orang tuanya, jika pria dewasa itu tertarik dengan kisah yang Aling tuangkan, maka untuk kedua kalinya sang sutradara akan bekerja sama dengan kedua orang tuanya.

"Bolehkah aku bertanya tentang lukisan ini?." ucap nya penasaran.

"Eum?." jawab nya dengan sikap sopan santunnya.

"Apakah lukisan ini bercerita?." tanya nya.

"Ya." jawab nya singkat.

"Lalu, cerita apa yang terdapat di dalam nya?karena sepertinya kau bukan pelajar biasa."

Aling tersenyum simpul, dengan keseluruhan cerita yang ingin diketahui sang sutradara Aling sedikit berbagai kisah dalam lukisan tersebut, lukisan yang Aling bawa ada tiga macam, dimana yang pertama lukisan yang dibuat Sean itu tergambarkan sebuah kediaman para Dewa dan Dewi kerajaan berikut dengan danau bunga plum dan juga ribuan awan yang mengelilinginya.

Dilukisan kedua, Sean menggambarkan sebuah lukisan tentang sosok seorang Ibu yang berlumuran darah sedang duduk bersimpuh memangku kedua anak laki-laki nya yang tengah sekarat menjemput ajal.

Terdapat guratan kesedihan disetiap goresan lukisan kedua nya itu, wajah mereka tersamarkan karena dalam lukisan tersebut hanya di gambarkan sebuah cahaya putih diatas nya, namun tak mengurangi kesedihan di dalam nya, terlebih tinta merah darah itu hampir memenuhi seluruh tubuh sosok sang Ibu dengan kedua anak nya.

Bahkan lukisan itu lah yang membuat Sean menyetujui tawaran Aling untuk mengambil peran dalam novel jilid dua nya jika memang akan di buatkan sebuah drama seperti novel jilid pertama nya yang telah disetujui Riyu sebagai pemeran utama nya

Karena setelah Sean membaca novel jilid dua nya dia langsung melukiskan gambaran kisah yang Aling tuangkan dalam sebuah cerita yang benar-benar menusuk kedalam relung hatinya.

"Terlihat nyata jika hanya dikatakan ini hanya sebuah lukisan, siapakah yang melukis nya?." tanya sang sutradara padanya.

Aling tersenyum kembali, dia ingin menjawab namun sepertinya sang sutradara mengerti dan membaca mimik wajah nya sehingga sang sutradara pun berkata.

"Baiklah, aku mengerti, tidak perlu jika kau tidak perlu menjawab nya."

Aling pun hanya menjawab nya dengan sebuah senyuman tanpa mengerti yang dimaksud. Dan ketika sang sutradara hendak melanjutkan melihat lukisan ketiga, sejenak dia terhenti, kening nya terlihat mengerut seolah dia berpikir keras dalam pikirannya.

"Bagaimana jika aku menawarkan diriku sebagai sutradara sekaligus penanggung jawab pembuatan kisah yang kau tuliskan, Aling." ucap nya ketika dia melihat terselip sebuah novel karya Aling yang ternyata sedari tadi novel tersebut tertutup oleh tumpukan lukisan dan kertas, dan juga beberapa berkas yang dimana banyak nya tawaran yang ditunjukkan pada Aling untuk menjadikan karyanya sebagai sebuah drama.

Queen Time Traveler || #Yizhan #Boxiao||BJYX💚❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang