"Iya, tapi nggak jadi."

"Kenapa nggak jadi nikah?"

"Dia ninggalin aku, Bit," jawab Galen dengan sabar. "Waktu itu aku kan udah bilang kalo dia pergi ninggalin aku dan akhirnya kami putus," lanjutnya.

"Kenapa kok dia ninggalin Mas Galen? Dia selingkuh atau Mas Galen yang selingkuh?" cerca Bitha.

"Astaga, Bitha! Aku nggak selingkuh!" bantah Galen tegas.

"Berarti dia yang selingkuh!" tuduh Bitha.

Galen diam. Tidak membantah ataupun mengiyakan tuduhan Bitha soal mantannya.

"Benar kan dia selingkuh? Si pengharum ruangan selingkuh dan lebih milih pergi sama selingkuhannya daripada Mas Galen."

"Dia hamil, tapi bukan anakku," jawab Galen dengan suara pelan. Melihat raut wajah terkejut Bitha, ia buru-buru melanjutkan kalimatnya. "Aku nggak pernah ngelakuin hubungan intim sama dia. Makanya aku kaget waktu dia bilang hamil."

"Terus, hamil anak siapa? Genderuwo?"

Galen lantas tersenyum tipis. Ucapan asal Bitha selalu bisa membuatnya terhibur. "Yang pasti dia hamil anak orang."

"Terus?" Bitha melipat kedua tangannya di atas meja. Tatapan matanya tidak beralih sedikit pun dari wajah Galen.

"Waktu hamil dia datang ke aku. Dia minta maaf dan ngaku kalo udah khilaf. Terus dia nangis-nangis dan bingung sama nasib anaknya."

"Terus Mas Galen putusin, kan?"

"Aku maafin dia dan janji akan nikahin dia."

Mendengar itu mata Bitha terbelalak sempurna. "What?! Are you kidding me?!" pekiknya tertahan. Kalau saja bukan di tempat umum, mungkin suaranya akan lebih keras dari ini.

Galen sudah bisa mengira respon dari Bitha. Dulu ia terlalu mencintai Stella dan menutup mata dengan kesalahan yang dilakukan mantannya. Bahkan ia berniat menjadi suami dan ayah dari anak yang dikandung Stella, meski itu bukan darah dagingnya sendiri.

"Mas dengan kesadaran penuh malah ngajak si pengharum ruangan itu nikah?"

Galen meringis, lalu kepalanya mengangguk kaku. "Dulu, aku cinta dan nggak mau kehilangan dia. Aku bilang akan bantu besarin anak yang ada di kandungannya. Akan aku rawat dan sayangi dia kayak anak sendiri."

"GOBLOK!" seru Bitha tidak bisa menahan kekesalannya.

Galen lagi-lagi hanya bisa meringis. "Iya, aku tau kalo dulu aku emang goblok banget."

"Terus, gimana responnya waktu Mas Galen ngajak dia nikah?"

"Dia setuju untuk nikah sama aku."

"Dasar cewek egois! Buat anaknya sama siapa, nikahnya sama siapa," dumel Bitha kesal. "Terus, kenapa tiba-tiba kalian nggak jadi nikah?" tanyanya penasaran.

"Ayah dari anak yang ada di kandungannya tiba-tiba bilang mau tanggung jawab dan ngajak dia nikah."

"Dan dia lebih milih laki-laki yang ngehamilin dia daripada Mas Galen?" tebak Bitha yang langsung diangguki oleh Galen. "Benci nggak waktu dia nggak milih Mas Galen?"

Kali ini Galen menggeleng. "Kecewa, tapi nggak sampai benci."

"Dan setelah dia pergi, Mas Galen sulit ngelupain dia?"

"Aku sulit ngelupain karena hubungan kami bukan satu atau dua tahun."

"Dia kan ngekhianatin Mas Galen, harusnya lebih cepat dong Mas Galen lupain dia."

Bitha for the Beast [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang