Hani bernapas lega saat Leo pergi dari sana. Ia kemudian kembali masuk ke kamar, kali ini ia harus membujuk papa Leo. "Saya mau-"
"Nggak boleh!" serobot Hasan.
Pria itu mendekat pada Hani dan menunjuk dahinya, bermaksud mengingatkan Hani jika wanita itu masih belum sembuh. "Kamu mau ke mall sambil diperban kayak korban tabrak lari gini?"
Hani menatap Hasan sebal, ia harus mencari cara untuk merayu Hasan agar memperbolehkannya keluar.
"Nganu ... saya tutupin topi!"
Hasan memberikan Hani tatapan tak setuju. Ia bukan mempermasalahkan perbannya, tapi kesehatan Hani, jadi meskipun ditutupi juga tidak merubah fakta bahwa Hani belum sembuh.
"Kamu di rumah aja, saya sama Leo aja yang keluar-"
"LOH KOK GITU?!" teriak Leo tak terima.
Anak manis itu sudah berdiri di depan pintu kamar dengan menenteng baju hitam bergambar batman dan topi bucket bertelinga beruang.
"Leo, mama masih sakit," ucap Hasan menghampiri Leo yang sudah berwajah kesal.
"Kata mama tadi enggak!" jawab Leo.
"Kita tunda besok kalo mama udah sembuh aja ya?" bujuk Hasan berjongkok, mencoba memberi pengertian sang anak.
"Nggak mau! Aku udah nunggu lama banget loh, Pa! Udah dari kemarin malem! Sampe aku nggak bisa tidur!" sungut Leo pada Hasan.
"Kita beli online aja ya?"
Leo menggeleng mantap. "Nggak ah! Nggak seru enggak bisa dibawa pulang langsung!"
Hasan melirik Hani yang sengaja tak mau membantu untuk membujuk Leo. Yah ... Hani juga perlu menepati janjinya agar Leo mudah ia ajak bekerja sama lagi
Hasan akhirnya menghela napas berat, dan mengambil baju yang di bawa Leo. Dengan telaten melepas dan mengganti baju anaknya itu dengan baju batman. Tak mampu lagi menolak, ia akan mengantar istri dan anaknya itu. Daripada keduanya nekat kabur nanti.
"Ini celananya mana, Leo? Kamu mau pake sempak aja ke mall?" tanya Hasan dengan lemas saat Leo ternyata hanya membawa baju atasan.
Leo memperhatikan kaki telanjangnya. "Walah, ya nggak tau, Pa. Emang nggak boleh pake sempak aja?"
"Boleh, tapi nanti diseret security. Mau?"
"Ya jangan. Malu kalo diseret," jawab Leo dengan santai.
"Harusnya malu karena pake sempak doang, Leo. Bukan karena di seret," sebal Hasan seraya menggandeng putranya itu ke kamar untuk mencari celana.
Hani menahan tawanya dan lantas segera berlalu ke walk in closet untuk mencari baju yang akan ia pakai. Beruntung, seleranya masih sama dan hampir semua bajunya nyaman dipakai.
Setelah berhasil menemukan sepasang baju dan juga topi untuk menutupi perbannya, Hani lalu keluar dari walk in closet dan bertemu dengan Hasan saat ia ingin ke kamar mandi untuk berganti.
"Kamu beneran nggak papa?" tanya Hasan dengan wajah khawatir.
Hasan melirik pada Leo yang telah siap, tengah berdiri di depan pintu seraya bersenandung riang. "Nggak papa, keluar kalo pas udah sembuh aja, paling Leo tantrum lima menit abis itu udah selesai."
"Saya nggak papa, Pak. Saya juga bosen di rumah terus, mau jalan-jalan," ucap Hani seraya berjalan ke kamar mandi untuk berganti baju.
Mendengar hal itu, Hasan tak lagi bisa berkomentar dan hanya bisa menghela napas. "Ngeyelnya masih sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayuan Gila Dosen Duda
Teen Fiction21+ Dicintai ugal-ugalan oleh Dosen duda? Itulah yang dialami Hani Rainsa, Mahasiswi semester tua yang mengalami kecelakaan hingga membuatnya amnesia dan melupakan ingatannya 3 tahun ke belakang. Saat Hani bangun dari koma, dirinya dikejutkan dengan...
Chapter 11
Mulai dari awal