6:menangis.

Mulai dari awal
                                    

"Tapi gue masih bingung deh,kenapa tadi Dafi tiba-tiba diam dengan memegangi dada sebelah kirinya kayak kesakitan gitu yah?"ucap Raden khawatir.

"Jangan-jangan penyakit dia yang dulu kambuh lagi?"tebak Gabriel dengan raut wajah yang khawatir.

"Gak mungkin deh,kan Dafi udah sembuh total dari penyakitnya "ucap Varo tidak percaya.

"Tapi kalau tubuh dia menolak jantung donoran nya dan kembali komplikasi gimana?"ucap Gabriel dengan raut wajah yang penuh ketakutan.

"Heh!,Lo kalau ngomong dijaga!"sahut Raden tidak terima.

"Sorry,gue cuma takut aja kalau penyakit Dafi itu belum sembuh total"gumam Gabriel dengan menundukkan kepalanya.

Raden dan yang lainnya langsung terdiam dengan pikirannya masing-masing ketika mendengar gumaman dari Gabriel.

"Gue harap,Lo benar-benar sembuh dari penyakit itu.Gue gak mau liat Lo kesakitan lagi kayak dulu"batin Raden.

Dipta yang sudah berhasil berpikir positif dan keluar dari lamunan nya langsung membawakan topik pembicaraan yang baru untuk menenangkan teman-teman nya.

"Tapi gue salut sama Ruby,dia bisa bikin Dafi bangkit kembali disaat detik-detik terakhir tadi"ucap Dipta mengalihkan topik pembicaraan nya.

"Gimana Dafi gak bangkit kembali coba kalau disemangati begitu sama orang yang dia cintai"gumam Raden dengan pelan.

"Hah? CINTAI?"sahut Gabriel kaget.

"Bukannya Ruby masih belum bisa lupain Dafa yah?,kalau begitu Dafi jadi sadboy dong"sambung Dikta menatap mereka dengan wajah yang tidak percaya.

"Seorang Dafi jadi sadboy?"ucap Varo dengan mulut yang menganga.

"Diem, pokoknya kalian jangan bahas ini sama Dafi.Anggap aja kalian gak tau apa-apa soal perasaan Dafi kepada Ruby"ucap Raden menatap teman-teman nya dengan wajah yang serius.

"Siap Den,Lo tenang aja kita bakalan tutup mulut kok"sahut Dipta dengan mengacungkan jempol nya.

"Yes!,kita semua pasti bakal jagain rahasia ini"setuju Varo yang diangguki oleh teman-temannya yang lain (-Raden).

"Bagus kalau begitu"ucap Raden dengan tersenyum tipis.





***

disisi lain itu,Dafi sedang berdiri tegak di hadapan kaca besar tepatnya di toilet,dirinya langsung tertawa dengan hambar ketika melihat dirinya sendiri dipantulan cermin di hadapan nya.

"Jadi ini sosok anak yang menyusahkan ayah nya itu?"lirihnya kepada dirinya sendiri.

"Pantas saja ayah benci sama gue, ternyata ngelihat diri sendiri aja gue juga udah ngerasa benci"lanjutnya dengan tertawa kecil.

Dafi mulai menundukkan kepalanya kemudian mendongakkan nya lagi dengan menarik nafasnya dalam-dalam.

"Kira-kira kalau gue kasih piala hasil pertandingan ini sama ayah,dia bakalan bangga gak yah?"tanya nya pada dirinya sendiri.

"Enggaklah,gak mungkin ayah bangga sama piala hasil pertandingan ini karena ini dimenangkan oleh tim bukan oleh gue sendiri"

"Gue pasti bakalan bahagia banget kalau pas menang tadi gue lihat ayah di bangku penonton,tapi gapapa deh gue juga udah bersyukur banget dapat dukungan dari bokap dan nyokap nya Raden"ucapnya dengan tersenyum tipis.

Tes.

Tidak terasa satu tetes air mata meluncur tanpa di undang di pipi mulus milik Dafi.

"Tapi gue juga sedih karena ayah benar-benar gak mau lihat pertandingan gue hiks..hikss"tangisnya pecah dengan terduduk menyender di dinding kamar mandi.

"Kapan ayah mau perlakuin gue kayak seorang ayah pada umumnya?"

"Kapan gue bisa merasakan pelukan dari ayah?

"K-kapan gue bisa dengar kata-kata sayang dari mulut ayah?"

"Kapan ayah mau dukung dan melihat semua pertandingan gue?"

Bian yang sedari tadi mendengarkan lirihan-lirihan Dafi ikut terisak di balik pintu kamar mandi itu.

"Maafin Dafi ayah, Dafi gak bisa sekuat itu Dafi gak bisa nahan kesedihan dan air mata Dafi,maaf karena Dafi udah selemah ini"lirihnya semakin memperkeras tangisannya.

Bian semakin merasakan sakit ketika mendengar lirihan itu, kemudian tanpa pikir panjang dia langsung masuk kedalam dan melihat dengan jelas sosok Dafi yang sedang hancur di hadapannya.

"B-bian?"kaget Dafi seraya menghapus air matanya dengan kasar.

"Kalau mau nangis,nangis aja Daf gapapa kok"lirih Bian seraya memeluk Dafi dengan sangat erat.

"Apaansih Lo,siapa juga yang nangis"balas Dafi dengan tertawa kecil.

Bian hanya mengigit bibir bawahnya menahan isakan yang ingin keluar dari mulut nya ketika mendengar ucapan dari Dafi.

"Daf,gue udah tau kok kalau Lo dari tadi itu lagi nangis disini,maaf karena gue udah gak sopan mendengar kan lirihan-lirihan Lo sejak tadi"ungkap Bian dengan melepaskan pelukan nya.

Dafi langsung melotot kan matanya ketika mendengar ucapan dari Bian.

"Ahhh jadi gue gak bisa bohong yah?,maaf deh karena gue udah lemah"ucap Dafi dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Bian yang mendengar itu langsung menangkup wajah Dafi.

"Hey Daf, dengerin gue yah!"ucap nya kepada Dafi.

"menangis itu bukan suatu kelemahan,tapi menangis adalah sebuah bentuk perasaan.Kalau Lo mau nangis gapapa nangis aja, Karena menangis itu hal yang wajar bagi manusia."lanjut nya yang sukses membuat Dafi terdiam sebentar.

"B-bian"gumam Dafi kemudian memeluk Bian dengan erat dan menumpahkan kembali tangisannya disana.

"Nangis aja Daf,gue tahu kok pasti capek banget yah jadi Lo?"

Dafi masih menangis dengan pilu di pelukan Bian, hingga tiba-tiba rasa nyeri di dada sebelah kirinya datang kembali.

"Sshhhh"ringis Dafi seraya memegangi dada sebelah kirinya.

"Daf?"panggil Bian ketika mendengar ringisan dari mulut Dafi.

"Lo kenapa Daf?"tanya Bian ketika melepaskan pelukan nya dan melihat Dafi yang sedang memcekram erat dada sebelah kirinya, seperti menahan rasa sakit.

"Dafi!,Lo kenapa Daf?"panik Bian karena tidak mendapatkan jawaban dari Dafi.

Dafi tidak menanggapi kepanikan Bian,dia hanya fokus pada dirinya sendiri untuk menstabilkan rasa sakit pada dada sebelah kirinya.

"G-gue gapapa kok"ucap Dafi dengan tersenyum tipis kepada Bian.

"Yakin Lo?"ragu Bian.

"Gue gapapa Bi,Lo tenang aja yah?"ucap Dafi meyakinkan Bian.

"Syukur deh kalau Lo gapapa,gue takutnya Lo kenapa-kenapa tadi"balas Bian menghembus nafasnya lega.

Dafi hanya tersenyum tipis ketika mendengar ucapan dari Bian.

"Kenapa dada gue tiba-tiba kembali merasakan nyeri kayak gini?,apa jangan-jangan penyakit gue gak benar-benar sembuh?"






































TBC.


Jangan lupa vote dan komen teman-teman!.

Gak tau kenapa lagi rajin aja gitu nulis nya😂,mau nya sih ada spoiler buat bab selanjutnya tapi gak jadi deh takutnya kalian makin penasaran haha.

Lihat aku ayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang