"Apa yang dia lakukan di sini? Seharusnya orang itu sudah tidak bisa apa-apa?"

Bagaimana Jeno bisa keluar dari penjara?

Pikiran pemuda berambut mullet tersebut penuh dengan pertanyaan akan kehadiran Jeno yang tiba-tiba ada di agensi. Dengan lelaki itu berada di kantor Tuan Han saja sudah dipastikan ada sebuah perjanjian yang mungkin mereka bicarakan, semua trainee di agensi ini selalu melakukan itu bahkan dirinya juga.

Apa yang dia rencanakan!? Aku harus melihat internet!

Hyunjin menyisir helaian rambutnya ke belakang dan membelalakkan mata karena pikirannya sendiri. Dia segera berlari menuju resepsionis gedung dimana ponselnya yang di simpan selama latihan berada.

Sementara di dalam kantor pribadi Tuan Han, Jeno menengok cukup lama pada pintu yang telah menutup. Dia hampir saja mendecakkan tawa melihat Hyunjin yang seperti menatap hantu, begitu pucat dan ketakutan.

"Dia belum masuk final line-up?" tanya Jeno menatap balik Tuan Han.

"Dia?" Tuan Han menunjuk ke arah pintu tempat Hyunjin pergi tadi, kemudian mendongak pada Jeno. "Belum dipastikan," tambah Tuan Han seperti bukan masalah besar.

"Setelah aku out of sight?"

"Memangnya posisi kamu cukup stabil meski tetap berada dalam kandidat?"

Jeno mengerutkan kening tak suka pada perkataan Tuan Han. Secara kemampuan, jika ada pra-penggemar yang mengetahui kandidat boy group baru Neo City, dia mungkin akan menempati posisi nomor satu. Akan tetapi, Jeno juga sadar kalau dia kurang sponsor pendukung kuat atau latar belakang yang bisa disegani Tuan Han seperti Keluarga Changbin.

"Aku sudah melakukan pekerjaan kotor untuk kesuksesan anakmu," beber Jeno sambil menekankan kata 'kotor'.

Tuan Han mengelus-elus dagunya seolah-olah memikirkan perkataan Jeno. Orang tua itu bahkan tidak menutupi kalau dia sedang berpura-pura.

Bajingan tua ini berlagak seperti punya empati, padahal dia tidak menunggu satu detik pun mencoretku dari line up setelah di penjara.

"Tapi kamu punya catatan kriminal, kami tidak bisa punya idol yang hampir mendekam di penjara," celanya dengan sombong.

"Saya melakukan penculikan itu karena anda!" hardik Jeno.

"Anak ini, dari tadi berbicara informal sekarang malah membentak dengan formal," cibir Tuan Han. "Sopanlah sedikit, aku masih bosmu, siapa tahu kamu masih punya kesempatan jika mau bekerja sama denganku."

Jeno menaikkan sebelah alis ragu pada pernyataan Tuan Han. Dia hanya bersedekap menatap lekat pria tua di depannya tanpa mengatakan apapun.

"Lihat, kamu sudah tertarik, kan!"

Pria tua di hadapannya menganggap gestur Jeno sebagai ketertarikan, meski dia hanya setengah hati menempatkan akting seperti itu. Bagi Jeno biarlah bajingan serakah di depan menganggapnya begitu, karena ini yang dia ingin dapatkan. Kepercayaan Tuan Han.

"Apa lagi yang harus kulakukan, bukan yang terakhir sudah cukup?"

Tuan Han tidak mengindahkan pertanyaan Jeno dan langsung membuka laci mejanya. Sebuah dokumen biru terlempar di depan Jeno, beberapa kertasnya menyembul memperlihatkan seperti rekaman medis seseorang.

Jeno belum memegang sama sekali dokumen itu bahkan memeriksa milik siapa rekaman medis tersebut. Akan tetapi, Dia sudah tahu ke arah mana dokumen ini untuk digunakan. Tulisan yang terlihat dari kertas yang menyembul menunjukkan persentase tingkat kecanduan narkotika seseorang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blanc Swan [NoRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang