"Mama mau kemana?" tanya Rafa yang tak diindahkan oleh Vio.
Vio tak menjawab. Ia berjalan dengan langkah tegas menuju pintu keluar. Ia ingin menemui Zeandra. Ia ingin melihat keadaan Zeandra. Ia ingin menenangkan Zeandra.
Ia berharap bisa membantu Zeandra mengatasi permasalahan ini. Ia berharap bisa menenangkan Zeandra dan membuatnya lebih kuat.
• • •
"Jadi gimana, Dok?" tanya Zeandra, suaranya bergetar, mencoba menahan kecemasan. Matanya menatap dokter dengan harap, mencari kejelasan tentang kondisi Keenan.
Dokter menarik napas dalam-dalam, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Saya rujuk aja ke poli jiwa, ya."
"Poli jiwa, Dok?" Zeandra terkejut, tatapannya beralih ke Iren yang duduk di sebelahnya. Ia tak mengerti maksud dokter, "Kenapa, Dok?"
"Iya, Bu," jawab dokter, mencoba menenangkan Zeandra dengan senyum lembut. "Biar nanti dokternya yang menjelaskan ya, Bu."
"Tapi cucu saya gapapa kan, Dok?" Iren menanyakan dengan nada cemas, khawatir menatap dokter.
"Keenan tidak apa-apa, Bu," dokter mencoba menenangkan Iren. "Hanya perlu perhatian khusus saja."
"Kenapa harus ke poli jiwa, Dok?" Zeandra berusaha menahan kekecewaan. Ia takut mendengar kata-kata "poli jiwa."
"Keenan mungkin mengalami gangguan psikologis, Bu. Dokter di poli jiwa akan memeriksanya dan memberikan penjelasan yang lebih detail." Dokter menjelaskan dengan nada yang tegas, namun tetap lembut.
Zeandra menunduk, mencoba menahan air matanya. Ia tak mengerti tentang gangguan psikologis. Ia hanya ingin anaknya sehat dan bahagia. "Dok, apa Keenan akan baik-baik saja?" tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar.
"Keenan akan baik-baik saja, Bu," dokter mencoba meyakinkan Zeandra dengan mengangguk dan mengusap pundaknya lembut. "Dokter di poli jiwa akan membantunya. Yang penting, Bu, Zeandra harus tetap kuat dan memberikan dukungan pada Keenan."
Zeandra mengangguk lemah, mencoba menahan air mata yang menggenang."Bisa langsung di bawa ke poli jiwa sekarang, Dok?" tanya Zeandra, suaranya bergetar mencoba menahan kecemasan. Ia ingin segera membantu Keenan.
"Bisa," jawab Dokter, menyerahkan selembar kertas berisi surat rujukan. "Ini surat rujukannya. Semoga lagi gak ada janji sama pasien lain, ya, biar langsung ditangani segera."
Zeandra menerima surat rujukan itu dengan tangan gemetar. Ia menatap surat rujukan itu dengan tatapan yang kosong. Ia ingin segera membantu Keenan, tapi ia juga takut.
"Terima kasih, Dok," ucap Zeandra dengan suara yang sedikit lemah.
"Sama-sama, Bu. Semoga semuanya baik-baik saja," jawab Dokter dengan senyum lembut.Zeandra memeluk erat Keenan sambil berjalan menuju poli jiwa. Ia ingin memberikan rasa aman dan nyaman pada anaknya. Ia ingin memperlihatkan pada Keenan bahwa ia tak akan meninggalkannya.
"Mama di sini, Naan," bisik Zeandra dengan nada yang lembut. "Mama akan selalu ada untuk kamu."
Keenan masih terdiam. Ia hanya menatap Zeandra dengan tatapan yang kosong. Seolah dunianya telah hancur berantakan. Zeandra mencoba menarik senyum, namun senyum itu terasa hampa.
Iren menatap Zeandra dengan tatapan yang penuh kasih sayang. "Sabar, Zea," bisik Iren sambil mengusap punggung Zeandra dengan lembut. "Kita akan bersama-sama melewati masa sulit ini."
Zeandra menangguk lemah. Ia ingin percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia ingin melihat Keenan bahagia lagi.
Mereka tiba di depan pintu poli jiwa. Zeandra menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ia ingin kuat demi anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love
ChickLitSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...
LIMA PULUH TIGA
Mulai dari awal